23: Asumsi dan Realitas Tidak Pernah Sejalan

104 19 2
                                    

Aroma yang Hyunjin harapkan tidak akan muncul di sekitarnya lagi, nyatanya tidak semudah itu diabaikannya. Apalagi Hyunjin benci dengan kenyataan kalau dia selalu mengasosiasikan dengan satu orang dan bukan mencoba berpikiran positif jika itu aroma daging yang tengah dimasak.

Namun, siapa yang Hyunjin coba bohongi kalau sekarang dia berada di kafe dan satu-satunya alasan aroma Jisung sekarang tercium olehnya karena....

"Hai Hyunjin," sapaan itu membuat Hyunjin refleks menoleh dan meruntuki dirinya sendiri karena otomatis tersenyum saat melihat Jisung, "sendirian atau menunggu kembaranmu?"

"Hah?"

Jisung menatap Hyunjin heran. "Apa kamu tidak menunggu seseorang di sini?"

"Tidak," jawab Hyunjin tanpa berpikir, kemudian menyadari tatapan Jisung yang seperti mencurigainya dan itu membuatnya tidak nyaman, "aku kemari memang untuk sendirian." Kemudian Hyunjin tahu posisinya sekarang tidak adil karena selalu menerima pertanyaan dari Jisung dan bukan berlaku sebaliknya. "Jadi, kamu apa tengah menunggu seseorang?"

"Oh, tidak. aku tidak menunggu seseorang."

"Oh."

"Karena aku menunggumu."

Hyunjin mengernyit mendengarnya, tetapi Jisung tampaknya tidak mencoba untuk menjelaskan lebih lanjut. Apalagi sekarang Jisung duduk di depan Hyunjin dan mengambil kues serta minuman yang ada di mejanya. Kebiasaan yang tidak pernah bisa hilang, selalu memesan untuk dua orang saat Hyunjin hanya sendirian. Saat sudah membayar, Hyunjin baru teringat jika tengah sendirian.

"Maafkan aku." Suara Jisung membuat lamunan Hyunjin buyar. Kemudian Hyunjin menatap Jisung dengan kebingungan. "Seharusnya aku menghubungimu setelah keluar rumah sakit. Seharusnya aku mengunjungimu saat kamu berada di rumah sakit. Seharusnya...," perkataan Jisung terhenti karena mencoba untuk melihat ekspresi Hyunjin dan melihat lelaki itu yang menatapnya semakin kebingungan, "maafkan aku. Sebanyak apa pun alasan yang aku katakan, kamu tidak akan percaya."

Setelah mengatakan itu, Jisung tidak berani menatap Hyunjin. Karena sejujurnya Jisung tidak yakin dirinya akan sanggup mendapatkan tatapan negatif dari Hyunjin, meski tahu memang itulah yang sepantasnya didapatkannya. Namun, karena Hyunjin tidak kunjung mengatakan apa pun, perlahan Jisung mengangkat kepalanya dan tatapannya bertemu dengan Hyunjin.

Aroma jeruk—yang tetap diasosiasikannya sebagai aroma Stella yang disukainya meski banyak yang tidak menyukainya—yang Jisung hirup dan kemudian menyadari bahwa sebenarnya bukan hanya itu aroma yang dimiliki oleh Hyunjin. Ada aroma vanila dan aroma manis, segar, serta pedas yang tidak bisa Jisung definisikan. Seperti aroma mint, tetapi seperti aroma lada yang seharusnya tidak masuk akal ada pada Hyunjin, tetapi entah kenapa dengan segala kombinasi itu justru mengingatkan Jisung dengan aroma bedak.

Sial, Jisung tidak pernah paham cara mendeskripsikan aroma saat dia sendiri memiliki penciuman yang tajam karena aromanya yang terlalu tipis. Sebuah bakat—atau kutukan—karena memiliki aroma yang tidak normal seperti second gender yang seharusnya dimiliki.

"Kenapa seyakin itu aku tidak akan mengerti saat dirimu tidak berusaha untuk menjelaskan apa pun kepadaku?" tanya Hyunjin yang membuat lamunan Jisung buyar dan mengerjapkan mata.

Mencoba untuk kembali fokus kepada Hyunjin, tetapi sekarang melihat lelaki itu menatap marah dan Jisung mencium aroma lada yang menguat, tetapi tetap mengikuti aroma manisnya. Rasanya itu membuat Jisung gila karena ini bukanlah aroma yang familiar, tetapi di saat yang bersamaan dia tahu kalau Hyunjin marah kepadanya.

"Aku...."

"Harus siapa lagi yang mencoba menjelaskan kepadaku tentangmu untuk bisa aku mengerti?" tanya Hyunjin yang memotong perkataan Jisung. Membuat lelaki itu tidak bisa mengatakan apa-apa dan Hyunjin menghela napas panjang. "Harus sampai mana aku mencoba untuk mengerti kamu saat aku bahkan tidak tahu apa yang aku ketahui tentangmu?"

"Aku ... maaf."

"Kalau kamu terus minta maaf, aku akan tahu apa?" tanya Hyunjin yang benar-benar terlihat kesal. Kemudian Jisung melihat Hyunjin berdiri dan menutup layar iPad-nya dengan casing-nya secepat mungkin hingga terdengar bunyinya. Jisung melihat itu tentu panika dan refleks memegang tangan Hyunjin untuk tidak pergi. Mereka berdua saling bertatapan selama beberapa saat, kemudian Hyunjin berkata, "Apa maumu sekarang?"

"Tunggu, aku bisa menjelaskannya kepadamu, Hyunjin."

"Oh."

"Jadi tolong ... duduk, Hyunjin."

Jisung mengatakannya tanpa peduli jika suaranya terdengar putus asa dan pada akhirnya Hyunjin kembali duduk. Namun, Jisung merasa kecewa saat Hyunjin memutuskan untuk melepaskan cengkramannya di pergelangan tangan lelaki itu.

"Aku tidak tahu harus menjelaskannya dari mana, jadi...," ucap Jisung menggantung dan melihat Hyunjin yang terlihat frustrasi, "bisakah kamu yang memberikan pertanyaan kepadaku dan aku yang menjawabnya?"

Hyunjin hendak mengatakan sesuatu, tetapi pada akhirnya dia hanya menghela napas panjang. Namun, baru akan mengatakan sesuatu, Hyunjin segera mengambil ponselnya yang ada di saku karena ada telepon masuk dan ternyata dari Yeji. Tentu itu membuat Hyunjin mengernyit dan segera mengangkatnya karena ini bukan jam biasanya kembarannya akan mencarinya.

"Halo, Yeji. Kamu tahu ini bukan jammu untuk mencariku...."

Jisung bisa melihat wajah Hyunjin yang berubah menjadi panik dan membuatnya segera mengambil tasnya. Berlari keluar kafe tanpa mengatakan apa pun dan meski Jisung meneriakkan nama Hyunjin, lelaki itu tidak menoleh ke belakang. Lalu, saat Jisung kembali ke meja yang mereka duduki, dia menyadari kalau iPad Hyunjin tertinggal.

Harusnya Jisung tidak penasaran untuk melihat iPad Hyunjin dan menelepon lelaki itu bahwa barangnya tertinggal di kafe. Namun, tangan Jisung sudah bergerak untuk membuka dan memperlihatkan locksreen yang ternyata adalah gambar dirinya. Meski di samping kanannya ada lirik lagu yang dikenali olehnya karena Minho memutar lagu itu belakangan ini.


Every time that I swear it's over
It makes you want me even more
You pull away and I come in closer
And all we ever stay is torn


"Hyunjin ... maaf," gumam Jisung dan memutuskan untuk menutup iPad Hyunjin dengan penutup casing yang ada, "karena sebenarnya aku tidak paham apa yang harus kulakukan. Bahkan aku tidak tahu diriku sendiri."


Cosmic Railway | HyunsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang