14: Hal yang Dipikirkan Tidak Sama dengan Kenyataan

185 34 3
                                    

"Belakangan ini aku lihat dirimu sering tidak ada di akademi. Ke mana?"

Kalau yang bertanya Changbin, itu tidaklah mengherankan dan Jisung bisa menjawab kalau tidak perlu mempedulikannya. Namun, karena yang bertanya ini adalah Minho yang notabene orang yang paling jarang bertanya keadaan seseorang—kecuali dia memang benar-benar penasaran—yang membuat Jisung hanya cengegesan.

Meski Jisung memberikan catatan mental seharusnya dia tidak satu akademi dengan Minho—dan Changbin—karena pasti mereka tahu kalau dirinya membolos belakangan ini.

"Padahal aku pikir kamu bakalan langsung bilang kalau kelakuannya seperti stalker itu menyeramkan," celetukan Changbin membuat Jisung menoleh dan eskpresinya terkejut karena mendengar kalimat itu. Sementara Changbin yang meremas kotak susu yang diminumnya karena sudah habis, mengangkat sebelah alisnya, "Kenapa melihatku seperti itu?"

"Kalian mengikutiku?!"

"Aku terseret."

"Hei, yang memberiku ide dirimu, Changbin." Sahutan Minho membuat Jisung menoleh ke lelaki lebih tua darinya itu, kemudian melirik Changbin yang memasang ekspresi kesal. Minho yang jelas tahu kalau Changbin akan memasang eskpresi itu, malah tersenyum mengejek, "Kenapa melihatku seperti itu, 'sayang'?"

Jisung langsung menundukkan kepalanya sebagai bentuk refleks karena tahu Changbin itu paling tidak suka dipanggil 'sayang' oleh Minho. Memang benar Changbin melemparkan kotak susu yang dipegangnya, tetapi jangan lupakan fakta kalau Minho itu memiliki refleks yang bagus. Sehingga bukannya menghindar, dia justru menangkap kotak susu yang tidak berbentuk kotak itu.

Sudahlah, Jisung tidak ingin mendengar kelanjutan perdebatan dua orang ini—yang tentulah tidak bisa karena mana Minho dan Changbin peduli—dan membuatnya berpikir, kalau hal ini sampai ketahuan Ayahnya, pasti sudah mendapatkan omelan.

Tiba-tiba, ponsel di saku Jisung bergetar dan membuatnya mengambil hanya untuk mengerang. Panjang umur, Ayahnya mengirimkan pesan untuk menemuinya sepulang sekolah di dekat tempat akademi belajarnya.

Tidak perlu bertemu, Jisung sudah tahu topik apa yang akan dibicarakan oleh Ayahnya.

"Makanya, kalau mau membolos itu jangan berturut-turut." Komentar Minho tidak memberikan bantuan moral kepada Jisung sebenarnya. "Semoga beruntung, Jisung. Katanya, Ayahmu lebih menyeramkan dari siapa pun yang pernah ditemui oleh seseorang kalau sedang marah."

Bisa tidak Minho jangan menambah pemikiran Jisung dengan hal yang harus diekspetasikan saat bertemu dengan Ayahnya nanti?

Jisung tidak pernah tahu, ada hari di mana dia berharap waktu di sekolah berjalan begitu lambat untuk dirinya bisa mempersiapkan diri bertemu Ayahnya. Nyatanya, waktu malah berlalu bagai kedipan mata dan Jisung berkali-kali berdecak karena sejujurnya dia tidak ingin bertemu dengan Ayahnya.

Kapan terakhir kali Jisung bertemu dengan Ayahnya?

Bulan lalu?

Tiga minggu yang lalu?

Bahkan Jisung tidak ingat dan sekarang saat dia bertemu dengannya, harus menghadapi amarahnya karena membolos dari akademi.

Langkahnya terhenti karena mencium aroma yang selalu Jisung asosiasikan dengan Stella jeruk. Aromanya sebenarnya samar, tetapi Jisung selalu berhenti melakukan kegiatannya dan mencari Hyunjin. Padahal belum tentu itu Hyunjin—karena dia dua kali salah mengikuti aroma yang ternyata milik orang lain—tetapi nyatanya Jisung tetap melakukannya. Dari jauh, dia melihat Hyunjin yang tanpa sadar membuatnya tersenyum.

Namun, senyuman itu memudar, digantikan dengan perasaan kesal dan terancam saat melihat Hyunjin dengan lelaki yang waktu itu dilihatnya di toko perlengkahan menggambar. Tinggi lelaki itu mungkin sepantaran dengan Jisung, tetapi terlihat jelas perbedaannya dengan Hyunjin karena memang dia yang terlalu tinggi. Aroma lelaki yang bersama Hyunjin itu begitu kuat, hingga benar-benar tidak bisa mencium Stella jeruk yang sekarang selalu diasosiasikannya dengan Hyunjin.

Jisung tanpa sadar menggeram karena hal itu, tetapi kakinya juga tidak membawanya untuk melangkah mendekati Hyunjin serta lelaki alpha yang baunya terlalu kuat itu. Hyunjin pasti tidak tahu, karena Beta tidak akan mungkin bisa mencium aroma alpha dan jikalau dia Beta ke Omega atau Beta ke Alpha sekali pun, aroma yang bisa dicium hanyalah aroma pasangannya.

Sekarang Jisung paham alasan Minho yang tiba-tiba memeluk Changbin waktu itu. Hanya karena aroma Changbin yang tidak terdeteksi sama sekali—dan sialnya memang lelaki itu memiliki aroma tipis—sehingga hanya meninggalkan aroma Wooyoung yang memang waktu itu sedang dekat, meski entah dekat sebagai teman atau hal lainnya.

Namun, memikirkan Hyunjin memiliki pasangan pun nyatanya sudah membuat Jisung merasa marah dan ada rasa tidak terima.

Padahal, mereka tidak benar-benar saling mengenal meski sudah sering bertemu lantaran lebih banyak diam saat bersama.

Padahal, tato di punggung Jisung sudah memberitahukan kalau dia akan bersama Beta ke Omega padahal menyukai Jeongin.

Padahal, Jisung punya pilihan untuk tidak memikirkan hal ini dan menganggap Hyunjin hanyalah orang yang membuatnya penasaran karena persinggungan mereka pertama kali yang tidak biasa.

Getaran di sakunya membuat Jisung menyadari dia terlalu lama berdiam diri di posisinya dan mengambil ponselnya. Telepon masuk dari Ayahnya dan Jisung menghela napas panjang. Mengangkat teleponnya dan memaksakan diri untuk berjalan ke tempat yang Ayahnya beritahukan untuk bertemu, meski rasanya berat.

Tanpa tahu, di belakang sana Hyunjin melihat ke arahnya dan mengeryit karena kebingungan. Membuat Bangchan yang tengah berbicara dengan teman kuliahnya, melirik Hyunjin dan kemudian memutuskan untuk menyudahi sambungan telpon.

"Hyunjin, kamu kenapa?"

"Hyung tadi mencium aroma lada kuat sekali tidak dan samar aroma bumbu dapur?"

"Apa?" Bangchan mengernyit mendengarnya. "Tidak, aku tidak mencium aroma yang kamu deskripsikan meski kita di dekat restoran bulgogi."

Hyunjin tidak mengatakan apa pun setelahnya dan Bangchan tidak ingin bertanya lebih lanjut karena tidak lama setelahnya Felix datang menghampiri mereka.

Cosmic Railway | HyunsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang