[27] rain

3K 367 3
                                    


Malam semakin larut dan Rose sudah berada di balik selimut dengan pandangan yang tertuju pada keadaan luar sana yang tengah basah karena hujan yang cukup lebat. Bahkan hujan itu diiringi suara petir yang terkadang membuatnya sedikit ketakutan. Bayang-bayang sore lalu kembali berputar pada ingatannya, bagaimana keadaan Jeffrey yang jauh dari dikatakan baik, wajahnya pucat dan sepertinya Jeffrey kehilangan berat badannya. Rose sadar keduanya dalam keadaan tidak baik, Jeffrey maupun Rose sama sama terpuruk dengan apa yang sedang terjadi. 

Rose yang semakin berpikir bagaimana hubungan dia dan Jeffrey setelah ini? apakah semua bisa kembali seperti semula. Ia sadar bahwa ini juga bukan salah Jeffrey, Jeffrey menyayanginya dan tidak ada niatan sedikitpun untuk mempermainkan Rose. Bahkan Rose sadar sejak dulu, jauh sebelum dia tau perkara Romansa itu. Dia tau dengan jelas bahwa Jeffrey benar-benar menyayanginya. Tapi entahlah setelah mengetahui masalah itu, perasaan yakin itu seakan luntur, namun jauh di lubuk hatinya dia juga yakin bahwa memang Jeffrey tulus mencintainya. 

Ponselnya bergetar membuat Rose mengalihkan perhatiannya, siapa di jam 11 ini yang menelfonnya. Nama Jeno terpampang di layar ponselnya. Dahi Rose berkerut ketika melihat nama Jeno, apa terjadi sesuatu dengan Jeffrey?

"Kak Rose, maaf ganggu malem malem gini, tapi bang Jeffrey lagi sama kakak gak ya?" tanya Jeno langsung tanpa basa-basi. Sangat terlihat dari nada bicaranya bahwa dia sedang panik.

Rose diam sebentar, "enggak Jen, gue lagi di apart dan gak sama abang lo." jawab Rose. 

"Bang Jeffrey belom pulang kak. dia lagi sakit, dan temen-temennya gak ada yang tau. kakak gak tau dia dimana?" sekali lagi Jeno terdengar sangat panik. 

Rose diam memikirkan keberadaan Jeffrey, dan sontak dia bangun dari kasurnya lalu segera meraih kardigan serta kunci mobilnya. 

"kayaknya gue tau abang lo dimana. ntar gue kabarin." Rose langsung berlari dengan keadaan pucat setelah mengingat kejadin sore tadi. 

plis gue harap lo gak di sana Je, gue harap lo udah pulang. plis.

di dalam hati Rose terus merapalkan kalimat itu. Semoga tebakannya salah, semoga Jeffrey tidak berada di atas kasur rooftop itu. 

dengan kepanikan yang sepertinya menular dari Jeno, Rose mengendarai mobilnya seperti kesetanan, dia harus segera memastikan bahwa Jeffrey baik-baik saja. saat sampai gedung klinik praktik ayah Jeffrey yang sudah tutup, Rose segera berlari dengan tangga darurat yang ada di belakang gedung. dia menggunakan seluruh tenaganya untuk berlari dan memastikan bahwa Jeffrey telah pergi dari tempat itu. Pandangan Rose tertuju pada mobil Jeffrey yang terparkir, "Shit!" umpat Rose lalu mempercepat larinya. 

Badan Rose langsung lemas saat melihat Jeffrey masih dalam posisi yang sama dengan sore tadi, tidur telentang. dan saat ini tubuhnya sudah basah kuyup. Kulitnya terlihat sangat pucat. Jelas Jeffrey kehujanan sejak sore tadi. 

"Jeffrey! astaga! lo gila? bangun Jeff!" Rose melepaskan payung yang ia gunakan, meraih tubuh Jeffrey yang sedingin es itu. 

.

.

.

.

Rose masih setia menggenggam tangan Jeffrey yang bebas dari infus, tatapannya bahkan tak pernah berpaling dari Jeffrey yang saat ini masih terpejam. Tak sedikit air mata yang sudah Rose keluarkan setelah melihat kondisi Jeffrey tadi, badannya pucat bahkan hampir membiru. Dia terus saja menyalahkan dirinya sendiri karena meninggalkan Jeffrey tadi sore. Harusnya dia pergi dari rooftop itu bersama-sama. 

"Bang?" Jeno datang dengan tergesa-gesa dan diikuti oleh kedua orang tuanya yang terlihat sangat panik. 

Rose berdiri dan memberikan sedikit ruang untuk orang tua Jeno. Mereka masih berada di IGD dan suasana di sini cukup sepi. Rose masih dalam keadaan basah kuyup dengan keadaan yang juga sedikit kacau.

Romansa • Jaerose ✔Where stories live. Discover now