Chapter 24 : DNA Test

31.3K 3.6K 198
                                    

Malam ini Minhyung memutuskan untuk menginap. Ia baru saja kembali setelah membeli makanan untuk makan malam mereka serta beberapa kotak susu kehamilan untuk Jihye. Mereka makan sambil berbincang kecil, terkadang Minhyung akan menyuapi kekasihnya.

Minhyung menyadari bahwa Jihye terlihat lebih cantik dari biasanya. Mungkin karena sedang hamil muda?

Setelah makan malam selesai, akhirnya keduanya pun memutuskan untuk duduk di sofa sambil menonton acara televisi. Minhyung tidak fokus pada kegiatannya, pikirannya terus menuju kepada tes DNA tersebut. Baiklah sekarang waktunya ia berbicara kepada Jihye.

"Jihye." Panggil Minhyung.

Jihye berdehem singkat sambil menggerakkan kepalanya mencari posisi nyaman di dada bidang Minhyung.

"Aku ingin melakukan tes DNA dengan bayinya."

Sontak Jihye membulatkan mata kemudian menegakkan tubuhnya. Ia memberikan tatapan tidak percaya kepada Minhyung, "apa maksudmu?"

"Yah kau tahu, aku-"

"Kau meragukan dirimu sendiri? Atau kau beranggapan bahwa aku selingkuh darimu?" Jihye menunduk, mendesah kecewa, "Minhyung-ah apa yang sebenarnya ada di kepalamu?"

"Aku tidak berkata bahwa aku meragukan hal itu dan juga aku tidak berkata bahwa kau selingkuh dariku. Aku hanya ingin memastikan bahwa anak ini benar-benar darah dagingku."

"Tapi kenapa? Kenapa kau ingin melakukannya?"

Pemuda kelahiran Agustus itu mencoba meraih tangan Jihye tetapi Jihye menepisnya. Sepasang matanya berkaca-kaca serta memerah, siap meluncurkan airnya.

"Jihye, dengar. Aku butuh surat hasil tes DNA itu untuk meyakini ayahku bahwa aku benar-benar akan menjadi calon ayah. Lagipula itu hanya tes biasa, hasilnya akan keluar dalam dua minggu."

"Baik," Jihye mengangguk dengan kedua tangan terkepal erat, "jika kau menginginkannya, maka aku akan melakukan tes DNA. Sekarang pergi dari sini."

"Jihye?"

"Kubilang pergi!"


.
.
.
.
.
.



Laki-laki muda berusia 18 tahun itu berjalan masuk ke dalam rumahnya tepat pada jam satu malam. Sambil menggendong tas dan memainkan kunci mobilnya, Jung Sungchan berjalan melewati ruang tengah. Namun langkahnya terhenti saat melihat sang ayah tengah bekerja di ruang tengah. Di sana ada beberapa kertas, laptop, serta peralatan menggambar. Jaehyun sedang menyelesaikan pekerjaannya yang belum rampung hingga dini hari. Jangan lupakan teh lemon yang masih hangat di atas meja.

"Kemarikan kunci mobilnya." Ujar Jaehyun tanpa melihat ke arah Sungchan, tangan kirinya menodong ke arah si bungsu.

"Apa? Aku baru saja pulang dari kampus." Jawab Sungchan mengelak. Sial, bagaimana bisa ayahnya selalu mengetahui kemana ia pergi?

"Berikan padaku. Mulai besok aku yang akan mengantarmu ke kampus dan juga menjemputmu."

Sungchan berdecak, "baiklah! Aku tidak akan ikut balap liar lagi."

"Kau sudah mengatakannya sebanyak ratusan kali. Sekarang berikan padaku," Jaehyun menghampiri Sungchan, membuat si bungsu mendesah kecewa sekaligus kesal, "Jung Sungchan."

"Ayolah! Aku-"

Sret!

Dalam sekali gerakan Jaehyun menarik kunci mobil milik Sungchan, kunci itu sudah berada di genggamannya. Si pemilik berdecak, mengusak surainya sebelum menghentakkan kaki ke lantai. Ia pun berjalan menjauhi Jaehyun, dengan kurang ajar ia menunjukkan jari tengahnya kepada sang ayah. Padahal besok ia harus bertanding untuk mendapatkan hadiah utama berupa uang yang jumlahnya cukup banyak.

Home | JungFamily✔️Место, где живут истории. Откройте их для себя