19: Mengindari, Menyesali, dan Akhirnya Menyadari

148 28 2
                                    

"Han Jisung, aku udah capek banget bilang kamu bodoh, jadi bisa gak aku mukul kamu aja?"

Perkataan Changbin itu hanya membuat Jisung menoleh. Kalau di hari biasa, mungkin sekarang dia melotot dan memberikan protesan tanpa jeda. Baru akan diam kalau Minho melemparinya dengan apa pun sembari berkomentar lebih baik dia ikut audisi menjadi rapper daripada mencoba menjelaskan secepatnya kepada mereka.

Namun, kali ini Jisung bahkan merasa untuk merespon pun, dia tidak tahu harus mengatakan apa sebagai sanggahan. Menerima perkataan Changbin sebagai fakta, harga diri Jisung—yang mungkin hanya sisa setitik—menolak untuk mengiyakan. Rasa-rasanya Jisung lebih baik bertukar second gender dengan Changbin karena yang lebih pantas menjadi Alpha di sini adalah dia daripada dirinya.

"Dia sepertinya benar-benar tertekan karena kejadian hari itu," komentar Minho membuat Jisung menoleh dan mengaduh karena jidatnya dilempar nasi kepal, tetapi tangannya refleks menangkap agar tidak jatuh ke lantai, "makan dulu biar otaknya bisa dipakai. Sedih saya lihat kamu terlalu menampakkan kebodohan kepada semua orang. Padahal biasanya cuma ekslusif dengan saya dan Changbin."

"Gak pantas ngomong sopan, Hyung."

"Justru karena gak pantas makanya dilakukan, sayang."

Changbin menatap Minho dengan sinis karena dipanggil dengan hal yang tidak disetujuinya. Kalau ini hari biasanya, Jisung yang akan meledek Changbin karena berusaha untuk menolak afeksi Minho, padahal dulu yang mencari perhatian lelaki itu.

Sayangnya, Jisung memang sedang tidak dalam kondisi biasanya. Karena ternyata kejadian Hyunjin tiba-tiba pingsan saat bersamanya cukup membuatnya traumatis. Apalagi dengan bodohnya, Jisung bukan mengunjungi Hyunjin begitu akhirnya sadar, tetapi justru menghindari. Meski Jisung tahu perkembangan Hyunjin karena dia membawanya ke rumah sakit milik Ayahnya, tetap saja dirinya pengecut.

Oh jangan lupakan Jisung yang ditampar oleh Yeji hingga merasakan anyir dan besi di mulutnya. Jisung tidak mengatakan apa pun kepada Yeji yang mengamuk dan menyumpahinya, tetapi mengatakan kepada perawat untuk tidak mempedulikan keduanya karena ini urusan mereka.

"Jisung, kamu tidak bisa egois," suara Minho membuat lamunannya buyar dan menatap lelaki yang lebih tua darinya dua tahun itu, "selama kamu masih menahan Jeongin untuk bersamamu, jangan salahkan reaksi kalian seperti ini." Kemudian melihat Minho menghela napas panjang, "Kalau memang kamu tidak mau melepaskan Jeongin, maka lepaskanlah Hyunjin. Menjadi egois jangan tanggung, sekalian saja untuk totalitas tanpa tahu batasan."

"Tapi nanti...," kemudian Jisung memutuskan untuk diam karena bahkan kepalanya tidak bisa merangkai kata apa pun untuk menjelaskan yang ingin disampaikannya.

Masalahnya, Jisung memang mau mengatakan apa?

"Karena tidak ada yang keberatan dengan pernyataan Jisung itu bodoh, jadi mari kita buat daftar permasalahanmu dengan Hyunjin saat ini," perkataan Changbin membuat Jisung meliriknya. Sepertinya Changbin benar-benar serius saat mengatakan membuat daftar, karena dia sudah siap menulis dengan selembar kertas dan pulpen. "Selain Hyunjin pingsan karena aroma Jisung yang mendadak menjadi terlalu tajam, apa lagi yang harus aku tuliskan?"

"Jisung bodoh."

"Itu sudah menjadi rahasia umum, Minho Hyung."

"Jisung masih berusaha denial kalau second gender Hyunjin adalah beta to omega." Minho melirik Jisung, lalu menghela napas. "Padahal perawat yang membantu menggantikan baju Hyunjin dengan spesifik memberitahukan letak tato serta wujudnya seperti apa kepadanya."

"Tidak mengherankan...," gumam Changbin dan menuliskannya di kertas, "lalu apa lagi?"

"Kembaran Hyunjin menampar Jisung."

Changbin menggelengkan kepalanya, kemudian melanjutkan menulis sambil berkata, "Sepertinya Jisung dibenci ya. Kasihan sekali, belum memulai sudah punya rintangan besar."

"Memangnya Jisung terlihat akan berani memulainya?" tanya Minho yang menatap Jisung tanpa ekspresi, tetapi rasanya yang menerima tatapan itu seperti tengah dihakimi. "Bahkan untuk membuat keputusan dengan resiko masing-masing tidak berani dipilihnya."

"Minho Hyung!"

"Bagus kalau kamu masih merasa marah, Han Jisung. Setidaknya ada bagian dari kepalamu yang masih berfungsi untuk merespon," ucapan Minho membuat Jisung mendesis, "tapi tidak perlu juga kamu cosplay menjadi ular. Kecuali kamu memang belajar mengubah wujudmu menjadi ular."

"Sepertinya yang tidak bisa membedakan realitas dan anime adalah dirimu, Minho Hyung."

"Setidaknya aku tidak menyakiti siapa pun dengan hal itu."

Changbin mendengarnya, melengos dan kemudian mengetuk-ketukkan jarinya di meja sehingga atensi dua orang tersebut kepadanya. "Kalian bisa melanjutkan perdebatan amat sangat sampah kalian setelah daftar ini selesai, oke."

"Oh sudah sampai mana saja, sayang."

"Apa kamu mau aku lempar dengan kursi, Minho Hyung?"

"Daripada melemparkan kursi yang menyakitiku, lebih baik melemparkan dirimu untuk kupeluk."

Jisung pikir dia tidak akan bereaksi dengan ucapan keju Minho, tapi ternyata dia tetap saja masih merasa geli dan berakhir menendang kursi Minho. Membuat Jisung mendapatkan pelototan dari Minho dan dia menghela napas panjang.

Entah Jisung harus menyesali memiliki teman seperti Changbin dan Minho, atau menyesali sikapnya selama ini kepada Hyunjin. Mungkin keduanya, tetapi itu tidak membantu Jisung untuk mendapatkan solusi dari satu pertanyaan yang terus berkecambuk dikepalanya sejak hari Hyunjin pingsan saat bersamanya.

Kalau Jisung berhenti untuk mengelak eksistensi Hyunjin yang merupakan takdirnya, lalu harus mulai dari mana dia membenahi hubungan kusut ini?

Cosmic Railway | HyunsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang