25: Jarak Itu Bernama Penyesalan

109 17 4
                                    

Jisung bilang kepada Hyunjin dia akan menjelaskan, tapi nyatanya sampai akhir tidak bisa dilakukannya. Bahkan Jisung menitipkan iPad Hyunjin kepada Jeongin untuk dikembalikan kepada pemiliknya. Tentu Jisung mendapatkan tatapan prihatin dari Jeongin, tetapi bahkan lelaki yang lebih muda darinya itu sepertinya sudah tidak berusaha untuk mengatakan sesuatu kepadanya.

Mungkin Jeongin sudah menyerah menghadapi sikap Jisung.

"Karena berkomentar lebih mudah daripada menjadi dirimu, jadi lebih baik katakan kamu mau makan apa?" Perkataan Minho membuat Jisung memandang lelaki yang lebih tua darinya itu dengan tatapan kosong. "Aku tahu aku tampan, tapi sejujurnya aku muak melihatmu belakangan ini menjadi tupai linglung karena terus melamun."

Changbin mendengarnya hanya bisa melengos. "Daripada mengatakan sepanjang itu, kamu bisa mengatakan 'aku peduli kepadamu', bodoh."

"Sayang, jangan cemburu kepada tupai linglung ini. Dia bukan tipeku."

"Memangnya kamu pikir kamu tipeku, Lee Minho?!?"

"Tidak apa-apa aku bukan tipemu, tapi menjadi masa depanmu, Seo Changbin."

Jisung menatap dua orang di depannya tanpa emosi.

Tidak, tepatnya karena terlalu banyak emosi yang muncul dan Jisung tidak tahu harus memulai dari mana untuk mengurai emosinya. Hal yang bisa dilakukan Jisung pada akhirnya adalah diam dan sebenarnya dia tahu, inilah salah satu masalah terbesarnya yang ada pada dirinya. Namun, Jisung tidak tahu cara untuk mengurainya dan bahkan alasan bisa sampai seperti ini. Meski kalau Jisung tahu, dia juga merasa ragu akan siap menghadapi semua konsekuensinya untuk memperbaikinya.

Pada akhirnya, Jisung memanglah pengecut karena tidak berani menentukan pilihan dan menanggung konsekuensinya. Jisung tahu kalau saat memilih sesuatu maka dia juga menyetujui untuk menghadapi konsekuensi dari pilihan tersebut. Namun, kenapa tidak ada yang pernah bilang kepada Jisung kalau tidak memilih pun juga membuatnya harus menanggung konsekuensi yang tidak disetujuinya ada karena memilih apa pun?

Meski hari ini adalah hari yang langka karena Minho benar-benar membayar semua yang mereka makan, tetapi Jisung rasanya tidak bisa makan. Bahkan dengan ancaman Minho akan menuangkan makanan ke kepalanya kalau tidak mengunyah makanan yang sudah dipesankan, Jisung tetap tidak bisa melakukannya. Padahal di hari biasa kalau Jisung di ancam seperti itu, dia akan menuruti perkataan lelaki yang lebih tua darinya itu.

"Kalau jatuh cinta membuatmu seperti ini, aku rasa lebih baik kamu tidak usah merasakannya," komentar Minho saat kembali dari meja kasir untuk membayar makanan mereka, "mau tetap di sini atau ke akademi?"

Jisung tidak mengatakan apa pun dan membuat Changbin berdecak. Pada akhirnya, Jisung pasrah diseret-seret oleh Changbin untuk mengikuti langkahnya keluar dari restoran. Namun, begitu mencium aroma yang familiar membuat Jisung berhenti melangkah dan refleks menarik tangannya dari Changbin. Menoleh untuk mencari sumber aromanya dan saat menyadari sikapnya, Jisung sudah tidak bersama Changbin dan Minho.

Setidaknya, kali ini Jisung memang benar mengikuti aromanya Hyunjin. Hal yang Jisung tidak persiapkan adalah melihat lelaki itu bersama orang lain. Jisung tahu tidak seharusnya dia merasa tidak suka saat melihat Hyunjin bersama orang lain saat dirinya sendiri tidak bisa membuat dirinya bisa dipahami. Namun, bohong kalau sekarang Jisung tidak merasa sakit karena melihat Hyunjin yang digandeng oleh lelaki lain dan itu bukanlah dirinya yang melakukannya.

Ada banyak jenis rasa sakit di dunia ini.

Namun, Jisung belum pernah merasakan rasa sesak yang mendadak ada pada dirinya. Rasanya bernapas itu sulit dan jantungnya seperti diremas oleh tangan yang tidak kasat mata sekeras mungkin.

Kemudian, Jisung teringat dengan tato di bahunya.

Fall in love is the best way to die.

Apakah ini kisahnya Jisung dan Hyunjin?

Apakah mereka tidak memiliki akhir bahagia bersama?

"Haah...," Jisung melengos dan memejamkan matanya, kemudian saat membuka matanya kembali, setidaknya rasa sakit yang dirasakannya tidak sekuat tadi, "apa yang aku pikirkan? Akhir bahagia apa yang diharapkan saat diriku tidak berani untuk memulai apa pun bersamanya."

Menyesal tidak akan mengubah apa pun, tetapi Jisung merasa lebih baik dia membiarkan dirinya untuk merasakannya daripada terus menekan perasaannya untuk tidak merasakan apa pun.


Cosmic Railway | HyunsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang