12: Tebak Siapa yang Mulai Kepikiran?

164 38 2
                                    

Pada akhirnya, Jisung memang benar-benar melakukan medical check up seperti perkataan Minho meski bukan bulannya. Hanya untuk menyadari tato yang selama ini ditunggunya—karena seharusnya saat rut pertama kalinya, dirinya sudah mendapatkan tato takdirnya—akhirnya muncul dan bukan berbentuk gambar.

Ada dua hal yang Jisung pahami begitu melihat tato yang muncul di punggung kanannya.

Pertama, Jisung memiliki takdir seorang Beta ke Omega dan itu artinya, dirinya sudah tidak bisa bersama Jeongin lebih dari seorang sahabat.

Bohong kalau itu tidak menyakitkan.

Kedua, Jisung tidak mengerti kenapa dari semua tulisan yang bisa muncul di punggungnya, kenapa harus menyatakan bahwa jatuh cinta adalah cara terbaik untuk mati?

Apa takdirnya Jisung mencintai orang lain sama seperti dirinya yang mencintai Jeongin sehingga munculnya seperti itu?

"Kurang pantas wajahmu menampilkan eskpresi punya banyak beban hidup," ledekan Minho membuat lamunan Jisung buyar dan mendelik ke arah Minho. Tentu lelaki yang lebih tua itu tidak akan peduli dan duduk di depan Jisung, "Jadi nilai pelajaran apa yang kurang dari standarmu?"

"Hyung, apa aku terlihat seperti orang yang ambisius mengejar nilai?"

"Apa aku harus memutar rekamanmu yang terus mengeluh nilaimu bisa lebih baik setiap hasil ujian dibagikan?"

Jisung hanya bisa melengos dan melihat Changbin yang duduk di samping Minho, lalu mendelik tidak suka hanya bisa membuatnya memasang wajah menilai. Tidak perlu dibayangkan apa yang terjadi selanjutnya, karena Jisung sudah hafal di luar kepala skenario yang terjadi dan dia memutuskan untuk memandang ponselnya. Melihat lockscreen yang dipasangnya adalah fotonya bersama Jeongin membuatnya meringis.

Sudah hanya dianggap sahabat oleh Jeongin, lelaki yang disukainya tidak percaya dengan segala hal berbau cinta dan Jisung justru memiliki takdir bersama seorang Beta ke Omega yang tatonya bertuliskan 'fall in love is the best way to die'.

Tragis sekali kisah cinta Jisung.

Saat jam sekolah berakhir, biasanya Jisung memiliki 2 jam waktu bebas sebelum memulai kembali belajar di akademi. Jisung bukan tipe yang bisa bilang menyukai belajar, tetapi bukan tipe yang membenci belajar. Biasanya 2 jam itu akan dihabiskan oleh Jisung berada di akademi menggambar milik Kakak Ibunya.

Dahulu, tempat itu adalah satu-satunya pelarian Jisung dari kepenatan semua pelajaran eksak yang harus dikuasainya karena beban untuk meneruskan rumah sakit keluarganya—dan itu berarti harus bisa masuk kedokteran—tidak terucap telah diberikan kepadanya. Tempat itu dahulu benar-benar dunia yang membuat Jisung bahagia, sampai menyadari perasaannya kepada Jeongin dan entah sejak kapan, akademi menggambar milik Kakak Ibunya itu menjadi tempat yang diasosiasikannya sebagai rasa sakit.

Jisung jadi teringat salah satu dialog tokoh webtoon yang dibacanya—yang judulnya serta nama karakternya sudah dilupakannya—yang mengatakan bahwa lebih baik terluka secara fisik daripada terluka secara batin. Karena luka fisik masih bisa disembuhkan karena semua orang bisa melihatnya dan membayangkan rasa sakitnya, tetapi tidak dengan luka batin.

Namun, Jisung tidak melangkah masuk ke akademi meski sudah berada di depan sejak tadi. Bukan karena tidak ingin, tetapi biasanya Jisung baru akan masuk dan kemudian keluar lagi jika melihat Hyunjin diantarkan oleh kembarannya. Jisung tidak tahu alasan Hyunjin yang masih tetap datang ke akademi menggambar, meski seringnya malah berakhir pergi ke tempat lain dan sialnya, dia karena penasaran seringkali memilih untuk mengikutinya.

Bukan niatnya untuk mengikuti Hyunjin, tetapi dia tidak tahu alasan dirinya yang tiba-tiba sudah berjalan di belakang lelaki itu—dengan jarak yang cukup jauh—dan berakhir melihatnya ke sebuah kafe. Tempatnya tidak pernah sama setiap harinya, tetapi Jisung tahu Hyunjin selalu memilih di dekat jendela, meski katanya matanya tidak sanggup terkena cahaya matahari begitu lama.

Hari ini anehnya Jisung tidak melihat Hyunjin meski 1 jam telah berlalu. Padahal biasanya Hyunjin akan diantarkan kembaran perempuannya paling lambat 20 menit setelah dirinya tiba di akademi menggambar. Membuat Jisung menduga-duga keadaan Hyunjin sehingga tidak muncul saat ini.

Apa Hyunjin sakit?

Apa akhirnya Hyunjin ketahuan kalau tidak pernah benar-benar belajar di akademi menggambar dan dimarahi oleh orang tuanya?

Apa Hyunjin...?

"Hyung!" Tepukan di bahunya membuat Jisung terlonjak dan memutar tubuhnya dengan cepat. Begitu menyadari yang melakukannya adalah Jeongin, membuat Jisung menghela napas panjang dan tubuhnya perlahan kembali rileks. Jeongin yang mendapati reaksi Jisung seperti itu, mengernyit, "Jisung hyung kenapa menjadi aneh?"

"Aku hanya kaget, Jeongin."

Jeongin justru menyipitkan matanya dan membuat Jisung mengeryit. Baru akan Jisung tanyakan alasan dirinya mendapatkan tatapan itu, Jeongin berkata, "Hyung, kamu belakangan benar-benar aneh. Mulai tidak pernah menggambar bersamaku karena mengikuti anak baru di kelasku sampai berhenti memanggilku Ayen."

Jisung membuka mulutnya, tetapi tidak ada suara yang terdengar. Sejujurnya kepalanya mendadak kosong begitu mendengarkan perkataan Jeongin dan membuat Jisung akhirnya menutup mulutnya. Biasanya dia bisa menyusun alasan dengan cepat di kepalanya atau justru mulutnya bersikap terlebih dahulu dengan mengatakan apa pun daripada kepalanya untuk menyusun kalimat yang dilontarkan tidak terdengar seperti mengajak berkelahi.

Namun, saat itu Jisung tidak bisa memikirkan apa pun untuk menjawab Jeongin karena kepalanya sudah terlalu penuh dengan pertanyaan yang membuatnya sedikit pusing.

"Hyung," panggilan itu membuat Jisung menatap Jeongin dan sejujurnya tidak mengerti kenapa melihat senyuman lebar dari lelaki itu. Namun, kemudian Jisung mengerti saat mendengar, "Jisung hyung sedang jatuh cinta dengan anak baru itu ya?"

Jeongin, apa bisa tidak membuat Jisung sekarang tidak memikirkan makna tato di punggungnya sekarang benar-benar terjadi kepadanya?

Cosmic Railway | HyunsungWhere stories live. Discover now