05

7.3K 763 35
                                    

Keadaan jadi canggung setelah tanpa sadar Anna bertanya seperti itu pada Jeffrey. Anna tidak tahu kenapa mulutnya bisa ceplas-ceplos. Hatinya sedang tak selaras dengan otak.

Anna terus menundukkan kepala dan memijat pangkal hidungnya. Berharap pertanyaannya tadi tak didengar oleh Jeffrey.

Tapi siapa sangka Jeffrey malah membenarkan duduk dan membuka suara, "Saya bukan duda. Tapi saya punya anak. Saya belum pernah menikah, tapi saya pernah mengadopsi anak. Anak saya laki-laki, sudah besar, seumuran denganmu."

Anna mengangkat kepalanya, tapi tidak menjawab ucapan Jeffrey.

"Saya rasa bimbingan hari ini cukup. Kamu boleh pergi."

Sebelum benar-benar pergi, Anna pindah tepat ke sebelah Jeffrey sambil memegangi tangan pria itu. "Pak saya benar-benar minta maaf atas kesalahan saya selama ini. Saya emang kurang baik perilakunya, sopan santunnya nggak ada. Tapi bapak jangan kapok ya. Saya butuh bimbingan bapak sampai semuanya selesai."

Jeffrey hanya diam sambil menatap lurus.

"Pak, jangan diem aja dong. Saya jadi takut bapak marah dan nggak mau bimbing saya lagi," lanjut Anna saat Jeffrey tidak memberi respon.

"Sepertinya tugas saya bukan hanya jadi dosen pembimbing kamu."

"Lalu?"

"Jadi pembimbing sopan santun kamu juga supaya nggak kebablasan sama orang yang lebih tua," ucap Jeffrey dengan memberi tatapan sinis. "Orang tuamu masih lengkap, kan, Na?"

Anna mengangguk.

"Mereka nggak capek ya ngurus kamu yang bar-bar ini? Saya aja yang cuma dospem udah mau ngelus dada."

Anna memajukan sedikit bibirnya dan melepas genggaman tangannya dengan Jeffrey. "Saya bakal berubah kok, Pak. Tapi pergaulan saya nggak mendukung."

"Saya dukung."

"Bapak serius?"

"Kalau personalty kamu mulai membaik, saya janji akan traktir kamu di resto yang kamu suka. Gimana? setuju?" tanya Jeffrey yang tidak langsung dijawab oleh Anna. "Personalty tuh penting, Na. Kalau personalty kamu bagus, bakal banyak orang yang suka sama kamu. Terus kamu lebih mudah diterima kerja di tempat yang kamu mau. Percaya sama saya."

"Personalty nya bapak bagus," ucap Anna.  "Kayaknya," lanjutnya.

"Kok pakai kayaknya? Kamu nggak yakin personalty saya bagus?"

"Iyain aja deh," ucap Anna sambil membereskan barang-barangnya.

"Baru juga bahas personalty. Udah begitu lagi aja sifatnya."

"Maaf, Pak."

Jeffrey hanya menggelengkan kepalanya sambil menatap kepergian Anna. Perlahan, Jeffrey meraba mejanya dan mengambil ponsel untuk mengirim pesan pada seseorang.

Kita bisa ketemu? |
Nanti saya kasih tau kapan waktunya. |



















Kira-kira Jeffrey kirim pesan buat siapa?
Terus kenapa Jeffrey liatin Anna pas Anna mulai pergi?

Kira-kira Jeffrey kirim pesan buat siapa? Terus kenapa Jeffrey liatin Anna pas Anna mulai pergi?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

next ga ya?😩

[✓] DOSPEMWhere stories live. Discover now