20: Puncak Komedi yang Sebenarnya Adalah Menemukan Hal-Hal yang Tidak Diduga

143 23 3
                                    

Hyunjin tidak tahu apa yang membuat dirinya mengiyakan pertemuan ini. Tentu Hyunjin mempertanyakan diri sendiri yang tidak bisa memilih dirinya sendiri untuk tidak terluka lagi dan justru memberikan kesempatan kepada Jeongin. Meski Jeongin tidak melakukan apa pun kepada Hyunjin, bukan berarti lelaki itu tidak membuatnya merasakan sakit yang tidak ingin dirasakannya.

Seharusnya Hyunjin menanyakan cara Jeongin mendapatkan nomornya.

Seharusnya Hyunjin lebih dari tahu ini hanya akan menyakiti dirinya sendiri saat memutuskan untuk menemui Jeongin saat ini.

Seharusnya....

Namun, semua pemikirannya tentang seharusnya itu tidak akan bisa mengubah keputusan Hyunjin di masa lalu yang mengakibatkan Hyunjin masa kini menghadapi konsekuensinya. Membuat Hyunjin hanya bisa menghela napas panjang, yang tentu disadari oleh Jeongin.

"Hyunjin Hyung ... aku membuatmu tidak nyaman ya?" tanya Jeongin berhati-hati dan terlihat salah tingkah. "Maafkan aku karena mengajakmu bertemu tanpa tahu dirimu tidak nyaman bersamaku."

"Tidak apa-apa, ini bukan salahmu," ucap Hyunjin mencoba menghibur Jeonghin. Mencoba menyakinkan Jeongin sembari tersenyum kalau semuanya baik-baik saja. Meski Hyunjin akan tertawa kalau Jeongin benar-benar percaya dengan kebohongan yang dikatakannya.

Karena Hyunjin pembohong yang payah.

"Jadi ada apa mengajakku bertemu?" tanya Hyunjin yang sejujurnya hanya ingin semuanya selesai dan bisa menemui Chan karena mereka memiliki janji untuk menggambar bersama. "Apa Jisung yang memintamu untuk bertemu denganku?"

Kemudian, Hyunjin berdecak dan membuang pandangannya ke arah lain. Mulutnya memang tidak bisa Hyunjin kendalikan, karena bisa-bisanya menanyakan orang yang bahkan tidak mempedulikannya setelah kejadian itu. Bahkan Hyunjin tidak mengatakan apa-apa saat di rumah sakit, tetapi Yeji seperti memiliki dendam kepada Jisung sehingga selalu bergumam tidak akan membiarkannya berada di jangkauan lelaki itu.

"Emm ... bukan seperti itu...," suara Jeongin membuat Hyunjin kembali menatap lelaki yang lebih muda di depannya dan terlihat dia semakin salah tingkah, "maafkan aku."

"Sudah kubilang, ini bukan salahmu."

Juga meminta maaf untuk hal apa?

Mungkin karena Hyunjin sejak dahulu menjadikan Yeji sebagai panutan—meski seringnya 90% berakhir kegagalan untuk diikuti daripada yang berhasil—tetapi ada satu hal yang pasti yang diingatnya. Jangan memberikan maaf begitu mudah kepada seseorang, saat otang tersebut bahkan tidak tahu meminta maaf untuk kesalahan yang diperbuatnya.

Meminta maaf tanpa tahu hal yang diperbuatnya sama dengan munafik.

"Maaf aku menemui Hyunjin Hyung bukan karena diminta oleh Jisung Hyung."

Seharusnya, Hyunjin bisa tersenyum karena tahu ini akan terjadi. Bukan meringis sendiri, karena merasa bodoh mengingat mulutnya menanyakan Jisung saat dia bahkan tidak menunjukkan kepedulia setitik pun kepada Hyunjin.

Kalau tidak bisa menemui Hyunjin di rumah sakit karena ada Yeji—yang mari akui saja kalau kembarannya itu sepertinya bukan belajar di akademi untuk masuk kedokteran, tetapi menjadi petarung MMA—setidaknya Jisung bisa mengusahakan untuk menanyakan kabarnya lewat pesan. Atau menanyakan apakah bisa menemui Hyunjin setelah keluar rumah sakit.

Pada akhirnya Hyunjin hanya tersenyum, meski dadanya terasa sesak. Padahal tidak ada aroma Jisung disekitarnya, tetapi nyatanya sekarang hanya memikirkan lelaki itu sanggup membuat Hyunjin merasakan penderitaan yang tidak pantas dirasakannya.

"Hyujin Hyung, aku minta...."

"Jeongin, aku benar-benar akan pergi kalau kamu mengucapkan maaf lagi kepadaku," potong Hyunjin dan menatap Jeongin yang terlihat merasa ragu, "jadi ada apa?"

Cosmic Railway | HyunsungWhere stories live. Discover now