16: Pilihannya Ada Dua, Terus Mengelak atau Mulai Membuat Gerakan

206 37 8
                                    

"Ini bukan hidupku, jadi mengabaikan masalahmu sebenarnya tidak apa-apa." Perkataan Minho membuat Jisung berdecak, kesal karena yang lebih tua darinya tidak berpura-pura untuk merasa simpati kepadanya. "Lagipula, bukannya kamu yang selalu bilang kalau menyukai Jeongin, jadi apa masalahnya kalau Hyunjin ini bersama lelaki lain?"

"Tapi dia alpha!"

"Lalu masalahnya apa?" Minho melengos, merasa percakapan ini seperti pengulangan. "Memangnya alpha dan beta tidak bisa berteman? Kalau pun pada akhirnya mereka memang punya hubungan khusus, itu sebenarnya bukan urusanmu." Melihat Jisung yang seperti hendak memberikan bantahan, Minho segera berkata, "Berhentilah bersikap seperti pahlawan untuknya jika kamu tidak siap bertanggung jawab karena salah paham atas sikapmu, Jisung."

Jika ada hal yang paling Jisung benci di dunia ini adalah saat dia kalah berdebat. Tidak peduli kepada siapa pun, jika dia sampai tidak bisa memberikan argumen untuk mengembalikan perkataan lawan bicaranya, Jisung merasa kalah dan itu menyebalkan. Karena saat tidak bisa mengatakan apa pun, secara tidak tertulis dia mengakui kalau perkataan orang itu memanglah benar.

"Mukamu tidak cocok untuk tampak serius," celetukan Changbin membuat lamunan Jisung buyar dan mendelik ke arah lelaki itu. "Apa? Tidak usah menatapku seperti itu, aku tidak takut."

"Aku bilang sebenarnya kalian lebih baik membuat pernyataan bahwa sebenarnya pacaran."

Changbin mendengarnya berdecih dan Minho tertawa. Seperti biasanya, Changbin secara tidak sadar memilih duduk di sebelah Minho padahal ada kursi kosong di sebelah Jisung. Juga bukan pemandangan yang baru kalau setelah ini Jisung melihat dua orang itu bertengkar seperti tidak ada hari esok dan membuatnya seperti roda ketiga.

Begini sekali nasibnya Jisung.

Pada akhirnya, Jisung sudah berjalan tidak tentu arah karena tidak tahan harus melihat sikap Changbin dan Minho. Tidak ada tujuan dan kalau bukan karena Minho yang tidak punya adab datang ke rumahnya jam 7 pagi dan masuk ke kamarnya untuk menyeretnya ikut olahraga pagi, mana mungkin Jisung keluar dari rumah pada Sabtu seperti ini. Jisung baru berniat untuk menghentikan taksi dan pulang ke rumah, saat samar mencium aroma Stella jeruk yang membuatnya otomatis menoleh.

Padahal ada kemungkinan bahwa itu bukanlah Hyunjin—karena beberapa kali Jisung mengikuti aroma tersebut hanya untuk berakhir melihat orang lain—dan seharusnya dia tetap melanjutkan rencananya untuk pulang. Namun, Jisung tetap memutuskan untuk berhenti dan menoleh untuk mencari Hyunjin.

Meski dengan resiko melihat Hyunjin dengan lelaki alpha yang menjadi topik perdebatannya bersama Minho dan Changbin selama ini. Kalau menggunakan logika, benar yang dikatakan Minho bahwa seharusnya Jisung tidak merasa terganggu dengan hal tersebut karena Hyunjin bukanlah apa-apa di hidupnya.

Sebenarnya hubungan mereka berdua juga tidaklah jelas. Tidak bisa dibilang teman, karena Jisung hanya tahu beberapa hal tentang Hyunjin dan begitu pun sebaliknya. Karena bisa dibilang, Jisung itu terlalu takut untuk memulai hubungan baru dengan orang yang dikenalnya. Bahkan Jisung bisa berteman dengan Minho dan Changbin karena mereka hampir di setiap waktu berada di tempat yang sama. Juga karena Minho yang meski pun menyebalkan, dia selalu mengajaknya berbicara dan Changbin juga tiba-tiba masuk ke dalam kehidupannya. Bahkan Jisung tidak ingat kapan dirinya mendapatkan pernyataan bahwa mereka berteman, karena tahu-tahu mereka sudah 3 tahun bersama.

Akhirnya Jisung menemukan sosok yang dicarinya. Bukan hal yang sulit untuk menemukan Hyunjin, terlepas dari aromanya yang kontroversial bagi banyak orang—yang mana Jisung masih tidak terima banyak yang membenci aroma Stella jeruk—tetapi juga karena presensi lelaki itu yang mencolok. Bukan dari warna rambut atau pun gaya busananya, tetapi auranya Hyunjin tidak mungkin membuat orang-orang yang melewatinya tidak menyadari kehadirannya.

Kalau Hyunjin berhenti melangkah dan menoleh ke arah Jisung, dia akan berhenti untuk mengelak dan mencoba untuk mengenal lelaki itu.

Namun, rasanya itu tidaklah mungkin....

Mungkin ini karena efek Jisung marathon menonton drama Princess Hours akibat melihat potongan klip di Twitter, sehingga sekarang dia merasa de javu. Hyunjin tiba-tiba berhenti melangkah dan membuat Jisung yang sejak tadi melangkah mengikutinya—dengan jarak yang bisa dibilang jauh—berhenti. Lalu rasanya seperti adegan film yang sengaja melambatkan gerakalan tokoh, Hyunjin menoleh ke arah Jisung. Melihat Hyunjin yang tersenyum ke arahnya, Jisung merasa saat itu semua warna di sekitarnya menjadi hitam dan putih. Hanya Hyunjin yang memiliki warna seperti biasanya, seolah semua warna diserap olehnya.

Jisung bahkan tidak sadar dia berlari untuk menghampiri Hyunjin. Baru menyadari hal itu saat detak jantungnya yang tempo debarannya tidak senormal biasanya dan Hyunjin yang sudah berada di depannya menatapnya dengan kebingungan.

"Hai Ji...."

"Okay, let's we start over again." Jisung tahu perkataannya membuat Hyunjin kebingungan. Terlihat dari ekspresi Hyunjin—yang bisa dibilang, mungkin kekurangan lelaki itu hanyalah tidak pandai menyembunyikan ekspresi untuk hal yang dirasakannya—dan Jisung tidak akan mundur dari niatannya. Meski tidak ada siapa pun yang mendengar hal itu, tetapi Jisung bukanlah orang yang melanggar prinsipnya sendiri. "Aku tahu kita sudah saling tahu nama satu sama lain, tapi aku akan mengulangnya kembali. Namaku Han Jisung dan kali ini aku ingin mengenalmu seutuhnya, bukan hanya seseorang yang hanya mengetahui namamu."

Jisung tahu perkataannya begitu panjang dan membuatnya kehabisan napas saat mengatakannya karena mengatakannya dengan cepat. Tidak ada jawaban dari Hyunjin dan Jisung baru akan berniat mengulangi perkataannya dengan tempo yang lebih manusiawi untuk didengar, tetapi melihat ekspresi Hyunjin yang tadinya kebingungan, sekarang berubah menjadi salah tingkah. Jisung tidak ingin mempercayai matanya kalau dia melihat telinga Hyunjin memerah, tetapi siapa yang akan menduga jika hanya reaksi seperti itu bisa membuatnya tanpa sadar tersenyum lebar?

"Ah, oke jadi ... tidak, maksudku..." Hyunjin yang terlihat panik membuat Jisung berusaha untuk menahan diri untuk tidak tertawa dan membuatnya semakin tersenyum lebar. Saat tatapan mereka akhirnya bertemu, Hyunjin akhirnya berkata, "Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi namaku Hwang Hyunjin." Kemudian Hyunjin tidak sadar mengulurkan tangan untuk berjabat tangan seperti standar orang berkenalan pada umumnya. Namun, kemudian Hyunjin terlihat panik dan tidak sadar bergumam, "Astaga kenapa aku mengulurkan tangan? Kita sudah saling mengenal dan...."

Perkataan Hyunjin tidaklah selesai karena Jisung menyambut tangan Hyunjin, meski tidak dalam bentuk bersalaman. Jisung sendiri tidak tahu alasan dia tiba-tiba punya keberanian untuk mengubah uluran tangan Hyunjin yang diniatkan sebagai salaman berubah menjadi digenggamnya. Tangan Hyunjin jauh lebih besar dari Hyunjin, itu yang Jisung sadari. Juga tangan itu terasa seperti kaku, mungkin karena sikap Jisung yang mendadak menjadi aneh dan membuat Hyunjin merasa tegang.

Keduanya saling bertatapan cukup lama dan Jisung merasa setiap detik berlalu di antara mereka, akan mendengar banyak pertanyaan tentang sikapnya ini. Namun, saat akhirnya mendengar suara Hyunjin, bukan jenis pertanyaan ini yang akan didengarnya.

"Lalu setelah ini apa?"

Jisung tidak bisa mengatakan apa pun, tetapi genggaman tangannya sedikit mengerat ke Hyunjin. Karena sejujurnya, Jisung pun tidak tahu apa yang akan terjadi di antara mereka setelah momen ini.

Cosmic Railway | HyunsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang