2 || Dia Pintar

451 103 153
                                    

㋛︎

Apa yang membuatmu sedih?

Bukan semesta yang menyakitimu, tapi ekspektasimu pada dunia yang terlalu sempurna.

-R E C A K A-

.
.
.

㋛︎

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

㋛︎

NILAI apa yang paling penting dalam kehidupan? Bisakah manusia memiliki nilai-nilai baik dalam segala aspek kehidupan mau pun di sekolah? Kenyataannya kepintaran seseorang hanya dilihat dari seberapa tinggi nilai yang mereka dapatkan. Itulah mengapa sudah hukum alam manusia menilai manusia lainnya dari perspektif pandangan masing-masing entah itu benar atau asal tebak.

Semua manusia pintar pada porsi masing-masing, tapi juga bodoh secara bersamaan. Lantas apa yang membuat kepintaran adalah sebuah hal yang bisa dibanggakan? Karena semua manusia pintar pada umumnya.

Gata tetap menulis. Pemuda manis dengan tatapan setajam mata elang itu masih sibuk membuat pulpen di genggaman menoreh tinta pada buku catatan miliknya. Bel istirahat sudah berbunyi sejak 5 menit lalu, tapi bagai murid teladan Gata bahkan tak bergerak sekali pun, masih asik mencatat pelajaran yang baru disampaikan gurunya.

Ananda Gata Sugira.

Gata adalah anak yang bisa dibilang cukup pintar, jika hanya dilihat dari kelakuan dan seberapa ember mulutnya orang-orang akan menilainya sebagai murid pemberontak yang tidak suka belajar. Kenyataannya Gata tidak seperti itu, ia selalu menyempatkan waktu agar tidak tertinggal pelajaran dan bisa mendapatkan nilai yang sempurna.

Pffftt!

Suara itu terdengar bersamaan bau yang tidak sedap. Alfa yang tertidur lelap di bangku belakang sampai terbangun dan bangkit dengan wajah bantal dan bekas kemerahan di pipi, dengan mata sayu sedikit terbuka hidungnya mengendus beberapa kali. "Bau apaan nih?"

"Kebelet berak gue anjir!" sahut Gata yang masih sibuk menulis catatan.

"Bego! Lo kecepirit di celana?" ujar Alfa kesal. Laki-laki itu menghampiri Gata dan duduk di bangku sebelahnya.

"Gue baru kentut doang, babi!"

"Berak dulu sana!"

"Tanggung nih, gue belum selesai," kata Gata, matanya masih fokus dengan catatan yang ia buat.

Alfa berdecak kesal. Menatap temannya itu dengan bingung dan kasihan secara bersamaan. "Lo belajar mulu, pinter enggak yang ada malah bego."

"Bacot lo! Sana ke kantin pesenin gue batagor!"

"Nyenyenye!" Alfa bangkit dari duduknya dan berjalan hendak keluar kelas. "Bayarnya sama ongkos jalan ya!"

"Dasar cowok bayaran," kata Gata pelan, meski begitu ia masih sibuk dengan bukunya. Kemudian matanya kembali menelisik pada goresan tinta yang baru saja ia ukir, membacanya ulang pada tiap-tiap tulisan mencoba memasukkan segala pelajaran yang ia anggap penting di dalam ingatan.

RECAKAWhere stories live. Discover now