[25] effort

2.7K 392 6
                                    

Sudah hampir 2 minggu Rosetta tak menunjukkan batang hidungnya di depan Jeffrey. Ia masih setia mendekam di kos Lisa selama ini. Jeffrey tak mendengar kabar langsung dari Rosetta, gadis itu seolah membangun tembok yang sangat tinggi antara mereka. Jeffrey hanya mengetahui kabar Rose dari Lisa. Tentang apa kegiatan Rose saat berada di kos, apakah dia makan dengan baik? apa dia tidak sakit? apakah Rosetta tidak menunjukkan tanda-tanda yang aneh seperti sesak nafas atau keringat dingin? Semua itu hanya mampu Jefrrey tanyakan melalui Lisa. Setiap hari Jeffrey menghampiri Rose di kos Lisa, berharap gadis itu mau menemuinya, walaupun nihil. 

"Rose?" lagi. hari ini Jeffrey kembali datang ke kos Lisa. berusaha untuk membujuk Rose agar mau berbicara dengannya. 

Di dalam sana Rose dapat mendengar suara itu. Tentu saja ia tak peduli, cukup membiarkannya dan tak lama Jeffrey akan pergi. Begitulah keseharian Jeffrey selama beberapa hari ini. Rose kembali melanjutkan kesibukannya membaca buku yang dibelikan Lisa beberapa hari yang lalu. Jika ditanya, bagaimana keadaan Rose selama ini, dia tidak baik-baik saja. dia seperti kehilangan seseorang yang selama ini banyak membantunya, bisa dikatakan bahwa dia kehilangan salah satu semangat hidupnya. Seseorang yang selama ini ia percaya ternyata membodohinya. Harusnya dia paham sejak awal. 

"aku pengen jelasin semua ke kamu Rose. kalau kita kayak gini terus, semua gak bakal selesai. kamu dan aku bakal sama sama menderita." Rose dikejutkan dengan suara Jeffrey yang berada di dekat jendela kamar kos Lisa. 

"aku gak bakal maksa kamu buat ketemu aku, tapi aku cuma pengen kamu dengerin aku bentar aja. aku tau, kamu denger aku kan?" 

Rosetta masih bungkam. dia jelas mendengar suara Jeffrey. Ternyata perkiraan Rosetta salah, ketika dia menganggap Jeffrey akan pergi. Laki-laki itu justru semakin mendekat. Rosetta yakin pasti Lisa yang memberitahu tentang akses untuk mendekat hingga jendela kamar Lisa. 

"Rose, sedikitpun gak ada niatan aku buat bohongin kamu. Gak ada niat aku buat jadiin kamu objek dari acara kampus itu. Demi apapun aku bener bener sayang sama kamu." 

Rose masih mendengarkan, jika boleh jujur Rosetta sangat merindukan Jeffrey. Dia sangat merindukan bagaimana laki-laki itu selalu memperhatikan Rose walaupun dengan detil kecil. 

"sejak awal aku emang udah tertarik sama kamu, gak ada sedikitpun niat aku buat manfaatin kamu. cuman emang momennya pas, ketika yang lain bener-bener berharap kamu bisa tampil di Romansa dan aku yang berniat untuk deketin kamu. Mereka semua berharap dengan aku deketin kamu itu bisa bikin kamu mau juga tampil di Romansa. Rose, kamu boleh benci aku sesuka hati kamu, tapi satu hal yang harus kamu tau kalo aku bener-bener tulus sayang sama kamu." 

Bayang-bayang Jeffrey kembali hinggap dalam pikiran Rosetta, saat ini dia benar-benar membutuhkan Jeffrey untuk melindunginya dari papanya. Hanya Jeffrey yang bisa dipercaya untuk melindungi Rose saat ini. Tapi apa iya? Jeffrey benar-benar bisa diandalkan? apa masih bisa Rosetta mempercayai Jeffrey? 

"ini ada titipan dari bunda. makan ya? aku pergi. inget, apapun pikiran negatif yang ada di otak kamu, dapat aku pastiin itu salah. ayo kita bicara Rose." selanjutnya langkah Jeffrey terdengar menjauh dari jendela kamar kos Lisa. 

tanpa menunggu lama, Rosetta membuka jendela dan menemukan sebuah paper bag, berisi sandwich yang kemungkinan di buat oleh bunda Jeffrey aliyas dosennya. 

ada secarik kertas yang menempel di atas lunch box itu. 

"jangan lupa dimakan ya Rosetta.. Ibu harap kamu selalu baik-baik saja. Dokter Dimas mengkhawatirkanmu, apalagi Jeffrey." 

Ingatan Rose terhadap sedikit nasihat yang diberikan dokter Dimas kembali datang, beliau mengatakan bahwa setiap masalah tidak bisa dihindari. semakin dihindari maka masalah itu akan semakin besar. cara terbaiknya adalah dengan menghadapinya. Walaupun prosesnya tidaklah mudah tapi itu harus dilakukan. 

Romansa • Jaerose ✔Where stories live. Discover now