41 [ending]

5.3K 217 27
                                    

Lampu-lampu gantung elegan menggantung memancarkan pedar cahaya yang memenuhi satu ruangan besar ini. pasukan berbaju hitam putih sibuk menata persiapan agar mencapai kata sukses dan megah dimata para tamu nanti. Merapikan segala sesuatu yang terlihat belum apik, menjadi lebih baik lagi. Mereka berlalu-lalang menyiapkan segala hal, bagaikan semut yang mengangkat sebongkah gula ke dalam rumahnya. Gelas-gelas kristal berisi cooktail bergemeliting terdengar kala ditaruh diatas meja bundar bersamaan dengan para hidangan lainnya.

Susuri langkah demi langkah, pasukan berbaju hitam putih mengangkat satu-persatu makanan dan mempersembahkannya pada banyak tamu saat ini yang sudah memenuhi lantai megah di ruangan. Suara ketukan sepatu dan cakap banyak orang saat ini sangat menggema memenuhi satu ruangan besar ini. Pesta pernikahan ini bagaikan pesta terbesar yang pernah Anna rasakan.

Tak menyangka bahwa hari ini adalah hari di mana Anna akan menjadi nyonya Abichandra. Anna akan melepas masa remajanya bersama Jeffrey, pria yang ia cintai. Sejak tadi Anna sudah deg-degan karena sebentar lagi acara dimulai.

Tapi sebelum Anna pergi ke altar, Joona dan mama memasuki ruang rias Anna dan mendekat ke arahnya. Mereka tersenyum dengan mata terharu melihat anak semata wayangnya menggunakan gaun pernikahan semewah ini.

"Anna.."

"Iya, Ma.."

"Sebentar lagi kamu akan menjadi istrinya Jeffrey. Kamu akan tinggal bersamanya dan keluar dari rumah yang kamu tempati selama bertahun-tahun. Jaga diri kamu baik-baik. Jadi istri yang nurut apa kata suami, ya. Jangan membangkang. Kalau ada sesuatu, kamu cerita sama Jeffrey, katakan padanya apapun yang terjadi. Jangan menyimpan rahasia apapun darinya. Kamu mengerti?" tanya mama yang dibalas anggukkan kepala oleh Anna.

"Jaga Jeno juga, ya, Na. Dia akan jadi anak kamu nantinya," tambah Joona sebelum akhirnya mereka berpelukan bertiga.

Lalu di menit berikutnya Anna dipersilahkan keluar ruangan dan pergi menuju altar. Tempat di mana Jeffrey sudah menunggu.

Anna berjalan bergandengan dengan Joona dengan perasaan gugup. Bahkan Anna sesekali memejamkan mata guna menetralisirkan kegugupannya saat ini.

Setelah Anna sampai di samping Jeffrey, Jeffrey memberikan senyum terbaiknya. Jeffrey juga terus memuji Anna karena kecantikannya.

Sebelum acara ini di mulai, Anna sempat menoleh kesana kemari mencari seseorang yang harusnya ada di sini, tapi malah tidak ada. Anna menoleh ke arah Jeffrey, mencolek lengan pria itu dan bertanya di mana keberadaan Jeno. Tapi Jeffrey tidak tahu karena mereka tidak kesini bareng.

Tadi Jeffrey berangkat lebih dulu karena harus dandan lebih awal. Sedangkan Jeno bersiap di rumah dan sebelumnya ia berjanji akan sampai sebelum waktu acara ini tiba. Tapi sampai detik mereka mengucapkan janji suci dan sah menjadi pasangan suami istri, Jeno tidak juga datang membuat Jeffrey khawatir.

Alhasil setelah sah menjadi suami dari Anna, Jeffrey meminta waktu sebentar untuk menghubungi Jeno. Berulang kali telepon itu berdering, tidak satupun yang terangkat oleh Jeno.

"Jeno kemana, sih? Dia janji katanya mau jadi saksi bisu pernikahanku?" monolog Jeffrey sambil berusaha menghubungi Jeno lagi. Tapi hasilnya tetap sama. Sampai akhirnya, seseorang datang menghampiri dan mengatakan bahwa ada kecelakaan di dekat sini. Korbannya laki-laki dan sedang di bawa ke rumah sakit terdekat.

Mendadak darah Jeffrey mendesir lemas. Dengan segera ia membawa Anna untuk ikut ke rumah sakit yang di maksud. Dengan kecepatan tinggi Jeffrey mengemudikan mobil dan menemui korban kecelakaan tunggal yang di maksud orang tadi. Jeffrey berharap bahwa orang itu bukanlah Jeno.

Sesampainya ia di suatu ruangan, Jeffrey benar-benar tidak bisa dibuat berkata-kata. Jeffrey menangis sejadi-jadinya sambil menopang kepala Jeno di lengannya.

"P-paa.."

"Jeno.. Kenapa seperti ini jadinya?" tanya Jeffrey sambil terus menangis melihat kondisi Jeno yang memprihatinkan.

"J-Jeno minta maaf. K-karena nggak b-bisa j-jadi saksi di pernikahannya papa. Jeno bohongin papa, maaf.." Jeno terus berucap, padahal sakit di tubuhnya sudah tak tertolong. "S-semoga papa d-dan m-mama Anna bahagia. Jeno minta maaf, Pa.. J-Jeno nggak bisa selalu ada di s-samping papa. Maaf. S-sakit banget, Pa.."

"Kita bakal selamatkan kamu, Jen. Kamu tunggu sebentar lagi, ya."

Jeno menggeleng lemah. "Jeno sayang papa dan mama.. M-makasih udah temani Jeno selama ini."

Anna melangkah mendekat ke arah Jeno dan menepuk pipi pria itu berulang kali. "Kita bisa terus sama-sama, Jen. Kita bisa menghabiskan waktu lebih banyak. Jangan menyerah.. Aku mohon."

Tapi Tuhan berkata lain.

Sudah saatnya Jeno pulang.

Dua hari lalu, saat Jeno meminta menghabiskan waktu bersama dan mengambil foto sebanyak-banyaknya, karena Jeno sudah merasa bahwa harinya sudah dekat. Hari di mana Jeno harus meninggalkan semesta dan kembali pada sang pencipta.

Sebelum pergi, Jeno sudah melakukan yang terbaik. Sekarang waktunya Jeno beristirahat dengan tenang di alam yang baru.

"Mama dan papa akan selamanya menyayangi kamu. Kamu jagoan pertama kami yang berhasil berjuang sampai di titik ini. Terima kasih telah bertahan dan menjadi laki-laki yang kuat. Kamu dinyatakan benar-benar sembuh dari sakitmu. Tapi kamu harus pergi. Jika ini yang terbaik, kita ikhlas.."

Tidak yang abadi dalam bahagia, juga tidak ada yang abadi dalam sedih. Semua perihal ketenangan dan keikhlasan. Kisah mereka berakhir sampai di sini, dan berlanjut di keabadian..




























Jeno Abichandra telah dinyatakan gugur.

Jeno Abichandra telah dinyatakan gugur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kenangan kita telah terabadikan.
Selamat tinggal

- Selesai -

[✓] DOSPEMWhere stories live. Discover now