26

2.7K 228 5
                                    

Sudah sampai sore Anna masih menetap di ruangan Jeno. Anna ingin menepati janjinya untuk menemani Jeno, saat waktunya senggang. Kebetulan hari ini tidak ada jadwal kuliah.

Sesekali Anna menjenguk ke kamar Jeffrey untuk memastikan. Tapi keseringan, saat Anna melihat kesana, Jeffrey sedang istirahat. Jadi Anna kembali lagi ke kamar Jeno.

Kalau sudah mulai bosan terus berada di dalam ruangan, Anna sesekali pergi ke kantin, atau cafetaria di depan rumah sakit ini. Tapi tidak lama dari itu, Anna pasti kembali lagi ke ruangan Jeno.

Beruntungnya Jeno berada di ruang VVIP. Jadi fasilitas disini segalanya ada. Termasuk sofa untuk Anna merebahkan tubuhnya yang lelah.

Anna merenggangkan otot lengannya setelah bangun dari posisi tidurnya. Saat ini ia berniat untuk pulang dulu karena harus mandi. Tapi sebelum Anna pergi, Anna sempat berperang batin tentang siapa yang akan menjaga Jeno saat ia pergi nanti.

Tapi Anna pikir di tinggal sebentar juga tidak apa-apa. Alhasil Anna membereskan barangnya dan berpamitan singkat oleh Jeno. Tapi saat Anna hendak melangkahkan kakinya pergi, pintu ruangan sudah lebih dulu terbuka.

"Anna.."

"Lho... Jeffrey?" Anna tersentak saat Jeffrey sudah duduk di kursi rodanya. Lalu ia melihat ke belakang dan menemukan Joona sedang mendorong kursi roda Jeffrey. "Papa?"

"Jeffrey bilang seharian ini kamu nggak ada di kamarnya. Kamu juga nggak pulang ke rumah," ucap Joona dengan nada khawatirnya.

"Iya, aku seharian di sini. Soalnya aku mau temenin Jeno. Aku juga tadi cek ke kamarnya Jeffrey. Cuma Jeffrey nya lagi tidur, jadi aku nggak mau ganggu."

"Terus sekarang kamu mau kemana?" tanya Jeffrey.

"Mau pulang. Terus nanti kesini lagi buat nginep temenin Jeno."

"Jangan.."

Anna mengerutkan keningnya, "Kenapa?"

"Seharian ini kamu udah temenin Jeno. Sekarang kamu pulang, terus istirahat. Besok kalau mau kesini lagi boleh.. Tapi kamu juga harus memperhatikan diri kamu sendiri. Jangan sampai kecapean." Jeffrey melarang karena ia khawatir. Tapi Anna ingin ada di samping Jeno dan memastikan anak itu selalu dalam kondisi baik.

"Jeffrey bener, Na. Kamu harus istirahat juga.." Kini giliran Joona yang membuka suara.

Anna tetap kukuh dengan pendiriannya untuk menemani Jeno malam ini, atau bahkan sampai Jeno sadar nantinya.

"Aku tetep mau di sini temenin Jeno. Anggap aja ini cara aku menebus kesalahan karena telah melukai hatinya."

"Tapi, Na—"

Anna memajukan bibirnya karena badmood. Membuat Jeffrey mau tidak mau mengiyakan. Tapi malam ini Anna tidak akan sendirian, melainkan ditemani oleh Joona.

Tapi sebelum menetap, Anna harus pulang dulu untuk mandi dan makan malam. Sedangkan Jeffrey kembali ke kamarnya dan istirahat sebelum makan malam tiba.

**

Saat di rumah, Anna mempersiapkan keperluannya untuk menginap di rumah sakit malam ini. Anna terlihat sangat bahagia karena bisa menemani Jeno, walaupun tidak diperizinkan untuk setiap hari menginap di sana. Karena Anna juga butuh tempat nyaman untuk beristirahat. Contohnya kasur empuk. Sedangkan di rumah sakit, Anna harus merebahkan tubuhnya di sofa, atau karpet yang ada.

Setelah siap dengan keperluannya, Anna menuruni anak tangga dan menemui orang tuanya di ruang makan.

Anna menarik salah satu kursi dan duduk setelah orang tuanya juga duduk. Namun sebelum mulai makan, Anna sempat menatap sang mama. "Malam ini aku sama papa di rumah sakit. Mama mau ikut kesana atau di rumah aja?"

"Di rumah aja."

"Kenapa nggak ikut kesana aja? Kan sebentar lagi Jeno akan jadi cucunya mama hahaha.." Anna tertawa kecil karena masih tak habis pikir bahwa Jeno sebentar lagi akan mengganti statusnya dari seorang sahabat, jadi anak, sekaligus cucu dari orang tua Anna.

"Ikut ke rumah sakit aja ya, ma. Papa nggak mau mama sendirian di rumah. Nanti kalau ada apa-apa gimana?" tanya Joona.

"Kalo ada apa-apa ya telepon kalian lah.."

"Serius nggak mau ikut ni?" ledek Anna sambil memicingkan matanya dan tersenyum tipis.

Tapi mama tetap pada pendiriannya untuk tetap tinggal. Lalu setelah itu mereka melaksanakan makan malam secara bersamaan.

Di menit ketiga puluh mereka menyelesaikan makannya. Lalu Anna dan Joona langsung berpamitan karena tidak ingin sampai di rumah sakit terlalu malam.

"Maa.. nanti jangan lupa kunci pintu. Ni pagernya abis aku sama papa keluar, langsung di kunci. Mama jangan begadang nonton film, nanti matanya sakit. Langsung tidur aja. Udah tua nggak boleh kecapean, okey.." Anna memang seperti itu pada orang tuanya. Terlalu barbar, sampai-sampai bicarapun suka ceplas-ceplos.

Setelah mengingatkan mama untuk mengunci pintu, Anna dan Joona pergi menuju rumah sakit.

Sesampainya di sana, Anna dan Joona memisahkan diri. Joona pergi ke kamar Jeno, Anna mengecek Jeffrey dulu dan ingin memastikan apa pria itu sudah makan malam atau belum.

CEKLEK

Jeffrey yang posisinya sedang duduk setelah menyelesaikan makan malamnya, kini menyambut Anna dengan senyum terbaiknya. Kemudian ia menyuruh Anna untuk duduk tepat di sampingnya.

"Wah pinter makan malamnya udah habis," ucap Anna setelah melihat piring di dekat Jeffrey sudah kosong tak tersisa makanan. Hanya ada jejak kotornya saja.

"Iya dong.. kan biar di sayang sama Mam!"

"Siapa bilang?" tanya Anna dengan nada meledek. Sedangkan Jeffrey mengerucut bibirnya, membuat Anna semakin gemas. "Nanti bobo sendiri, ya.."

"Biasanya juga bobo sendiri."

Anna hanya tertawa senang karena berhasil menggoda Jeffrey, sampai-sampai pria itu hampir badmood.

"Sekarang udah malem, kamu istirahat ya. Aku mau ke kamarnya Jeno.. Kasian papa sendiri nungguin dia."

Jeffrey menganggukkan kepalanya.

"Jangan ngambek lagi yaa.." Anna mengusap kepala Jeffrey singkat, lalu berpamitan untuk pergi ke kamar Jeno.

Sesampainya di sana, Anna menemukan Joona sedang duduk di samping ranjang Jeno. Mengamati wajah damai sambil membenarkan poni Jeno yang mulai panjang.

"Pa.."

"Na, kalau Jeno nggak bangun lagi gimana?"

Anna mengerutkan keningnya antara kesal dan bingung kenapa Joona bisa bicara seperti itu. "Papa kok ngomongnya gitu, sih? Jeno pasti kembali. Dia cuma lagi istirahat aja."

Joona hanya diam sambil menatap Jeno sendu. Selama Jeno menjadi sahabat Anna, Joona sudah menganggap Jeno sebagai anaknya sendiri. Sampai Jeno terbaring lemah seperti ini pun Joona rasanya tidak tega. Kalau ia bisa menggantikan, mungkin ia akan menggantikan posisi Jeno sekarang juga.














- bersambung -

ges.. spoiler next chapter bakal ada satu pendatang baru berjenis kelamin perempuan.

wayolo tu perempuan mau ngapain haha..
kita tunggu aja yaw!

[✓] DOSPEMWhere stories live. Discover now