16 || Letih yang Menyambar

171 54 48
                                    

㋛︎

Aku semakin berlari menjauh dari diriku.

Terlalu jauh sampai tersesat di dalam kegelapan, lantas lupa arah untuk pulang sebagai diri sendiri.

-R E C A K A-
.
.
.

-R E C A K A-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

㋛︎

"Janu?"

"Janu!"

"BRENGSEK! JANU LO NGAPAIN?"

Suara deburan air kolam terdengar berisik saat laki-laki itu masuk ke dalam sana. Alfa memaksa netranya terbuka di dalam air, meski perih, meski sia-sia karena Alfa tak dapat melihat apa pun karena hanya buram yang masuk ke pantulan maniknya. Sejujurnya, laki-laki itu tidak bisa berenang. Semua bidang olahraga bisa Alfa kuasai kecuali harus menyelam dan menahan napas di dalam air, belum lagi menahan debit air yang membuat pergerakan Alfa menjadi sedikit sulit.

Alfa berusaha menarik tubuhnya semakin ke bawah melawan debit air agar bisa menyamai Janu. Tak begitu jelas, tapi Alfa yakin Janu masih sadar meski dengan mata yang tertutup rapat. Kemudian cepat-cepat ia menarik lengan Janu, berusaha membawa temannya ke permukaan air karena ia sudah tak mampu menahan napas lebih lama lagi.

Antara panik dan kesal. Alfa kewalahan sendiri. Ia panik karena Janu tak mau beranjak dari posisinya, sedangkan Alfa sudah membutuhkan oksigen. Terjadi begitu cepat bahkan laki-laki itu tidak sengaja menarik napas di dalam air yang membuat beberapa air dari kolam renang memasuki paru-parunya. Sakit yang mencekut membuat Alfa terbatuk-batuk di dalam sana, ia lepas kendali. Ia akui, dibanding tenggelam ia lebih memilih dipukuli. Gelembung-gelembung kecil membumbung membuat penglihatan Alfa semakin tak beraturan. Reaksi panik berlebihan membuat laki-laki itu semakin terbatuk dan terus membuat air masuk ke dalam tubuhnya melalui hidung dan mulut.

Menyadari air kolam sudah tak setenang sebelumnya. Janu berusaha membuka matanya. Dengan kondisi pening luar biasa dan dada yang serasa terbakar dari dalam Janu menangkap bayangan Alfa yang semakin menjauh dari pandangannya di dalam air. Laki-laki itu tersenyum kecil, ia pikir ini mimpi. Ia pikir ia sudah mati.

Sampai akhirnya Janu sadar. Ia belum mati. Laki-laki itu bergegas berenang menghampiri Alfa dan membawanya ke permukaan.

"LO NGAPAIN, ANJRIT!" Janu berteriak tak memedulikan Alfa yang masih terbatuk-batuk mengeluarkan air dari mulutnya. Wajahnya sudah memerah padam, matanya pun berwarna senada. Janu tak jauh bedanya, hanya saja laki-laki itu tak terlihat kesakitan.

Alfa melirik sinis pada si empu kolam renang. Napasnya terdengar putus-putus, dadanya masih terasa sesak meski sudah menemukan oksigen. "Harusnya gue yang nanya kayak gitu ke lo," kata Alfa dengan suara serak.

RECAKAWhere stories live. Discover now