30 || Cerita yang Patah

167 37 50
                                    

㋛︎

Dunia menuntutmu menjadi baik.
Menjadi sempurna.
Menjadi serba bisa.
Menjadi disukai.
Banyak ekspektasi orang lain yang harus penuh dalam dirimu.

Lantas jika kau jadi baik ...
Itu bentuk tulus,
atau hanya manipulasi karena tekanan dunia?

-R E C A K A-
.
.
.

-R E C A K A-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

㋛︎

Benar yang orang-orang selalu tanyakan.

Di antara banyak cara untuk pergi, kenapa harus kematian? Hilang paling menyakitkan.

Pemuda itu--Alfa-- tak menyangka atas kematian beruntun yang terjadi di depan mata seolah hidupnya memang ditakdirkan untuk menyaksikan itu semua. Tapi tak pernah terlintas sedikitpun dalam pikirannya untuk ikut pergi. Alasannya sederhana, ada Bunda yang harus ia jaga. Jika suatu saat nanti keadaan kembali tak memihak, mungkin Bundanya juga akan pergi, karena Alfa sadar siapa pun manusia yang hidup pasti harus pergi. Alfa selalu meyakinkan dirinya sendiri agar tidak tergiur untuk ikut meski ia akan ditinggal sendirian.

Nama Alfa adalah si pertama paling terang. Lantas ada Dama yang berarti penuh kasih sayang, terakhir diikuti Harsa yang artinya bahagia. Bunda memberi nama sebagus itu pada dirinya untuk diterapkan.

Alfadama Harsa.

Meskipun badai dunia terlalu kencang, begitu sakit, mungkin juga buram sampai membutakan. Alfa selalu meyakinkan dirinya untuk tetap menegakkan bahu. Meski selalu ditinggalkan sendiri, seorang pemimpin baginya tak akan pernah jatuh hanya karena kekosongan. Ada ratusan duri, atau bahkan ribuan. Alfa harus tetap hidup meski diiringi banyak rasa sakit. Jika suatu saat nanti tak ada lagi alasannya untuk hidup. Jika suatu saat nanti banyak yang pergi di hidupnya, Alfa akan berusaha tetap sadar. Mungkin orang lain yang akan membutuhkan dirinya, pikirnya.

Apa yang lebih menyakitkan melihat semuanya hancur dan berantakan, tak sempat membenahi, pemuda itu harus tetap kembali memakai topengnya untuk membenahi perasaan Bundanya terlebih dahulu. Tak sempat mengobati lukanya sendiri, Alfa mendekati sang Bunda yang sudah tak karuan di atas kursi rodanya. Pemuda itu mendekat, bersimpuh menyejajarkan dirinya di depan sang Bunda.

Suara tamparan menghiasi pekat sunyi yang ada di rumah itu. Begitu keras sampai membuat leher Alfa hampir patah. Semburat kemerahan cepat-cepat menjalar hingga ke telinga bersamaan air matanya yang tak sengaja jatuh. Aura menampar Alfa begitu kerasnya dengan luapan emosi yang terpancar di kedua manik bening itu.

"Yuna mana?" tanya Aura dingin. Muka pucatnya semakin mendominasi. Membuat wanita tua di belakang kursi roda yang selalu menjaga Aura ketika di rumah tidak ada orang juga ikut menundukkan kepala, takut.

RECAKAWhere stories live. Discover now