4 || Hujan dan Kisahnya

327 81 92
                                    

㋛︎

Hujan.

Apakah tidak lelah terus jatuh pada bumi? Apakah tidak lelah terus dicaci karena hadirnya dianggap merepotkan? Hujan hanya dinantikan saat kemarau. Hujan dingin, banyak rasa sakit saat hujan.

Lantas hujan.

Bisakah ajari aku menjadi setegar hujan, yang terus jatuh pada bumi meski kadang tak diinginkan.

-R E C A K A-

.
.
.

㋛︎

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

㋛︎

Malam ini gelap sekali. Awan hitam berkumpul menutupi birunya langit malam. Angin terus berembus kencang menusuk kulit. Suara petir mulai bergemuruh, kilatnya sesekali menerangi jalan yang gelap. Namun hujan tak kunjung turun, hanya tetes-tetes gerimis yang membasahi bumi.

"Males pulang, kayaknya mau hujan," ujar Gata sembari memainkan ponsel.

"Gata! Buku lo taro tas," sahut Janu dan memberikan setumpuk buku paket dan buku catatan milik Gata.

Beberapa sampah coca-cola dan snack sebelumnya menghiasi meja yang berada di ruangan depan rumah Janu, tapi kini sudah bersih karena Janu cepat-cepat membereskannya, tidak seperti Gata dan Alfa yang hanya sibuk bermain ponsel setelah kegiatan belajar bersama, Janu sang Tuan rumah malah sibuk membersihkan sendiri sampah bekas mereka dengan teliti tanpa terlewat satu kotoran pun.

Janu tidak betah melihat rumah berantakan.

"Rajin banget lo, Nu," kata Gata yang melihat Janu mengusap meja dengan kanebo yang sudah dibasahi.

"Lo aja yang males, udah numpang makan, ngeberantakin rumah orang. Bukannya bantu beberes malah main hape," sambung Alfa.

"Ngaca lo, kambing! Lo bantuin Janu juga enggak!" kata Gata menendang bahu Alfa dan meliriknya sinis.

"Kalian sama aja! Gak usah saling ngatain," sahut Janu. "Gak bermaksud ngusir, tapi mendung tuh, mau pulang kapan?"

"Entar aja, Nu. Nunggu deres," sahut Alfa masih sibuk dengan gamesnya.

"Tolol emang nih anak. Di mana-mana orang nunggu reda, ini malah nunggu deres," ujar Gata.

"Berisik lo komen mulu kayak netizen," sembur Alfa dan hanya dibalas juluran lidah oleh Gata.

"Mau makan dulu gak?" tawar Janu.

"Pakek ditanya, ya maulah." Gata bangun dari baringnya. Kemudian tersenyum ketika melihat Andin--Ibu Janu-- yang menghampiri mereka dengan senyuman manis bertengger di bibir. Gata jadi paham darimana senyuman manis nan lembut milik Janu, ternyata dari Andin, ibunya sendiri.

RECAKAWhere stories live. Discover now