24

2.8K 250 8
                                    

Hari ini Anna sangat sibuk membantu mama nya masak dan membereskan rumah sebaik mungkin. Karena katanya hari ini Jeffrey akan datang meminta restu.

Sebelumnya Anna sudah cerita pada kedua orang tuanya bahwa Jeffrey telah melamarnya. Jeffrey memiliki tujuan baik. Sudah jelas Joona setuju tanpa Jeffrey dan Anna meminta.

Tapi karena Jeffrey ingin menyambung tali silahturahmi bersama keluarga calon istrinya, Jeffrey akan datang hari ini dan berbincang sedikit tentang ke depannya.

"Pa.."

"Apa, Na?"

"Papa serius ngerestuin aku sama Jeffrey, kan?"

"Emangnya papa keliatan lagi bercanda, ya?"

Bukannya Anna meragukan restu Joona. Hanya saja Anna takut Joona kurang suka dengan masalah Jeffrey dan Jeno beberapa bulan lalu. Walaupun Joona sudah tahu seperti apa masalah yang sebenarnya.

Joona berusaha meyakinkan Anna. Sedangkan Anna merasa gusar karena perasannya mendadak tidak enak. Seperti ada sesuatu buruk yang akan terjadi.

Tangan Anna mendadak basah karena keringat. Sedangkan tubuhnya gemetar karena panik. Padahal sejak tadi Anna sudah duduk di ruang tengah, yang tempatnya di fasilitasi pendingin ruangan.

Anna mengusap wajahnya beberapa kali dan mengecek notifikasi ponselnya. Semua terlihat baik-baik saja, sampai Joona datang menghampiri Anna dengan tatapan kurang mengenakan.

"Ada apa, Pa?"

Joona maupun mama duduk di kanan dan kiri Anna. Lalu menepuk bahu Anna beberapa kali.

"Ikut papa ke rumah sakit tempat Jeno di rawat, yuk, Na.."

Anna mengerutkan keningnya sambil tersenyum tipis. "Jeffrey kan mau kesini. Kenapa kita harus pergi? Papa mau ketemu sama Jeno?"

"Papa mau ketemu Jeffrey disana."

Anna mengerutkan keningnya semakin menjadi. Ia tidak paham apa maksud Joona. Padahal sebelumnya Jeffrey sudah menghubungi Anna bahwa pria itu sudah di jalan menuju ke rumahnya.

Tapi kenapa tiba-tiba Joona ingin menemui Jeffrey di rumah sakit? Sehingga Anna pun sadar bahwa ada yang tidak beres.

Dengan gerakan cepat Anna menyuruh Joona menyiapkan mobil dan pergi menuju rumah sakit tempat Jeno di rawat. Selama di perjalanan Anna merapalkan doa, berharap ketakutannya tidak akan terjadi secara nyata.

Beberapa menit mereka membutuhkan waktu untuk sampai di rumah sakit, pergelangan tangan Anna langsung digenggam oleh Joona untuk ikut ke bagian resepsionis dan menanyakan perihal keberadaan pasien atas nama Jeffrey.

Semakin bingung pula, Anna hanya mengikuti kemana Joona membawanya pergi. Sampai akhirnya mereka berhenti di salah satu ruangan yang tak jauh dari rawat inap Jeno.

Sebelum masuk, Anna memperhatikan pintu kamar tersebut. Jantungnya berdebar kencang, sedangkan matanya sudah berkaca-kaca.

"Jeffrey kenapa, Pa?" tanya Anna sebelum masuk ke dalam kamar tersebut. "Kenapa papa bawa aku kesini, dan pergi ke kamar atas nama Jeffreyan Subroto Abichandra? Itu nama Jeffrey. Ada apa dengannya, Pa?"

"Di internet sudah ramai, Na, kalau ada kecelakaan di jalan raya arah menuju rumah kita. Kecelakaan tunggal yang membuat korban mengalami luka di bagian wajah, kaki dan tangannya. Awalnya tadi papa nggak terlalu penasaran dengan berita itu. Tapi ada warga yang nyebar foto korbannya di grup chat papa. Tak lain itu Jeffrey. Papa yakin."

Anna menggelengkan kepalanya sejenak. Lalu dengan cepat ia memasuki ruangan dan menemukan Jeffrey sedang memijat pelipisnya.

"Anna?"

"Kenapa bisa gini, sih?"

Jeffrey tertawa kecil melihat wajah khawatir Anna. "Maaf ya, aku gagal sampai rumah kamu dengan baik. Aku lagi nggak fokus. Jadi gini deh.."

"Kenapa bisa nggak fokus? Di kantor lagi banyak tugas, ya?" tanya Anna yang di balas gelengan oleh Jeffrey. "Terus kenapa?"

"Nggak apa-apa," jawab Jeffrey. Kemudian Jeffrey tersenyum ke arah Joona dan mama. "Kalian kok bisa tau aku ngalamin kecelakaan tunggal?"

"Papa dapet kabar dari warga. Lagipula posisi kamu saat kecelakaan nggak jauh dari rumah," jawab Joona membuat Jeffrey mengangguk singkat.

"Maaf ya, Pa.. Saya nggak bisa tepati janji untuk main ke rumah. Nggak ada yang tau saya bakal dapat musibah seperti ini."

"Santai aja, Jef.. Yang penting sekarang kamu sama Anna udah ketemu. Kamu juga kondisinya nggak parah-parah banget, kan." Soalnya si Anna dari tadi ngelamun mulu. Kayak punya feeling akan ada kejadian buruk yang terjadi," ucap Joona diiringi tawaan membuat Jeffrey ikut tertawa.

"Maaf ya, Na. Aku udah buat kamu khawatir."

Anna mengangguk singkat sambil memajukan sedikit bibirnya.

"Jangan sedih lagi dong.."

"Nggak kok."

Jeffrey mengusap pipi Anna sejenak. Lalu ia melepaskannya kembali saat Joona membuka suara lagi.

"Jef, saya titip Anna, ya. Anna anak saya satu-satunya. Jadi saya harap kamu adalah pilihan yang tepat untuk membimbing Anna menjadi lebih baik lagi."

Jeffrey mengangguk. "Siap, Pa.. Saya akan bimbing Anna dan membahagiakannya semampu saya."

Pertemuan yang awalnya di rencanakan di rumah Joona, kini berakhir di ruangan rumah sakit.

Kemudian, semua tersenyum bahagia..













- bersambung -

Wkwk.. gatau ini feel apa nggak. Tapi kalian tenang aja, bakal ada part yang lebih WOW lagi kok nantinya.

[✓] DOSPEMWhere stories live. Discover now