03: Katanya Aromanya Tipis, Tetapi Dia Bisa Menemukannya

333 54 14
                                    

Hyunjin pikir, dia akan bersedih saat keluar dari klub renangnya di hari yang sama saat tato takdirnya muncul. Namun, ternyata dia tidak begitu lama merasakannya dan justru berakhir harus menenagkan Yeji yang menangisinya. Tentu pelatihnya tidak terima dan orang tuanya mempertanyakan keputusan Hyunjin.

Satu hal yang Hyunjin pastikan semenjak keputusannya hari itu adalah Yeji tidak disalahkan oleh semua orang. Sudah cukup kembarannya itu memikul tanggung jawab sebagai anak pertama, Yeji tidak perlu bertanggung jawab atas semua hal yang Hyunjin lakukan. Meski memang Hyunjin sempat merasa kebingungan selama beberapa hari dengan hal yang harus dilakukannya karena mendadak waktunya begitu banyak karena keluar dari klub renang.

"Daripada aku melihatmu menjadi manusia bodoh karena melamun, pakai ini." Perkataan Yeji Membuat Hyunjin tersadar dari lamunannya. Apalagi dia mengernyit melihat kotak iPad beserta Apple Pencil di depannya. "Itu dan apa ya katanya Chaeryoung untuk menggambar? Pro ... bentar aku lihat chat dulu. Oh, nama aplikasinya Procreate."

"Pakai uang siapa beli semua ini?"

"Uangku." Yeji mengalihkan pandangannya dari ponselnya. "Sebelum ada drama, membeli itu bukan menggunakan uang jajanku dan sebel juga ternyata lihat kamu seperti manusia merana karena memutuskan keluar dari klub renang."

Hyunjin merasa tidak enak dan menatap Yeji yang sekarang fokusnya tengah ke ponselnya, bukan memakan sarapan. Seperti biasa, Yeji selalu mencari video youtube orang yang memasak dan makan masakan yang diperlihatkan videonya untuk membuatnya ingin makan.

"Ini uang dari buku-buku haram itu?"

Yeji meletakkan ponselnya di meja, tidak memandang Hyunjin dan fokus ke piring sarapannya. "Buku haram terdengar seperti aku mengedarkan buku dilarang negara. Tapi ya, uangnya dari itu."

"Aku tidak bisa menerimanya."

"Apa aku juga harus membelikan cat air dari Jepang beserta alat untuk menguleninya?" Yeji menatap Hyunjin, terlihat tidak senang. "Sebentar, memangnya menguleni kalau yang dilakukan itu menyebarkannya di atas permukaan dengan alat seperti cap?"

Hyunjin menghela napas mendengarnya. Yeji entah kenapa selalu tahu hal yang Hyunjin lakukan, tetapi tidak berlaku sebaliknya. Hyunjin merasa hampir tidak tahu apa pun tentang Yeji. "Itu uangmu dari hobi menulismu. Bagaimana aku yang menggunakannya?"

"Ya dipakai, kenapa bertanya hal yang jelas jawabannya?" Yeji tampak cuek dan melirik Hyunjin karena mendengar decihan. "Lagipula, itu hanya hobi yang tidak akan bisa kujadikan pekerjaan."

"Apa? Tapi tulisanmu...."

"Aku masuk kedokteran, Hyunjin." Yeji mengigit roti bakarnya dan melihat wajah Hyunjin yang tampak tidak senang. Menelan yang ada dimulutnya dan menghela napas. "Aku harus masuk kedokteran."

"Tapi kamu benci belajar, Yeji."

"Jadi mau menggantikanku masuk kedokteran?" Pertanyaan Yeji membuat Hyunjin terdiam dan mendengar kembarannya tertawa. "Setidaknya kita sepakat satu hal, aku lebih pintar darimu." Hyunjin ingin protes kalau dirinya tidak bodoh, hanya tidak berusaha. Namun, memutuskan untuk diam dan mengunyah sarapannya karena menyadari Yeji menyerahkan banyak hal hanya untuk membuat Hyunjin bisa melakukan apa pun yang diinginkannya tanpa harus bertengkar dengan orang tuanya. "Ngomong-ngomong, aku sudah bilang belum kalau mulai minggu depan kamu bisa masuk kursus menggambar?"

"Apa?"

Tampaknya Yeji tidak ingin mengulangi perkataannya dan biasanya Hyunjin akan memaksa untuk mengulangi hingga berujung pertengkaran. Hanya saja, kali itu tidak bisa dilakukannya karena mereka harus mengejar bis agar tidak terlambat ke sekolah. Meski pada akhirnya mereka tetap terlambat dan sayangnya hari itu mereka tidak bisa memanjat pagar lalu berlari ke kelas masing-masing karena guru kedisiplinan sudah menunggu di depan pagar.

Cosmic Railway | HyunsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang