Chapter 23 : I see her

28.5K 3.5K 286
                                    

"hyung."

"Jaehyun-ah? Aku baru saja mau menutup tokonya."

Taeyong melihat Jaehyun datang membawa dua gelas kopi dingin. Pria yang telah membuka jasnya itu mendudukkan diri di kursi yang terletak di dekat meja kasir, memandangi Taeyong yang sedang menyapu lantai.

Tenaga dan pikirannya terkuras habis untuk bekerja hari ini, tapi begitu melihat Taeyong seolah semua yang di ada di dalam diri Jaehyun kembali segar bugar. Ia tidak lagi merasakan lelah atau semacamnya.

"Dimana Jeno?" Tanya Jaehyun setelah menyadari si tengah Jung tidak ada di sini. Biasanya Jenolah yang paling bersemangat untuk menutup toko maka dari itu ia bisa segera pulang ke rumah dan tidur.

"Jeno baru saja pergi nonton bioskop bersama temannya." Jawab Taeyong lalu mendudukkan diri di kursi sebelah Jaehyun, "terima kasih untuk kopinya."

"Jadi....?"

Tepat pukul tujuh malam Jaehyun pergi keluar dari kantornya karena ia mendapat pesan dari sang istri, Taeyong. Taeyong berkata bahwa ia ingin berbicara bersama Jaehyun secara empat mata di toko bunga. Jadi tanpa berbasa-basi Jaehyun meninggalkan pekerjaannya, membeli kopi dingin sebelum melaju menuju toko bunga. Selain itu ia juga ingin segera bertemu Taeyong, rindu katanya.

Dan sekarang Taeyong duduk di hadapannya. Berbicara mengenai si sulung Minhyung yang kabarnya akan melakukan tes DNA untuk mengatasi rasa penasarannya.

"Minhyung bilang mereka baru berkencan selama dua bulan dan mereka hanya melakukannya kurang dari lima kali mungkin? Minhyung akan melakukan tes DNA bersama kekasihnya nanti." Taeyong menatap sepasang mata lelah Jaehyun, berusaha menjelaskan serinci mungkin dan selembut mungkin agar Jaehyun tidak naik pitam. Pasalnya Jaehyun masih belum ingin berbicara dengan si sulung semenjak permasalahan ini muncul.

Jaehyun merasa malu. Ia merasa bahwa dirinya tidak bisa membesarkan anaknya dengan baik.

"Aku tidak peduli dengan hal itu, aku benar-benar malu sekaligus kecewa. Kau tahu itu 'kan hyung?"

"Jaehyun-ah," Taeyong meraih tangan Jaehyun lalu menggenggamnya menggunakan kedua tangan, "dia anak kita, Jaehyun-ah. Bagaimanapun juga sebagai orang tua kita harus bisa menerima apa yang anak-anak lakukan."

"Hyung, perbuatannya sudah di luar batas. Aku tidak pernah mengajarkan hal seperti ini kepada anak-anak. Masa depan Minhyung masih sangat panjang. Sekarang lihatlah apa yang telah dia lakukan. Berkencan dengan seorang gadis, menghamilinya, dan berniat untuk melakukan tes DNA setelah dirinya dinyatakan sebagai calon ayah? Dia belum siap, hyung."

"Baiklah," Taeyong melepaskan tangan Jaehyun, "aku yang akan maju untuk membantunya, Jaehyun-ah. Kuharap kau tidak keberatan dengan hal itu."

Pria itu berdiri dari duduknya kemudian mematikan lampu utama. Ia meraih tas selempangnya dari laci meja kasir sebelum berjalan keluar toko bersama Jaehyun.

"Pulanglah dan beristirahat. Jika ada waktu mungkin besok aku akan datang membawa makan siang ke kantormu." Ujar Taeyong.

"Bagaimana jika kita makan siang bersama?"

"Hm, baiklah."


.
.
.
.
.
.



- Keesokan harinya, 10.21 am

"Eomma, bolehkah aku pergi ke kafe milik Renjun sebentar saja? Aku ingin bertemu kucing-kucing di sana." Jeno bertanya setelah meraih setangkai bunga dari tumpukan bunga serupa yang lain.

Home | JungFamily✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang