Chapter 21 : Sedikit janggal

28.3K 3.5K 336
                                    

Minhyung ingat dengan jelas bagaimana Taeyong menggenggam tangannya, memberikan kecupan, juga berbicara beberapa patah kalimat. Suara lembut yang menghangatkam hati serta membuat tidurnya semakin pulas seolah menghantui Minhyung malam itu. Taeyong juga meletakkan secangkir teh panas di atas nakas meski sudah berubah dingin ketika pagi tiba.

Minhyung tidak benar-benar tidur tadi malam. Ia sedang bertukar pesan dengan Jihye berakhir menutup mata, ketika ia hendak pergi ke alam mimpi suara Taeyong terdengar masuk ke telinganya. Seolah menjadi nyanyian pengantar tidur dari seorang ibu kepada sang anak.

Taeyong...
Pria itu meminta maaf kepada Minhyung. Minhyung hanya bisa termenung paginya, ia terduduk di atas ranjang sambil memandangi secangkir teh dingin yang masih utuh.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, Minhyung ada kelas siang ini dan sepertinya ia akan menemui Jihye terlebih dahulu sekarang lalu pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan kandungannya.

Setelah bersiap-siap dan memasukkan beberapa buku ke dalam tas, Minhyung meraih topi berwarna hitam dan mengenakannya. Ia tidak terlalu berharap lebih untuk sarapan pagi ini karena sang ibu telah pergi, tetapi indra penciumannya mengendus aroma masakan dari lantai bawah.

Keadaan lantai bawah sudah rapi dan bersih. Tidak ada barang berantakan seperti tadi malam. Yah, sepertinya sang ayah sudah berhasil menemukan seseorang yang akan bekerja di rumah ini sebagai pembantu nantinya.

Tapi tidak.
Sepertinya tidak.

Sepasang mata bulat Jung Minhyung menyaksikan dua orang yang berada di dapur. Pria yang lebih kecil sedang sibuk memasak sedangkan satunya lagi sedang menyesap kopi paginya, tubuhnya dibalut setelan jas abu-abu. Minhyung tidak pernah melihat pemandangan tersebut akhir-akhir ini. Selain karena sang ibu yang jarang membuat sarapan atau sang ayah yang sering menginap di kantor untuk bekerja, Minhyung pun enggan sarapan di rumah karena tidak ada lagi kehangatan di sana.

Taeyong menuangkan tumis sayur di atas piring lalu meletakkannya di atas meja makan. Sepasang mata berbinar itu tertarik untuk melihat siapa yang berdiri tak jauh dari tangga. Ketika mata mereka bertemu, Taeyong langsung meneguk ludahnya.

"Selamat pagi, Minhyung-ah." Ujar Taeyong dengan nada pelan. Sangat hati-hati karena Minhyung cukup sensitif.

Minhyung tidak menjawab, Jaehyun langsung menoleh ke belakang memandangi si sulung, "kemari dan duduklah. Sarapan sebelum pergi."

"Ya, benar. Sebaiknya sarapan terlebih dahulu." Lanjut Taeyong lalu kembali menyibukkan diri. Ia tidak ingin keadaan semakin canggung meski bersama suami dan anaknya sendiri.

Entah kenapa Minhyung melangkah mendekat ke meja makan. Makanan yang tersaji di atas meja tampak menggiurkan, membuat perutnya berbunyi dan mulutnya mengecap kecil. Ia menyimpan tasnya di lantai begitu saja lantas mendudukkan diri. Mencuri pandang ke arah Taeyong yang sedang menyiapkan minuman untuk mereka.

"Hoamm!! Argh!!"

Si bungsu turun dari lantai atas. Masih mengenakan kaos tanpa lengan dan celana training. Anak itu baru saja terbangun karena kerongkongannya terasa kering. Ia butuh minum namun ia tergiur dengan masakan Taeyong.

"Duduklah, kau harus makan." Suara rendah Jaehyun mengusik Sungchan. Alhasil si bungsu mendudukkan diri di kursi tepat di sebelah sang kakak. Ia menggaruk lengannya sambil menguap, memandangi makanan lezat tersebut.

"Silahkan." Ujar Taeyong setelah meletakkan hidangan utama di bagian tengah meja. Kini di meja makan itu ada pria kantoran yang sudah rapi, mahasiswa semester setengah tua yang sensitifan, serta seorang anak laki-laki 18 tahun yang terlihat serampangan.

Home | JungFamily✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora