10: Kehidupan Adalah Lelucon yang Baru Dimulai

182 35 6
                                    

"Oh, kasihan sekali Hyunjin harus bertemu denganmu." Komentar Minho membuat Jisung mendesis, kesal. "Kenapa mendesis? Apa kamu sedang copslay menjadi ular?"

"Hyung!"

"Tidak perlu berteriak memanggilku. Kamu bukan Changbin." Minho melengos. "Lagipula apa dirimu yakin tidak dikatai bodoh olehnya? Oh aku yakin iya, tapi biar aku ulang untuk membuatmu tersadar." Minho menatap Jisung tanpa ekspresi berarti. "Kamu bodoh, Han Jisung."

"Tapi Hyunjin Beta! Beta murni!"

"Lalu kenapa kamu harus merasa terganggu dengan dia bersama orang lain?" Pertanyaan Minho membuat Jisung ingin menjelaskan tentang hal. Mulai dari lelaki yang bersama Hyunjin itu Alpha—yang perlu dispesifikkan, aromanya benar-benar kuat hingga membuat Jeongin memucat dan orang yang bisa mencium aromanya memberikan jarak—hingga perlu mengingatkan bahwa pada akhirnya Beta selalu bersama dengan... "Soal dia Beta, memangnya kenapa? Kamu pikir, semua orang yang terlahir menjadi Beta murni akan tetap sampai akhir menjadi murni kalau tidak ada deviasi yang terjadi?"

Jisung terdiam, seolah baru menyadari yang terjadi.

Tidak ... tidak mungkin. Hyunjin Beta murni dan aroma yang mirip pengharum Stella jeruk itu pasti parfum.

Jisung yakin hal itu.

"Kalau kamu ragu, seharusnya cek tubuhmu sendiri apakah sudah muncul tatomu dan berbentuk apa?" Nyatanya, perkataan Minho itu membuat Jisung menggerakkan matanya kesana kemari, tanda dia merasa panik meski ekspresi wajahnya berusaha dibuat setenang mungkin. "Harusnya kamu itu menggunakan kepalamu, Jisung. Kenapa dari semua hari dirimu mendadak rut, harus hari dirimu bertemu dengan Hyunjin padahal dirimu memiliki jadwal yang pasti?"

Jisung masih ingin berkeras kalau itu hanya kebetulan, tetapi nyatanya mulutnya meski terbuka, tidak ada kata yang mampu disuarakannya.

"Kamu bukan ikan koi, jadi tutup mulutmu." Tegur Minho yang membuat Jisung berdecak. "Kamu anak pemiliki rumah sakit, pasti dirimu diprioritaskan kalau melakukan medical check up sekarang."

"Hyung, dirimu juga anak pemilik rumah sakit."

Minho mendengar perkataan Jisung hanya melengos. "Padahal aku lebih suka seni daripada harus belajar, sial sekali hidupku."

Rasanya Jisung ingin protes meski Minho melakukannya dengan terpaksa, tetapi semua nilainya sempurna. Bahkan kalau tidak ada yang tahu kalau Minho mengalami koma selama 2 tahun karena kecelakaan fatal, rasanya tidak akan ada yang percaya dengan kemampuan lelaki yang lebih tua darinya itu.

Memang kehidupan ini adalah lelucon yang baru dimulai.

"Hyung," panggil Jisung yang hanya dijawab gumaman oleh Minho karena menatap ponselnya sembari tersenyum. Jisung tahu kalau itu bukan pesan dari kekasih Minho—karena tahu lelaki di depannya ini tidaklah suka berada di suatu hubungan, tetapi kemampuan flirting-nya berkata sebaliknya—dan menyakini kalau sedang membaca komik web. "Menurutmu, apa yang akan terjadi jika aku memaksakan diri untuk tidak bersama dengan takdirku?"

"Memangnya Jeongin mau denganmu? Percaya diri sekali, Jisung."

"Aku tidak ada menyebut namanya sama sekali dan kenapa dirimu menyimpulkan seperti itu?"

"Sepertinya hanya orang buta yang tidak tahu kalau kamu terlalu tampak menyukainya," dengkusan Minho yang membuat Jisung memandang ke arah lain, tetapi mendengar kelanjutan perkataan lelaki itu, "juga rasanya Jeongin yang tidak menyadari kalau dirimu menyukainya."

