13: Bertemu Pandang dan Berakhir Bersama di Meja Itu

177 38 4
                                    

Kehidupan Hyunjin rasanya seperti roller coaster hanya dalam waktu singkat.

Rasanya membingungkan dengan semua hal yang dijelaskan oleh Yeji. Semakin membingungkan bagi Hyunjin karena Ibunya tiba-tiba menjadi 'Ibu' yang sesungguhnya dengan selalu pulang ke rumah setiap maam dan memasakkan makan malam. Ayahnya tidak pernah pulang, tidak pernah lagi menelepon Yeji untuk memarahinya saat tengah malam dan Hyunjin tadinya sukar percaya dengan penjelasan kembarannya tentang lelaki itu, tidak tahu harus bersikap seperti apa jika nanti mereka bertemu.

"Kenapa memasang wajah seperti itu?" Teguran Yeji membuat Hyunjin menoleh dan melihat Yeji yang berdiri sembari membuat gelembung permen karet. Seperti biasa, Hyunjin akan dibuat untuk duduk di kursi halte jika hanya ada 1 tempat dan Yeji yang berdiri. "Aku tanya kenapa, Hyunjin."

"Rasanya aneh."

"Apanya?"

"Kehidupan kita." Hyunjin menghela napas panjang dan merentangkan kakinya. Menatap jalanan yang ramai lalu lalang mobil dan mereka menunggu bis yang membawa ke sekolah, meski sebenarnya bukannya orang tua mereka tidak punya uang untuk menyewa supir dan mengantarkan mereka kemana pun pergi. Hanya keduanya lebih suka naik trasportasi umum. Lagi, Hyunjin menghela napas panjang saat tatapannya bertemu dengan Yeji saat menoleh ke arah kembarannya. "Rasanya seperti baru kemarin aku bangun tengah malam karena teriakan appa yang memarahimu, lalu tiba-tiba sekarang kita 'hampir' punya keluarga utuh."

Yeji tidak mengatakan apa pun dan bis yang mereka tunggu datang. Hyunjin menunggu orang-orang yang turun dari bis, lalu menunggu Yeji untuk berjalan terlebih dahulu di depannya. Bukan hanya karena Hyunjin terbiasa menjadi orang yang selalu mengikuti Yeji, tetapi juga karena biasanya kembarannya yang akan membayarkan biaya naik bis. Dulu, Hyunjin seringkali dirundung oleh anak-anak lelaki di kelasnya karena tidak bersikap seperti lelaki pada umumnya yang selalu menjadi pemimpin untuk perempuan.

Namun, Hyunjin dari dulu memang tidak pernah ingin menjadi lebih baik dari seseorang. Menjadi penguasa bagi seseorang hanya karena gender atau pun hanya karena tuntutan lingkungannya padahal sebenarnya tidak mampu. Bagi Hyunjin, dia hanya ingin merasa aman dan nyaman bersama seseorang, tanpa merasakan tekanan apa pun dari ekspetasi lingkungannya.

"Tidak ada kursi," suara Yeji membuat lamunan Hyunjin buyar dan melihat Yeji memegang gantungan di bis dan Hyunjin mengikuti, tetapi memegang 2 karena sadar diri dengan keseimbangannya yang payah kalau berada di bis.

Saat sampai di sekolah, Hyunjin baru menyadari kalau belakangan ini mereka sering kali datang terlambat. Kali ini tidak ada guru yang menunggu di depan gerbang dan Hyunjin belum disuruh, sudah memanjat pagar yang membuat Yeji mengeryit.

"Hei, tidak lucu kalau aku hari ini yang melanggar peraturan dan kamu tidak!" Protes Hyunjin yang sudah berada di sisi lain pagar dan Yeji masih berada di luar sekolah. "Cepat manjat lalu kita lari ke kelas masing-masing!"

"Ck, iya ... iya." Yeji berdecak, lalu melepaskan tas ranselnya. Melemparnya ke arah Hyunjin dan tentu lelaki itu panik menangkapnya. Hyunjin refleks berteriak karena kesal, tetapi malah kena jitak oleh Yeji yang sudah berada di sampingnya. "Jangan teriak-teriak sekarang. Kamu mau ditangkap guru kedispilinan lalu orang tua menjijikkan itu menerima telpon dari sekolah?"

Hyunjin refleks membungkam mulutnya dengan sebelah telapak tangannya dan menyodorkan tas ransel Yeji. Dia jelas tidak mau membuat Yeji kembali mengalami kesulitan dengan melihat Ayah mereka dan setelahnya, mereka tentu berlari ke kelas masing-masing. Sekolah mereka membagi kelas berdasarkan peringkat dan Yeji selalu berada di A dan Hyunjin selalu berada di urutan bawah alias E sehingga mereka selalu berlari berlawanan arah.

Saat akhirnya pulang sekolah, Hyunjin masih tetap menunggu Yeji dan berjalan bersama ke akademi. Bedanya sekarang Hyunjin yang mengantarkan Yeji sebelum pergi ke tempatnya melanjutkan belajar. Seperti biasa, sepanjang jalan pasti mereka berdebat mau makan di tempat mana—meski seringnya Yeji yang ujungnya mengalah untuk Hyunjin—dan kali ini untungnya adalah hari langka di mana mereka bisa makan sesuai dengan selera masing-masing tanpa perlu harus merasa saling mengalah satu sama lain.

Cosmic Railway | HyunsungWhere stories live. Discover now