Chapter 18 : Mark

31K 3.8K 466
                                    

Memasuki semester baru, semester 6.
Para mahasiswa maupun mahasiswi sibuk mempersiapkan diri di semester baru yang mungkin kesibukannya melebihi sebelumnya. Begitu juga dengan Jung Minhyung atau kerap disapa Mark oleh teman-temannya. Pemuda genap 20 tahun itu merupakan salah satu mahasiswa jurusan arsitektur yang cukup terkenal seantero kampus.

Hari ini ia sedang berada di sebuah kafe bersama beberapa temannya untuk sekedar berbincang sambil minum kopi. Jadwal kuliah selesai satu jam yang lalu sekarang saatnya bersantai.

"Malam ini Lucas mengundang kita untuk datang ke pesta pertunangannya." Pemuda itu berucap, membuat teman-temannya langsung memberikan tatapan padanya.

"Tunangan? Maksudmu?"

"Oh ayolah, dia akan bertunangan malam ini dengan putri dari kolega bisnis ayahnya."

"Aku yakin pestanya akan meriah meski baru bertunangan. Lucas adalah anak dari pengusaha tambang terbesar se-Asia. Aku akan datang malam ini!"

"Benar! Kita bisa mencicipi minuman dengan gratis!"

Minhyung tersenyum miring lantas menoleh ke arah seorang gadis cantik yang terduduk di sebelahnya. Gadis bersurai hitam panjang itu tampak menyenderkan kepala di bahu Minhyung dengan nyaman sambil memperhatikan teman-temannya. Sepasang mata bulat itu berhasil menarik perhatian Minhyung.

"Aku akan menjemputmu malam ini." Minhyung berbisik di telinga gadisnya, "gunakan gaun pendek berwarna hitam, honey."

"Aku akan memakainya untukmu." Gadis itu menjepit dagu Minhyung dengan jarinya lalu menggoyangkannya ke kanan ke kiri. Keduanya terkekeh pelan kemudian pemuda kelahiran Agustus itu mengeratkan rangkulannya di bahu si gadis.

Selagi sibuk berbincang, tatapan Minhyung mengarah ke seorang lelaki yang baru masuk ke kafe. Ia memakai setelan santai dan juga membawa tas selempang berisi buku-buku pelajaran. Ia tampak memesan sebuah kue utuh, memilihnya sejenak sebelum menunjuk yang ia inginkan.

Jung Jeno.

Minhyung mengerutkan kening melihat keadaan adiknya di kafe ini. Jeno membeli sebuah kue, membayarnya menggunakan kartu debit. Adiknya itu mengucapkan terima kasih sebelum berbalik. Sebenarnya Minhyung benci untuk mengatakan ini tetapi ia sedikit merindukan adiknya itu, mata mereka tidak sengaja bertemu membuat senyuman kecil di wajah Jeno luntur begitu saja.

Sambil berjalan Jeno menggulirkan matanya dan keluar dari kafe. Ia enggan melihat sang kakak walau hanya beberapa detik.

Karena perbedaan pemikiran, keduanya harus berpisah tempat tinggal. 6 tahun lalu dimana Jeno berkelahi dengan Minhyung untuk yang pertama kali, Jeno memutuskan untuk tinggal bersama sang ibu kandung. Ia tetap berpegang teguh pada pendiriannya meski sang kakak berulang kali menariknya pulang bersama ketika berada di sekolah.

Hingga akhirnya mereka berpisah selama 6 tahun terakhir, jarang sekali berkomunikasi lewat kontak atau sosial media. Bahkan Jeno enggan berada di kampus yang sama dengan Minhyung maupun Sungchan.

Minhyung mendengus. Ia tidak peduli lagi dengan Jeno. Adiknya yang satu itu berani menentangnya dan membangkang.

"Mark, apa terjadi sesuatu? Kenapa melamun?" Jihye, gadis itu mendongak untuk melihat wajah Minhyung.

Lamunan Minhyung lantas terganggu, ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah si gadis, "aku baik."

"Lalu kenapa kau melamun?"

Minhyung menyeringai, "memikirkanmu."

Jihye terkekeh lepas dengan wajah bersemu. Ia menarik rahang Minhyung mendekat hingga bibir mereka bertemu. Tangan pemuda itu bertengger indah di pinggang Jihye, mengusapnya seolah memberikan sengatan kepada tubuh ramping tersebut.

Home | JungFamily✔️Where stories live. Discover now