34

2.4K 185 4
                                    

Tepat hari ini Anna meluangkan waktunya untuk menemani Jeffrey check up keadaan kaki dan tangan pasca kecelakaan. Takutnya jika tidak diperiksa kembali, ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

Anna pikir check up nya akan sebentar. Tapi ternyata lama. Bahkan dokter membutuhkan waktu berdua dengan Jeffrey dan Anna harus menunggu di luar ruangan.

Selama menunggu, Anna kepikiran dengan Jeno yang juga menjalani operasi hari ini. Anna takut jika ia terlalu lama di sini, ia tidak bisa menemani Jeno yang sedang berjuang di sana.

Anna mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Joona menanyakan bagaimana operasi Jeno di sana. Joona membalasnya bahwa operasi baru saja akan di mulai. Joona juga mengingatkan Anna untuk tidak panik dan khawatir karena Jeno dan Jeffery pasti akan baik-baik saja.

Sebisa mungkin Anna mengatur napasnya dan memejamkan mata seraya menenangkan dirinya. Anna terus berpikir positif, sesuai sama apa yang Joona bilang.

Tapi entah kenapa perasaan Anna mendadak tidak enak pada Jeno. Anna takut perasaan was-was ini sama halnya pada perasaan Anna pada Jeffrey saat Jeffrey kecelakaan waktu itu.

Jalan satu-satunya Anna hanya bisa berdoa. Berharap pada Tuhan semoga Jeno dan Jeffrey diberi kesembuhan. Tolong izinkan Anna untuk bahagia lebih lama lagi pada dua orang yang ia sayang.

Sudah sekitar setengah jam Anna menunggu, Anna belum mendapatkan kabar dari manapun. Anna menoleh ke ruangan Jeffrey berharap pria itu cepat keluar.

Kemudian Anna menunduk lagi sambil menyisir rambut menggunakan jari-jarinya. Tak lama dari itu, tiba-tiba ada seseorang yang duduk tepat di sebelah Anna. Tak lagi lain, itu adalah Sona.

"Kak.."

"Sona?" Anna tersenyum saat melihat senyum Sona terpampang jelas di hadapannya. "Kamu kok ada di sini?"

"Tadi aku ke rumah kakak, niatnya mau main hehe.. Tapi kata penjaga rumah kakak, kakak dan sekeluarga lagi nggak di rumah. Tadinya aku mau balik ke rumah. Tapi aku pikir kakak di sini."

"Kok bisa nemuin aku?"

"Keliling, Kak.." Sona tertawa selepas mengatakan itu. Sona juga terlihat mengatur napasnya yang memburu.

"Kenapa nggak telepon aku? Nomor aku kamu save, kan?" tanya Anna yang di balas anggukkan kepala oleh Sona.

"Tapi aku chat kakak nggak di bales-bales."

Anna membulatkan mata. Lalu mengecek ponselnya yang ternyata ia matikan data. Kemudian Anna dan Sona hanya bisa tertawa dengan kekonyolan ini.

"Omong-omong kakak ngapain di sini?"

"Aku lagi nunggu seseorang di dalam," ucap Anna sambil menunjuk ke ruang di belakangnya.

"Laki-laki yang waktu itu pakai kursi roda, bukan? Itu pacarnya kakak?" tanya Sona. Lalu Anna menggeleng. "Lho.. Aku pikir itu pacarnya kakak."

"Lebih tepatnya calon suami," jawab Anna membuat Sona menutup mulutnya. "Dan calon suami kakak tuh udah punya anak. Anaknya laki-laki, seumuran sama kakak, sekarang lagi di ruang operasi."

"Maksudnya kakak mau nikah sama duda anak satu? Kalau anaknya sudah seusia Kak Anna, berarti calon suami Kak Anna usia berapa?" tanya Sona dengan wajah panik. Karena yang ada di pikirannya, Jeffrey adalah pria tua. Saat bertemu di taman waktu itu Sona tidak terlalu merhatiin bagaimana wajah Jeffrey.

"Aku sama dia cuma beda empat tahun. Jeffrey itu bukan duda. Dia punya anak karena mengadopsi di panti asuhan beberapa tahun lalu. Dia butuh teman di rumahnya. Karena setelah di tinggal kedua orang tua untuk selamanya, Jeffrey tinggal sendirian. Pokonya ceritanya panjang. Kamu pasti ngerti garis besar dari apa yang aku ceritain barusan.."

[✓] DOSPEMWhere stories live. Discover now