Chapter 10 : Eomma

33.4K 4.2K 287
                                    

Pagi ini sama seperti biasanya. Yeseul yang menyiapkan sarapan dan Jaehyun duduk menunggu anak-anak sambil minum kopi. Minhyung turun duluan disusul Sungchan, tidak lama setelah itu Jeno datang dengan raut wajah murung. Wajahnya pucat, dahinya berkeringat, dan ia tidak memakai seragam dengan rapi.

Melihat itu Jaehyun berdiri lalu menghampiri Jeno dan menahan bahunya, "kau sakit?" Tanya Jaehyun.

Jeno menggeleng pelan tetapi tubuhnya mendadak terhuyung karena kepalanya terasa berputar dan sangat berat. Sontak Jaehyun pun segera merangkulnya agar tidak jatuh.

"Hari ini tidak usah pergi ke sekolah, ya?"

Kemudian Minhyung pun menghampiri Jeno lalu membawakan tasnya untuk kembali ke kamar. Satu keluarga itu membawa Jeno ke kamarnya, Yeseul juga langsung mengganti pakaian Jeno dengan pakaian rumah. Di sisi lain Jaehyun segera menghubungi wali kelas Jeno untuk mengirimkan absen.

"Eomma akan membuatkan bubur untuk Jeno, tunggu sebentar." Yeseul mengusap kening Jeno sesaat sebelum berjalan keluar.

"Hyung, kau baik-baik saja?" Sungchan bertanya dengan wajah khawatir. Tidak biasanya Jeno terlihat sangat pucat seperti ini.

"Ya.. aku baik..." Jeno berucap dengan suaranya yang serak lalu memiringkan tubuhnya sambil memeluk sebuah bantal. Kepalanya sangat sakit, seperti dihantam sesuatu yang keras.

"Tidurlah lagi." Minhyung menepuk kepala Jeno dan mengajak adiknya untuk sarapan sebelum berangkat ke sekolah.

Jaehyun mengantar Minhyung dan Sungchan ke sekolah, sedangkan Yeseul tetap berada di rumah untuk menemani Jeno yang sedang sakit. Menyuapkan bubur hasil olahan sendiri, memberikan plester penurun demam, juga menepuk-nepuk pantat Jeno seperti bayi agar cepat tidur.

Setelah Jeno tertidur pulas, Yeseul pun memutuskan untuk pergi membeli obat dan vitamin di apotek. Meninggalkan Jeno sendirian di kamar. Namun tiba-tiba Jeno terbangun, ia memandang ke sekitar. Sepi dan hening. Plester di keningnya juga mulai menghangat, tidak lagi dingin seperti awalnya.

Remaja 13 tahun itu meneguk ludahnya kasar kemudian beranjak. Meski kepalanya pusing, ia masih memikirkan perkataan ayahnya tadi malam. Yeseul bukanlah ibu kandungnya melainkan Taeyong, si pemilik toko bunga yang pernah Jeno kunjungi sebanyak dua kali.

Jeno menghirup nafas dalam dalam sebelum berjalan pelan untuk mengambil hoodie dan maskernya. Ia pun berjalan menuruni tangga sesekali merunduk karena sakit di kepalanya. Jeno menggunakan telepon rumah untuk memesan sebuah taksi, taksi datang dalam waktu beberapa saat saja.

Taksi itu mengantar Jeno ke suatu tempat. Sepanjang perjalanan Jeno hanya menyenderkan kepalanya di jendela lalu memejamkan mata berusaha menahan rasa sakit di kepalanya. Butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai, Jeno pun menyerahkan beberapa lembar uang sakunya untuk membayar.

Remaja tampan itu keluar dari mobil. Berjalan sebentar lalu mengerjap sebentar karena matanya terasa panas. Tanpa berbasa basi Jeno pun mendorong pintu kaca itu hingga belnya berdering.

"Selamat datang, ada-" untuk yang kesekian kali ucapan Taeyong terpotong karena kehadiran Jeno di toko bunganya. Anak keduanya itu memandanginya dengan sendu sebelum tubuhnya terjatuh ke atas lantai akibat rasa sakit di kepalanya.

"Jeno-ya!" Pekik Taeyong, ia meninggalkan bunga di tangannya dan menghampiri Jeno, "Jeno-ya, ada apa denganmu? Kau sedang sakit?"

Sepasang tangan dengan urat-urat mencuat itu mengusap keringat di wajah Jeno lalu menempelkan salah satu punggung tangan di kening hingga leher. Terasa sangat panas. Sepertinya Jeno sedang mengalami demam tinggi.

Home | JungFamily✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang