Chapter 12 : Kecurigaan

30.6K 3.9K 266
                                    

Selama perjalanan hanya keheningan melanda. Jeno sengaja duduk di belakang karena nyaman. Sedangkan Jaehyun sesekali melirik ke arah spion untuk mengawasi pergerakan anak keduanya itu.

"Kau terlihat nyaman bersamanya." Ujar Jaehyun membuka topik pembicaraan hanya dibalas deheman oleh si tengah Jung, "kau harus lebih sering mengunjunginya."

"Kenapa tidak dia yang mengunjungiku?"

"Kau harus merahasiakannya di depan keluarga untuk sementara, Jung Jeno."


.
.
.
.
.
.



Semenjak hari itu, setiap pulang sekolah Jeno akan menyempatkan diri menghampiri toko bunga ibunya. Ia menghabiskan waktu di sana hingga petang sebelum pulang ke rumah. Entah itu makan bersama, membantu Taeyong melayani pelanggan, mengerjakan tugasnya, atau bahkan hanya sekedar bertukar cerita. Baginya Taeyong adalah sosok yang ramah dan baik hati juga peduli, Taeyong tidak segan memberikan banyak makanan ketika Jeno berkunjung.

Menyadari hal itu, Minhyung selaku kakak dari Jeno merasa cukup curiga. Setiap pulang sekolah Minhyung hanya akan pulang bersama Sungchan karena Jeno menumpangi bus umum berbeda arah. Minhyung merupakan sosok yang tidak banyak berbicara namun lebih banyak memperhatikan.

Setiap pulang sekolah, Jeno akan berjalan meninggalkan kakak dan adiknya menuju bus umum di ujung jalan. Dengan penuh tanda tanya, Minhyung hanya memandangi sang adik tanpa ada niatan untuk berbicara. Si bungsu pun menyadari hal tersebut sehingga ia langsung bertanya pada sang kakak ketika makan malam berlangsung.

"Jeno hyung, apakah kau pergi ke rumah kekasihmu setiap pulang sekolah?" Tanyanya langsung membuat orang di sekitarnya mendongak.

Jeno menatap lurus ke arah Sungchan, "aku pergi ke rumah teman untuk kerja kelompok."

"Memangnya harus setiap hari?"

Remaja itu mendengus, "iya, kenapa?"

Jaehyun memandangi Jeno dengan tatapan mengintimidasi sebelum kembali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Diam-diam ia juga melirik ke arah Yeseul yang memasang senyum kecil namun tatapan mata yang perempuan itu lemparkan tidak dapat menutupi rasa keingintahuannya. Dengan kata lain Yeseul juga penasaran apa yang Jeno lakukan akhir-akhir ini sepulang sekolah.

Lalu anak-anak pun mulai membersihkan meja makan juga dapur membantu Yeseul, setelah itu mereka mengucapkan selamat malam dan pergi ke kamar masing-masing untuk beristirahat.

Jeno menutup pintu kamarnya lalu berbaring di atas kasur. Menghela nafas panjang sebelum meraih ponselnya, terdapat sebuah pesan masuk beberapa menit yang lalu.

Eomma 🥀
20.21 pm

Jangan lupa makan dan minum vitamin. Bereskan buku-buku pelajaran untuk besok lalu pergi tidur.

Selamat malam, Pangeran ❤️

Sebuah pesan yang mampu membuat Jeno tersenyum, ditambah juga ikon berbentuk hati. Setelah membalas pesan tersebut Jeno mematuhi perintah Taeyong, anak itu segera meletakkan ponselnya di atas meja belajar lalu menarik selimut hingga dada bersiap untuk tidur.

Di sisi lain Jaehyun berada di ruang kerjanya. Ia duduk di atas sofa sambil bertukar pesan dengan seseorang. Sesekali Jaehyun akan tersenyum hingga lesung pipinya muncul. Merasa hatinya begitu gundah karena berbicara hanya lewat pesan, alhasil Jaehyun memberanikan diri untuk menghubungi Taeyong.

"Hyung." Panggilnya.

'Jaehyun-ah, kenapa kau menghubungiku?'

Suara tawa Jaehyun membuat Taeyong ikut tersenyum di seberang sana, "memangnya tidak boleh menghubungi ibu dari anak-anakku?"

