Chapter 22 : Talk for the first time

28.5K 3.6K 45
                                    

Ini aneh.

Mereka baru berkencan selama 2 bulan, dan melakukan seks sebanyak sekitar lima kali? Entahlah Minhyung lupa yang jelas ia ingat bahwa dirinya selalu memakai pengaman. Minhyung selalu mengikat pengaman berisi cairan spermanya lalu membuangnya ke tong sampah, tidak ada yang bocor satupun.

Dalam surat pemeriksaan yang diberikan oleh dokter, Park Jihye dinyatakan positif hamil dengan usia 3 bulan. Tidak ada yang salah dengan itu hanya saja sedikit janggal. Jikapun anak itu memang benar-benar darah daging Minhyung, maka Minhyung akan bertanggung jawab dengan cara melindungi Jihye selama masa kehamilan hingga melahirkan setelah itu mungkin mereka akan menikah dan hidup bahagia bersama si bayi.

Yah, kedengarannya mudah.

Perasaannya terus campur aduk. Di sisi lain ia merasa bahagia karena akan memiliki keturunan bersama wanita yang ia cintai tetapi di sisi lain perasaanya cukup gundah. Seperti ada yang mengganjal di dalam hati serta pikirannya.

Ah tidak, calon ayah sebaiknya tidak berkata seperti itu.

Pemuda berusia 20 tahun itu turun dari mobilnya dan menggendong tali tas di satu bahu. Ia pulang lebih awal hari ini karena hanya ada satu mata kuliah yang perlu ia hadiri. Lagipula nanti malam ia memiliki janji bersama Jihye, ia ingin menghabisi waktu senggangnya dengan tidur atau sekedar main game.

Minhyung melangkah masuk ke dalam rumah. Ia melihat seisi rumah tampak bersih dan rapi terutama bagian ruang tengah. Terdapat sebuah lilin aroma terapi yang menyala, aroma yang mirip dengan madu mengisi kekosongan ruangan besar tersebut.

Tiba-tiba seseorang keluar dari ruang cuci yang dekat dengan dapur. Minhyung langsung menoleh, di sana terdapat seorang pria berapron biru tua yang sedang membawa keranjang berisi pakaian yang sudah dihaluskan. Ia hanya perlu meletakannya ke dalam lemari anak-anak.

"Minhyung."

Namanya dipanggil oleh sang ibu kandung disertai senyuman kecil yang kelihatan canggung. Taeyong meletakkan keranjang itu di atas counter dapur lantas berjalan menuju kulkas untuk mengambil teko kaca berisi minuman yang ia buat sendiri.

Teh dingin dengan irisan lemon di siang hari, bagaimana?

"Sudah makan siang?" Tanya Taeyong sambil menuangkan teh lemon dingin ke dalam gelas, sedikit mendorongnya mengisyaratkan Minhyung untuk minum.

"Belum."

"Aku akan membuat makan siang untukmu, minumlah dulu."

Kemudian Taeyong membawa keranjang berisi pakaian bersih ke lantai atas terlebih dahulu sebelum kembali turun ke bawah untuk membuat beberapa hidangan makan siang. Minhyung mendudukkan diri di meja makan sambil memandangi punggung sempit milik ibunya yang berjalan kesana kemari. Sesekali Taeyong akan bersenandung kecil pertanda ia menikmati kegiatannya sekarang ini. Meski agak canggung rasanya.

Satu persatu hidangan mulai diletakkan di atas meja makan. Terakhir adalah mangkuk kecil berisi nasi.

"Selamat makan." Taeyong tersenyum sambil mengusap punggung Minhyung. Ia pun berjalan menjauh untuk kembali menyibukkan diri dengan pakaian-pakaian bersih tersebut. Ia juga harus membersihkan kamar Sungchan sebelum kembali k toko bunga.

Akhir-akhir ini Taeyong memang sering datang ke rumah Jaehyun untuk sekedar mengerjakan pekerjaan rumah. Seperti mencuci pakaian kotor, membersihkan setiap sudut rumah, serta memasak. Ia akan datang sesudah Jaehyun dan anak-anak pergi untuk menghindari kecanggungan. Mengingat Yeseul sudah pergi sehingga tidak ada lagi yang mengurus keperluan rumah.

Mendengar hal itu, Jeno tidak menyetujuinya karena ia tidak ingin Minhyun ataupun Sungchan memperlakukan Taeyong seperti orang asing nantinya. Tetapi Taeyong terus berusaha meyakini Jeno bahwa ia baik-baik saja, bagaimanapun juga Minhyung dan Sungchan adalah anak kandungnya.

Home | JungFamily✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang