29 || Harsa

174 43 36
                                    

㋛︎

Katanya bahagia itu diciptakan, bukan dicari.

Seperti menerima keadaan meski pahit. Karena hidup tak harus selalu berjalan sesuai apa yang kita harapkan.

-R E C A K A-
.
.
.

-R E C A K A-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

㋛︎

"Ini pada mau ngapain?" tanya Alfa menatap sekitarnya. Ia mendudukkan dirinya di samping Dafi. "Ceramah atau stand up comedy?"

Dafi mengangkat bahunya sebagai jawaban bahwa ia tidak tahu. Baru pertama kali juga laki-laki itu mendengar ada project seperti itu di daerahnya. Apa yang akan mereka lakukan pun Dafi tidak tahu menahu, ia hanya penasaran. Dan kebetulan Alfa ikut, membuatnya tidak terlihat bodoh sendirian.

DUK!!

"Ekhem! Cek-cek! 1 ... 2 ... 5?" Salah satu laki-laki yang mengenakan almamater ungu fakultas psikologi mengecek beberapa mic yang ada di meja depan. Kemudian duduk di sana, bersama beberapa orang yang mengenakan alamamater berwarna serupa.

"Pertama-tama makasih banget untuk kalian semua yang udah mau hadir di acara kita. Sebelumnya kita ada kampanye besar-besaran juga tahun kemarin bertepatan dengan hari kesehatan mental sedunia. Tapi karena ada beberapa faktor, kita mengadakan acara ini kembali. Untuk mengingatkan kita semua terhadap mental aware  yang terjadi di Indonesia. Mungkin tentang kesehatan mental dan lain-lain akan dibicarakan oleh teman saya selaku aktivis bunuh diri." Laki-laki yang tengah berbicara itu menoleh ke arah perempuan di sebelah kanannya. "Silakan."

Perempuan manis berkacamata itu tersenyum pasif. Ia merapatkan almamater ungunya dan mendekatkan mic pada bibirnya. Menjelaskan beberapa faktor seseorang memiliki pemikiran bunuh diri, sebab, akibat, dan apa-apa saja jenis-jenis dari hal tersebut. Dia berbicara panjang lebar membuat beberapa orang terdiam mendengar penuturan sopan yang telah dirangkai sebegitu rapinya. Beberapa menit berlalu hanya diisi dengan suara lantang perempuan berkacamata itu tanpa hal mengganggu dari para audiens. Kemudian perempuan itu terdiam, sembari menatap satu persatu orang-orang di hadapannya yang kebanyakan para remaja.

"Mereka mungkin berpikir, atau kalian yang mengalami hal serupa, pernah terlintas bahwa meninggalkan dunia ini adalah jalan terbaik. Berharap beberapa orang akan kehilangan kalian dan membuat mereka tersiksa dan menyesal. Mungkin kalian akan berpikir, masalah kalian akan selesai." Perempuan itu menghela napasnya sejenak. Lantas menggeleng. "Jika kalian mati. Masalah tidak akan pernah selesai. Hidup kalian memang telah usai, tapi dunia masih berjalan."

Bahkan ketika perempuan itu berhenti bicara beberapa sekon, tak ada satu pun audiens yang bersuara. Seolah menanti kata selanjutnya yang akan diberikan perempuan itu lagi.

RECAKAWhere stories live. Discover now