"Bisa tidak jangan membahas kisah cintaku yang miris?"

"Siapa yang memulai duluan membahas lelaki tiang listrik beraroma Stella jeruk kepadaku? Sampai aku harus membuka google dengan kemampuan Bahasa Inggrisku yang seadanya ini untuk paham yang kamu maksud."

Jisung sejujurnya merasa salah memilih orang untuk diajak curhat, tetapi kalau terus bercerita dengan Changbin rasanya bawaannya ingin memukul temannya itu. Masalahnya, Jisung tidak mau dicari oleh kakak perempuan Changbin karena menganggu adiknya itu. Apalagi Changbin kalau ditanya oleh kakaknya terlalu jujur menjawab semuanya, termasuk bercandaan anak lelaki yang memang sering melibatkan fisik.

Meski Jisung sejujurnya iri dengan orang-orang yang memiliki kakak dan benar-benar dilindungi. Rasanya Jisung hanya punya kakak sebagai status di atas kertas dan dia sendiri asing dengan orang yang lahir terlebih dahulu darinya itu.

"Hmm? Tumben sekali ada orang baru yang sampul ceritanya benar-benar bagus," gumaman itu membuat lamunan Jisung buyar, apalagi saat mendengar Minho berkata, "judulnya Destiny, tetapi kenapa sinopsisnya malah ada bulan, bumi, matahari dan bintang jatuh? Itu namanya mereka?"

Jisung langsung mengambil ponsel Minho dan tidak peduli lelaki yang lebih tua itu berusaha mengambil barangnya. Jisung memang kalau soal kegesitan adalah juara 1, termasuk skimming konten yang Minho katakan persis seperti karya milik Hyunjin. Nama penulisnya bukan Hwang Hyunjin, tetapi Sam Hwang.

Apa menggunakan nama samaran?

"Aduh!" Jisung mengusap kepalanya yang dijitak oleh Minho dan lelaki itu mengambil ponsel yang ada di tangannya. "Hyung, jangan melakukan kekerasan padaku!"

Minho justru mendelik ke arah Jisung, seolah perbuatannya tadi memang sepantasnya didapatkan oleh yang lebih muda. "Kamu punya ponsel sendiri, kenapa harus mengambil punyaku?!" Jisung ingin memberikan alasan, tetapi kemudian mendengar, "Oh jangan bilang penulisnya adalah Hyunjin dan kisahnya adalah dari hubungan kalian."

"Jangan berbicara sembarangan, hyung." Namun, kenapa Jisung tidak yakin dengan perkataannya sendiri? "Dia tidak bisa menulis cerita. Dia hanya bisa menggambar."

"Memangnya kamu mengenalnya sampai bisa mengatakan hal itu, Jisung?"

Pertanyaan sederhana, tetapi Jisung tidak bisa menjawab karena semuanya akan terdengar salah. Minho itu kritis dan tidak mengherankan membuatnya banyak tidak disukai. Banyak rumor tidak baik mengelilingi Minho, tetapi sebenarnya itu hanyalah kebohongan dan hanya Jisung serta Changbin yang tahu kebenarannya.

Meski Changbin dan Minho seperti Tom dan Jerry kalau sudah bertemu karena tidak pernah bisa akur.

"Aku ingin bilang terharu disambut olehmu, Jisung." Suara Changbin membuat Jisung mengerjapan matanya. Tanpa sadar bergumam 'panjang umur' yang kemudian mendapatkan tatapan menyelidik, "Kamu mengatakan apa? Memakiku dalam bahasa yang tidak kukenali?!"

"Aku cuma bilang kamu panjang umur. Bisa-bisanya dituduh memaki?!" Protes Jisung dan akhirnya duduk di sebelah Minho. Bukannya apa, kalau sebelah Minho itu kosong, Changbin selalu tidak sadar duduk di sebelah lelaki itu padahal tahu mereka akan selalu berakhir bertengkar.

Memangnya ini kehidupan seperti cerita online yang dibaca Minho dengan tema musuh menjadi cinta?

Cosmic Railway | HyunsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang