7 || Seorang Teman

256 70 118
                                    

㋛︎

Dulu aku menyukai keramaian, karena itu membuatku tidak merasa sepi.

Sekarang aku lebih senang ditemani sepi, karena keramaian membuatku takut akan tatapan intimidasi tiap orang yang bahkan sebenarnya tidak melihatku.

-R E C A K A-

.
.
.

㋛︎

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

㋛︎

BUGH!

"Mojok sini bentar!"

Dafi ditarik paksa oleh Reza dan Dimas ke bawah tangga dekat dengan kamar mandi khusus laki-laki yang jarang didatangi murid.

Dafi meringis, menghela napasnya gusar. "Lepasin gue! Gue gak ada urusan sama kalian."

"Tapi kita ada urusan sama lo," kata Reza dan melempar Dafi ke tembok dengan kasar.

"Kalo lo mau sekolah dengan aman di sini, lo harus nurut kata si Bos gendut," ujar Dimas yang langsung mendapatkan toyoran dari Noval.

"Lo ngatain gue gendut? Mau gue tindihin lo?" ancam Noval yang membuat Dimas nyengir ke arah Noval.

"Bercanda, Bos."

"Minimal dua ratus ribu, deh," kata Noval sembari mengadahkan tangannya meminta uang pada Dafi. "Lima puluh ribu gak bikin gue kenyang."

"Gue bukan emak lo," ucap Dafi yang langsung mendapat bogem gratis dari Reza.

Noval tertawa melihatnya. Ia memberi aba-aba pada Reza dan Dimas untuk melanjutkan aksi karena bagi Noval melihat Dafi dipukuli membuat jiwanya jadi senang.

Noval benci dengan bocah itu. Noval benci dengan sosok Dafi yang sok lemah dan sok sinis setiap kali membalas perkataannya. Bahkan Noval ingin sekali membuat wajah Dafi hancur tak keruan karena dengan melihat anak itu, sudah membuat darah di dalam jiwa Noval mendidih.

"Kali ini gue aja," kata Dimas. Laki-laki dengan penampilan urakan itu menarik kerah Dafi dan tangan satunya ia gunakan untuk melayangkan dua tinjuan sekaligus tepat mengenai tulang pipi anak itu.

Tawa Noval dan dua anak buahnya kembali terdengar. Sudut bibir Dafi kembali robek, bekas kemarin belum sembuh sekarang ditambah lagi oleh pukulan mereka yang membuat luka itu kembali berdarah.

Dafi tersenyum miris. "Ayo abisin gue, brengsek!"

Mendengarkan hal itu membuat tatapan Noval menajam, ia maju ingin memberi pelajaran. Tapi Reza menghentikannya, "biar kita aja yang urus, Bos. Gue juga udah eneg banget sama ni bajingan."

RECAKAWhere stories live. Discover now