23 || Lebur Dalam Dingin

168 43 45
                                    

㋛︎

Terkadang, orang yang selalu mengeluh ingin bunuh diri,

Mereka tidak ingin mati.

-R E C A K A-
.
.
.

-R E C A K A-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

㋛︎

"Bahagia, gak nyelesein masalah," ucap Gata pelan. Ia memutuskan sambungan teleponnya.

Netranya menatap lurus ke depan, di mana hanya gerimis yang menemani sekarang, bersama embusan angin yang menelisik ke dalam seragamnya. Langit mulai gelap, tapi Gata sama sekali tak berniat pulang. Mungkin nanti.

Gata menghubungi seseorang lagi. Kali ini Janu.

"Iya, Gat? Kenapa?"

Suara ramah Janu terdengar dari sebrang sana, Gata tersenyum kecil. Bahkan hanya mendengar suara laki-laki itu saja mampu membuat perasaan Gata sedikit tenang.

"Apa lo bahagia?" Pertanyaan sama yang Gata ajukan pada Alfa.

Hening. Tak ada jawaban dari sebrang sana. Cukup lama sampai akhirnya suara Janu kembali menyahut.

"Kadang. Lo sendiri? Lo bahagia?"

Gata tertawa mendengar jawaban Janu. Lantas menggeleng. "Kasih gue kata-kata bagus, Nu! Gue mau denger lagi dari lo."

Dari sebrang sana suara tawa Janu terdengar.

"Bosen gak sih kalo gue bilang semangat? Gue ganti aja deh, you did well, Gata! Makasih udah bertahan sampai hari ini. Untuk hari yang melelahkan. Untuk kata-kata jahat yang lo terima dari anak-anak di sekolah. Untuk kekecewaan yang lo dapet di rumah. Untuk gue, yang bangga, karena bisa kenal sama lo."

Gata tersenyum. Seorang Janu tidak pernah mengecewakan Gata, meskipun Gata tidak memiliki hangat kasih sayang dari orangtuanya untuk tempat pulang, setidaknya Gata memiliki sahabat. Mereka. Janu dan Alfa sudah Gata anggap keluarga, saudaranya sendiri. Bagaimana cara Alfa yang berusaha melindunginya, bagaimana cara Janu untuk menghiburnya.

Mereka, menggantikan sosok orangtua Gata untuk sekilas.

"Makasih juga, karena udah mau jadi temen gue. Kalo orangtua gue nanyain, tolong bilang, gue gak pernah benci sama mereka. Mereka gak salah," ucap Gata, terdengar parau. Nada suaranya mulai berubah.

Tak ada jawaban berarti dari sebrang, hanya hening. Entah apa yang Janu pikirkan di sebrang sana.

"Lo di mana?"

TUT! Gata memutus sambungan teleponnya lagi secara sepihak.

Ada banyak hal baik di masa lalu, yang bahkan masih bertahan sampai saat ini. Dan Gata mulai mengenangnya, memori indah yang berlalu begitu cepat membuat Gata enggan melangkah lebih jauh ke depan. Dirinya masih tertinggal di masa lalu, di mana Gata masih bisa merasakan hangat kasih sayang orangtuanya.

RECAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang