Chapter 14 : Mother of three

31.6K 4K 565
                                    

"aku tidak bisa."

Taeyong menarik tangannya dari atas meja sehingga kini tangan Jaehyun terasa kosong. Pria tampan dengan balutan jas biru tua itu menghela nafas, sangat sulit untuk menarik hati Taeyong kali ini.

Sepulang kerja sekitar jam 9 malam, Jaehyun memutuskan untuk mengajak Taeyong pergi ke sebuah kafe sejenak. Berbincang sambil meminum kopi dan kue tiramisu. Jaehyun bisa berbicara empat mata dengan Taeyong, ia meminta Taeyong untuk datang ke rumah dan bertemu anak-anak.

Jaehyun menjelaskan semuanya. Tentang Minhyung dan Sungchan yang menolak keras kenyataan sebenarnya serta Jeno yang membela ibunya di hadapan dua saudaranya sendiri. Hal itu mampu membuat Taeyong terus menyalahkan dirinya.

"Hyung, kumohon?" Jaehyun menatap pasrah ke arah istrinya. Wajahnya yang terlihat lelah semakin menyendu seolah tidak ada semangat hidup.

"Jaehyun," Taeyong menghela nafas, "mereka membenciku, mereka tidak akan pernah menerima kehadiranku. Aku laki-laki dan aku memang melahirkan mereka tapi kini semuanya telah berubah. Hanya Jeno yang bisa menerimaku."

"Minhyung dan Sungchan masih terlalu labil dalam mengontrol emosinya. Aku akan selalu membantumu meyakini mereka agar mereka bisa menerimamu."

"Tidak semudah itu. Bahkan ketika Jeno memanggilku eomma untuk yang pertama kali di saat aku meninggalkannya, aku merasa begitu bersalah. Namun aku juga merasa beruntung karena Jeno bisa menerimaku tanpa harus bersusah payah mengejarnya. Minhyung dan Sungchan tidak seperti Jeno... semua anak memiliki sifat yang berbeda."

"Aku hanya ingin anak-anak tahu bahwa kau adalah ibu kandung mereka, ibu yang telah melahirkan mereka. Aku tidak peduli jika mereka akan membenciku atau bahkan tidak menerimamu, yang terpenting adalah kau bisa bertemu dan berbincang dengan mereka."

"Tidakkah kau merindukan mereka?"



.
.
.
.
.
.





Setiap hari terdapat kecanggungan di antara Jeno dan dua saudaranya. Minhyung selalu berangkat duluan menumpangi bus umum sedangkan Sungchan duduk di kursi depan bersama sang ayah. Biasanya mobil itu selalu diisi dengan obrolan ringan antara ayah dan anak-anaknya. Entah itu mengenai sekolah atau liburan.

Jeno tidak mempedulikan hal itu. Ia masih merasa kesal karena Minhyung menyebut ibunya sendiri adalah orang asing.

Sepasang tangan kurus milik remaja itu memakai pakaian santainya lalu merapikan rambutnya. Jeno baru saja bersiap untuk makan malam, bersama Taeyong yang kabarnya akan datang malam ini. Entahlah bagaimana jadinya nanti, Jeno acuh akan hal itu.

Ia mulai keluar dari kamarnya dan berjalan cepat menuruni tangga. Di meja makan sudah banyak makanan tersaji, serta ada Yeseul yang sedang melepas apronnya.

Minhyung dan Sungchan sudah duduk di kursi makan yang biasa mereka tempati. Sang ayah baru saja keluar dari ruang kerja lantas berjalan mendekati pintu utama. Detik itu juga bel berbunyi menandakan ada tamu yang berkunjung.

"Selamat malam." Suara Taeyong terdengar begitu merdu di telinga Jaehyun. Pria yang memakai kemeja hitam dengan tatanan rambut berbentuk simbol koma itu tersenyum menyambut istrinya.

"Hyung, ayo masuk."

"Eomma!"

Jeno berlari kecil dan menghampiri Taeyong, memeluk tubuh kurus berbalut kardigan itu. Taeyong membalas pelukannya dengan lembut meski sedikit canggung karena ketika ia menginjakkan kaki di rumah ini, ia merasa sesuatu mengganggu hatinya.

Home | JungFamily✔️Where stories live. Discover now