33 || Rela Untuk Menerima

162 37 32
                                    

㋛︎

Lakukan yang terbaik, tapi jangan jadi sempurna.

Manusia tidak harus jadi sempurna. Bertahan meski dengan banyak bekas luka pun sudah baik.-Recaka.

-R E C A K A-
.
.
.

-R E C A K A-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

㋛︎

Suara ricuh anak-anak memenuhi tiap ruang kelas dan koridor menggema bersamaan dengan bel istirahat yang sempat terdengar. Berisik, tapi suara seperti ini yang mungkin akan banyak dirindukan di masa depan.

Hawa sekitar sejuk. Musim hujan masih senantiasa menemani hari. Gerimis bak embun pagi yang meleleh pada peraduan tertiup angin membuat aroma petrikor menyebar ke daya penciuman para murid.

Tetesan air bekas hujan tadi pagi masih berirama. Menyisakan genangan yang mungkin akan surut akibat langkah-langkah para murid yang berhamburan.

Alfa pun sama. Tubuh tinggi laki-laki itu berjalan pelan bersamaan dengan kerumunan. Terasa asing. Ia berjalan pelan menghindari genangan air untuk menyelamatkan sepatunya dari basah. Laki-laki itu terlihat bersama dengan banyak orang di sekelilingnya, tapi ia kesepian.

Tak ada Janu yang menghampirinya dengan senyuman.

Tak ada Gata yang banyak bertanya atau jadi teman adu argumennya.

Tak ada Yuna yang akan menyuruhnya menjadi super hero dadakan ketika ada salah satu murid yang dirundung.

Alfa tak tahu bagaimana menyiratkan segala situasinya sekarang. Apakah yang ia alami saat ini adalah sebuah kedamaian atau malah sepi. laki-laki itu mengedarkan atensinya saat memasuki kantin. Tungkainya mendekat pada salah satu tempat jualan favoritnya, batagor. Selalu tempat ini yang menjadi pusat yang ia selalu rindukan saat tidak datang ke sekolah. Entah rasa batagor yang ia selalu beli, atau momen kebersamaannya dulu bersama teman-temannya

"Mang, goceng dong!"

"Punya saya tiga. Banyakin bumbunya, Mang!"

"Mang! Saya yang baru mateng dong!"

"Timunnya potong kecil-kecil aja, Mang! Saya gak sanggup makannya, belum disemangatin ayang."

"Punya saya jangan lama-lama, Mang. Saya belum mandi, gak ada ayang yang mau mandiin soalnya."

"Lo mati dulu, nanti pasti banyak yang mandiin."

"Abang! Satu dong, kayak biasa," kata Alfa, membuat beberapa orang menoleh karena suara beratnya. Hampir semua murid di sekolah memanggil tukang batagor dengan sebutan Mang Adi. Hanya Alfa, yang berinisiatif sendiri memanggil bapak-bapak sedikit tua itu dengan sebutan Abang.

RECAKAWhere stories live. Discover now