10

4.8K 468 8
                                    

Pak DOSPEM
online

| Na
| Dua minggu nggak bimbingan. Gimana sama skirpsi mu?

Sudah dua minggu ini memang Anna tidak memperhatikan ponselnya. Karena Anna sedang tidak ingin diganggu siapapun, sekalipun dospemnya sendiri.

Omong-omong selama dua minggu ini Anna juga lost contact oleh Jeno. Terakhir mereka ketemu saat Jeno main ke rumah dan nonton film bersama. Setelah itu mereka disibukkan dengan tugas masing-masing.

Sebenarnya Anna penasaran bagaimana keadaan Jeno setelah beberapa hari sakit. Anna benar-benar sibuk, tidak ada waktu untuk sekedar menanyakan perihal keadaan anak itu. Karena Anna sedang fokus pada jadwal pemotretannya yang terbilang padat.

Bahkan untuk saat ini Anna baru saja selesai pemotretan, Jeffrey sudah menanyakan skirpsi yang belum tahu kapan kelarnya.

Anna menghela napas, meneguk air mineral sejenak, sebelum akhirnya membalas pesan singkat Jeffrey.

Saya baru selesai jadwal lainnya, Pak. |
Kasih saya waktu untuk istirahat. |

| Bimbingan sekarang, Na. Mumpung saya lagi nggak ada jadwal ngajar. Saya juga lagi nggak harus ke kantor.

Kantor? |
Maksudnya bapak ada kerjaan lain selain menjadi dosen? |

| Iya, kamu baru tau?

Bukannya menjawab, Anna justru kepikiran dengan ucapan Jeno malam itu tentang papanya yang juga menjadi dosen saat ia masih menjadi pekerja kantoran.

Anna beranggapan mungkin Jeffrey papanya Jeno. Tapi ... mustahil sih. Mana mungkin orang sebaik Jeffrey bisa menelantarkan anak begitu saja.

"Tapi Pak Jeffrey pernah bilang kalau anaknya seumuran denganku, laki-laki pula. Apa ada kemungkinan bahwa anak yang di maksud itu adalah Jeno?" monolog Anna terheran-heran.

| Na
| Mau bimbingan nggak?
| Saya kan pernah janji sama kamu buat traktir di resto yang kamu suka, nah kalau kamu mau bimbingan hari ini, saya traktir sekalian.

Ceritanya nyogok ni? |

| Hehehe
| send a pict

Anna reflek menutup mulutnya saat Jeffrey mengirim pict yang super lucu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Anna reflek menutup mulutnya saat Jeffrey mengirim pict yang super lucu. Selain tampan, Jeffrey juga menggemaskan.

Karena gemas, Anna tak punya alasan untuk menolak ajakan Jeffrey untuk bimbingan. Entah dorongan dari mana, Anna ingin sekali mencolok lesung pipi Jeffrey yang terlihat sangat dalam.

Setelah janjian di salah satu tempat, Anna menemukan Jeffrey sudah melambaikan tangan sambil tersenyum, sama seperti foto yang ia kirim tadi.

Anna berlari kecil menghampirinya dan menatap Jeffrey dengan senyuman pula.

"Kenapa keliatannya bahagia banget? Seneng ya mau jalan sama saya?" ledek Jeffrey membuat Anna lantas menyelesaikan senyumannya. "Yah kok nggak senyum lagi?"

"Nanti kalau saya senyum terus di kata orang gila."

"Nggak apa-apa gila asalkan masih lucu."

"PAK!"

"Hehehe... Ya sudah, yuk! Saya tau resto mana yang makanannya enak."

Mereka berjalan beriringan tanpa bergandengan tangan. Mungkin Jeffrey canggung untuk memulainya. Jadi Anna hanya berjalan di belakang Jeffrey.

Tapi saat ingin menyeberangi jalan, Jeffrey baru sadar bahwa Anna tertinggal. Jeffrey melihat langkah Anna yang mencoba untuk lebih cepat, tapi tidak bisa. Alhasil Anna terlihat seperti anak kecil yang ketinggalan orang tuanya.

"Anna!"

Anna mendongak menatap Jeffrey yang sudah tertawa di depan sana. Kemudian setelah Anna berhasil berdiri di samping Jeffrey, Jeffrey menautkan tangan mereka untuk menyeberangi jalan.

Sesampainya di resto, mereka mencari tempat yang tidak banyak di kunjungi orang. Mereka juga memesan menu yang sama. Katanya sih biar tidak ribet.

Selama menunggu pesanan datang, Jeffrey memulai bimbingannya pada Anna.

"Bocil seperti kamu ternyata udah mau pelepasan ya. Hebat banget."

"Tapi saya bukan bocil, Pak."

"Kenapa nggak mau jadi bocil? Padahal bocil dekat rumah saya tuh lucu-lucu lho.."

Anna hanya diam tidak membalas ucapan Jeffrey. Karena mendadak ia kepikiran oleh ucapan Jeno tentang papanya yang juga dosen.

Selama ini Jeno tidak pernah mengenalkan siapa papa Jeno sebenarnya, di mana rumah mereka, seperti apa wajah papanya, sehingga setiap Jeno cerita, Anna hanya membayangkan seseorang yang tidak jelas visualisasinya.

Saat ini Anna ingin sekali menyingung anak Jeffrey yang pernah diceritakan waktu itu. Tapi Anna merasa tidak enak.

"Anna."

"Ya, Pak?"

"Kenapa diam saja? Ayo perhatikan saya, sebelum makanannya datang. Nanti kalau sudah makan bimbingannya tertunda lagi."

Anna mengangguk singkat sebelum akhirnya memperhatikan penjelasan Jeffrey mengenai skripsi miliknya.

"Pak Jef, saya pengen ketemu sama anak bapak deh."

"Hah? Janganlah."

"Lho.. kenapa?"

"Nanti kamu naksir sama anak saya. Saya jadi punya saingan deh."

Anna tertawa singkat. Begitupun dengan Jeffrey yang menunjukkan lesung pipinya membuat Anna reflek mencolok lesung tersebut karena terlampau gemas.

"Anak bapak punya lesung juga nggak?"

"Nggak punya. Tapi dia punya eyes smile."

Seketika Anna melunturkan senyumnya. Anna teringat bahwa Jeno juga memiliki eyes smile setiap kali tersenyum atau tertawa.

"Boleh saya tau nama anak bapak?"

Belum sempat Jeffrey menjawab, tiba-tiba pelayan datang membawakan pesanan mereka membuat pertanyaan Anna jadi angin lalu.

Anna menghela napasnya sejenak. Mungkin ini belum saatnya untuk mengetahui siapa anak Jeffrey sebenarnya.




















- bersambung -

lumayan update buat nemenin malem minggu.

[✓] DOSPEMWhere stories live. Discover now