'aku sedang memasak, Jaehyun-ah.'

"Baiklah aku akan mematikan panggilannya sekarang."

Terjadi keheningan selama beberapa saat. Jaehyun masih belum ingin memutuskan panggilan, Taeyong pun sibuk memasak untuk makan malamnya sendiri sesekali mencuri pandang ke arah ponselnya yang tergeletak tidak jauh dari posisinya saat ini.

"Taeyong-ah, saranghae."

Kemudian panggilan ditutup. Pergerakan Taeyong terhenti saat mendengar kalimat terakhir dari suaminya. Detik berikutnya Taeyong tersenyum tanpa menunjukkan gigi, ternyata Jaehyun masih saja mencintainya setelah sekian tahun berpisah.

Jaehyun meremas pelan ponselnya lantas menghela nafas. Ia pun beranjak dari sofa dan berjalan menuju pintu. Baru saja ia membuka pintu tersebut, ia terkejut melihat keberadaan Yeseul. Perempuan itu mendongak untuk menatap Jaehyun, raut wajahnya terlihat panik.

"Yeseul? Ada apa?" Tanya Jaehyun lalu menutup pintu.

"Aku... aku ingin membantumu bekerja."

"Aku tidak ada pekerjaan untuk malam ini, bagaimana jika kita beristirahat saja?"

Yeseul meneguk ludahnya dan mengangguk. Ia membiarkan Jaehyun jalan terlebih dahulu lalu mengikuti langkah pria yang ia cintai tersebut.

Yeseul... tidak salah dengar 'kan?



.
.
.
.
.
.



"Hei Mark! Ayo tanding basket!"

"Sorry boys, I have to go now."

Remaja tampan dengan wajah tirus itu berjalan keluar kelas meninggalkan teman-temannya. Ia berjalan cepat menuju lorong kelas 8 untuk menemui Jeno sebelum anak itu pergi namun nihil, langkahnya terlambat. Jeno sudah lebih dulu berjalan keluar dari gedung sekolah bahkan keluar pagar utama.

Minhyung berlari kecil mengikuti langkah Jeno. Ia melihat adiknya itu sudah lebih dulu menaiki bus umum dan duduk. Ia berdecak sebal lalu berlari menuju bus umum yang baru saja berhenti di ujung jalan untuk mengambil penumpang.

Bus yang Minhyung tumpangi memiliki tujuan yang sama dengan bus tumpangan Jeno. Mengarah ke daerah Gangnam yang cukup ramai pengunjung karena di sini surganya pertokoan. Melihat adiknya sudah turun dan berjalan menjauh, Minhyung segera turun dan mengejar sang adik secara diam diam.

Tubuh Jeno berhenti di depan sebuah toko bunga, ia masuk ke dalam dan disambut oleh pelukan dari seseorang. Minhyung mengerutkan keningnya, bukankah toko bunga itu adalah tempat dimana mereka membeli bunga untuk sang ibu? Lantas mengapa Jeno berada di sana?

Minhyung menyebrangi jalan. Ia mengintip dari jendela kaca untuk melihat pergerakan adiknya di dalam sana. Paman pemilik toko bunga itu tampak memeluk Jeno, mengusap kepalanya lembut. Begitu juga dengan Jeno yang tertawa senang sebelum meletakkan tasnya di bawah meja kasir.

"Eomma, aku ingin makan ayam goreng dengan saus keju hari ini." Suara Jeno terdengar samar dari dalam sana namun Minhyung masih bisa mendengarnnya.

Eomma?

"Baiklah, eomma akan memesannya sekarang. Sebentar ya."

Tiba-tiba Minhyung meremas kedua tangannya. Apa yang Jeno maksud? Kenapa ia memanggil pria itu dengan sebutan eomma? Banyak sekali pertanyaan yang hinggap di kepala Minhyung, ia masih mengawasi pergerakan keduanya di dalam sana. Mereka tampak berbincang sambil merangkai bunga sesekali Taeyong akan memberikan perlakuan lembut pada Jeno.

Baiklah, Minhyung akan menanyakan langsung kepada Jeno nanti malam.





.
.
.
.
.
.

To be continue

.
.
.
.
.
.



- navypearl -

Home | JungFamily✔️Where stories live. Discover now