20

3.4K 311 4
                                    

Sudah dua bulan ini Anna tidak pernah tahu bagaimana kondisi Jeno. Pesan yang selalu Anna kirimkan setiap harinya tidak pernah ada balasan. Padahal Jeno selalu online. Sampai akhirnya Anna pun menyerah.

Mungkin ini saatnya Anna untuk benar-benar menjauh dari Jeno. Anna benar-benar merasa kehilangan sosok yang selalu ada untuknya selama ini. Anna merindukan Jeno. Tapi apa Jeno juga merindukannya?

Selama dua bulan ini Anna hanya melakukan tugasnya seperti biasa. Yaitu pergi kuliah, juga mengisi job pemotretan. Sedangkan untuk bimbingan, Anna selalu berusaha menghindar setiap kali Jeffrey mengajaknya.

Anna juga sempat terganggu dengan orang-orang yang meramaikan instagramnya dengan kata-kata kurang mengenakan. Mereka bilang kehadiran Anna merusak keluarga Jeffrey dan Jeno. Setiap Anna pergi ke tempat yang satu, pasti ada saja yang membicarakannya. Begitu juga saat Anna pergi ke tempat yang lainnya.

Anna sempat stress memikirkan masalah ini. Tapi lambat-laun, mereka yang membicarakan Anna pun lelah dengan sendirinya. Sampai tidak ada lagi yang menyakiti perasaan Anna.

Hari ini Anna ingin pergi ke kampus karena ada jadwal. Tapi sebelum pergi, Anna menyempatkan diri untuk sarapan bersama orang tuanya. 

"Jeno udah lama banget nggak ada kabar. Gimana kondisi dia sekarang, Na? Dia pasti masih suka hubungi kamu, kan?" tanya Joona sambil menatap Anna yang saat ini sudah malas dengan obrolan yang ada.

Anna menaruh alat makannya sedikit di hentak. Kemudian dengan pandangan lurus, Anna membuka suara. "Aku nggak tau kabar Jeno seperti apa. Karena akhir-akhir ini kita udah nggak pernah chating ataupun ketemu. Aku sama Jeno bener-bener lost contact."

"Lho.. Kenapa?" tanya sang mama yang penasaran dengan topik pembicaraan ini.

Bukannya menjawab pertanyaan mama, Anna malah menatap Joona. "Papa ingat Pak Jeffrey?"

Joona mengangguk.

"Dia papanya Jeno. Dia lelaki yang sedang berusaha mendekati aku, di saat Jeno juga menyukai aku. Hari itu, saat aku izin sama papa untuk pergi bersama Pak Jeffrey, ternya Jeno mengikuti dari belakang. Jeno kecewa sama aku karena dia pikir aku sudah mengambil kebahagiaannya. Padahal saat itu aku bener-bener nggak tau kalau Pak Jeffrey tuh papanya Jeno. Orang yang selama ini Jeno ceritakan pada kita.."

Joona maupun mama menutup mulutnya karena kaget. Sedangkan Anna menghela napas sambil menundukkan kepalanya.

"Jeno salah paham sama aku. Sampai akhirnya Jeno marah dan nggak mau lagi berhubungan dengan aku."

"Ya sudah, kalau Jeno nggak lagi marah, kasih dia waktu. Jangan di deketin dulu. Nanti akan ada masanya dia paham sama keadaan," ucap Joona.

"Tapi aku khawatir sama kondisi Jeno saat ini. Apa lagi Jeno udah jarang pergi ke kampus.."

"Kamu tanya Jeffrey aja," usul mama.

Anna menggelengkan kepalanya. "Aku juga nggak mau berhubungan sama Pak Jeffrey lagi kalau bukan urusan kuliah."

Joona mendekatkan wajahnya ke arah Anna. Tatapannya meledek, sehingga Anna yang melihat itu kesal. "Kamu suka sama Jeffrey, kan?"

"Nggak."

"Selama ini kamu nggak pernah mau di ajak jalan sama cowo manapun kecuali Jeno dan papa. Terus waktu Jeffrey ngajak kamu jalan, kok sampai jemput ke rumah? Hayo... ada apa-apanya ni pasti."

"Nggak, kok.. Aku sama Pak Jeffrey biasa aja. Lagian aku nggak mau buat Jeno tambah marah."

"Coba tanya sama perasaan kamu, kamu nyamannya sama siapa. Jeno, atau papanya."

Anna hanya diam. Sebelum akhirnya memilih pergi ke kampus untuk menghindari pertanyaan konyol dari Joona.

**

"Anna.."

Anna menolehkan kepalanya saat seseorang memanggil. Ternyata itu komplotan lambe turah yang selama ini sangat Anna hindari.

Komplotan lambe turah ini juga yang meramaikan kolom komentar instagramnya Anna, sehingga anak lain yang belum tahu apa-apa, jadi tahu inti permasalahannya.

"Lo masih ngampus di sini?"

Anna mengerutkan keningnya, "Kenapa emangnya?"

"Gue kalau jadi lo mungkin udah minggat."

"Gue nggak ngerti lo lagi ngomongin apa."

"Satu kampus ini kayaknya udah tau deh kalau lo lagi menjalin hubungan sama Pak Jeffrey. Terus lo juga sebagai penyebab rusaknya kerukunan keluarga Pak Jeffrey," ucap salah satu gadis membuat Anna seketika diam. "Pak Jeffrey udah punya anak, kan? Itu artinya lo ngerusak rumah tangganya dong?"

Rasanya Anna ingin sekali tertawa bahwa mereka tidak tahu bahwa Jeffrey belum pernah menikah. Katanya lambe turah, tapi hal seperti ini masa masih salah?

"Anna, lo kan masih muda, kenapa carinya duda? Ups.."

Anna memutarkan bola matanya malas. Lalu berlalu begitu saja. Membuat komplotan tadi merasa kesal dan menarik Anna kembali secara paksa.

"Lo malu, ya?"

"Kayaknya yang harusnya malu tuh lo deh.. Soalnya sesuatu yang lo ucapkan tuh nggak bener," ujar Anna tak mau kalah dengan komplotan tersebut.

"Aduh, Anna.. Lo ya udah ketangkap basah masih aja ngelak. Masih muda kok nyarinya duda? Biar punya sugar daddy, ya?"

PLAK

Anna menutup mulutnya saat seseorang datang dan menampar pipi ketua komplotan tersebut. Tak lagi lain, orang yang berani mengambil sikap itu adalah Jeno. Seseorang yang selama ini ia tunggu kehadirannya.

"Jaga ucapan lo. Bokap gue bukan duda! Anna juga bukan perusak rumah tangga bokap gue, karena dia belum pernah menikah!" sentak Jeno membuat orang-orang di sekitar sana menoleh ke arahnya.

"Kalo bokap lo belum nikah, terus lo—"

"Gue anak angkat. Mau apa lo?"

Mereka diam. Lalu pergi tanpa mengatakan maaf. Menyisakan Jeno dan Anna yang berada di tengah-tengah kampus.

"Jangan kepedean. Gue ngebela lo karena gue nggak suka bokap gue namanya terus-terusan tercemar gara-gara lo."

"Maaf.."

Lalu Jeno pergi tanpa mengucapkan sepatah kata.















- bersambung -

Kira-kira bakal jadi berapa chapter ya cerita ini?

[✓] DOSPEMWhere stories live. Discover now