Chapter 19 : Terjadi sesuatu

28.5K 3.5K 151
                                    

Taeyong menutup tokonya lebih awal karena ia sudah memiliki janji untuk pergi makan malam bersama. Ia mengirim pesan kepada Jeno untuk segera kembali ke rumah jika jadwal kuliah sudah selesai. Taeyong mengunci pintu kaca tersebut lantas memasukkan kuncinya ke dalam tas selempang berwarna coklat muda. Ia siap pergi sore menjelang petang ini.

Ia menyempatkan diri melambai kecil kepada Renjun yang kebetulan sedang membuang sampah, dibalas lambaian serupa oleh pujaan hati Jeno yang satu itu.

"Kau yakin pekerjaanmu sudah selesai?" Taeyong bertanya, pria berjas hitam di hadapannya ini mengangguk kemudian berpindah posisi lalu membukakan pintu mobil untuk istrinya.

"Kita sudah tidak muda lagi, Jaehyun-ah." Taeyong terkekeh lalu mengusap lengan Jaehyun, ia pun masuk ke dalam mobil mendudukkan diri dengan nyaman. Ia akan pergi makan bersama ayah dari anak-anaknya.

Bersama suaminya, ya benar.

"Pakai sabuk pengamannya, Tuan Putri." Ujar Jaehyun sebelum mengendarai mobilnya. Taeyong tidak lagi bisa menahan senyumannya, ia menarik sabuk pengaman untuk melindungi diri dari sesuatu yang tidak diinginkan. Seperti kecelakaan misalnya.

Mobil itu melaju membelah jalanan kota. Jaehyun membuka kaca jendela di sebelah Taeyong supaya istrinya itu bisa menikmati udara segar. Ketika wajahnya diterpa angin, Jaehyun merasa Taeyong muda berada di dekatnya. Taeyong yang masih malu menatapnya, dan Taeyong yang masih labil dalam memilih jalan hidupnya. Kini istrinya itu terlihat lebih cantik, auranya terus terpancar meski usianya tidak muda lagi.

Taeyong berhasil melahirkan anak-anak bersama Jaehyun. Anak-anak mereka tumbuh menjadi sesosok pemuda tampan yang memiliki pesona luar biasa. Namun, mereka dibesarkan di lingkungan yang cukup berbeda.

"Hyung," ketika mereka berada di perbatasan jalan, Jaehyun berhenti karena lampu lalu lintas menunjukkan warna merah.

"Ya?" Tanya Taeyong sambil menoleh sedikit ke arah Jaehyun, cukup canggung karena mereka jarang memiliki waktu bersama seperti sekarang.

"Kau tahu 'kan jika aku benar-benar mencintaimu?" Tanya Jaehyun.

Taeyong terdiam sejenak. Melihat tatapan tulus dari Jaehyun juga perlakuannya yang tidak berubah sejak dulu, Taeyong memang yakin jika Jaehyun masih mencintainya, "mhm." Pria bermata bulat itu mengangguk malu.

"Secepatnya aku akan membawamu tinggal bersama anak-anak. Kita akan hidup bersama hingga beranjak tua nanti." Jaehyun meletakkan sepasang tangannya di wajah sang omega, terasa sangat pas. Wajah Taeyong mirip seperti karakter fiksi, sepasang mata bulatnya seolah ada bintang di sana, "saranghae." Bisiknya sebelum memberanikan diri untuk menempelkan bibirnya ke bibir Taeyong.

Pria bersurai hitam pendek itu membiarkan suaminya menciumnya. Ia menggerakkan kedua tangannya ke lengan Jaehyun, naik ke bahu sebelum bertengger di sepasang rahang tegasnya. Kulit Jaehyun yang terasa lembut dan hangat seolah menyengat kulit Taeyong begitu saja.

Mereka berciuman cukup lama. Menyalurkan kasih sayang serta cinta yang telah lama hilang. Jika boleh jujur Taeyong sangat merindukan Jaehyun, merindukan seorang mahasiswa semester tua yang begitu mencintainya.

Suara klakson mobil mengganggu kegiatan mereka. Taeyong berjengit kecil sebelum menahan dagu Jaehyun, ia menghela nafas lalu tersenyum malu.

"Bisakah kita lanjutkan perjalanannya? Aku lapar." Ujar Taeyong.

Jaehyun berdehem singkat lalu beranjak ke posisi awal. Ia menggusap tengkuknya karena salah tingkah, bahkan kedua telinganya sudah semerah tomat. Begitu juga Taeyong yang hanya bisa memandangi keluar jendela.

Kedai mandu atau pangsit adalah tujuan mereka saat ini. Berada di dekat pasar tradisional dan ramai pengunjung. Kedai ini sudah berdiri puluhan tahun bahkan sebelum Jaehyun dan Taeyong lahir. Dan tempat ini juga adalah tempat pertama mereka berkencan setelah menikah.

Jaehyun membawa Taeyong duduk di kursi dimana mereka biasa duduki saat berkencan dulu. Tersenyum kecil karena mengingat kenangan manis di saat muda. Setelah menikah, Jaehyun selalu membawa Taeyong kemari terutama ketika Taeyong sedang mengandung Minhyung. Taeyong sangat menyukai mandu dan juga ubi ungu entah itu dalam bentuk rebusan maupun kripik. Kebetulan di kedai ini dijual ubi ungu buatan sendiri.

"Aku akan mengambilkan ubi ungu untukmu." Jaehyun beranjak menuju meja kasir, membawa dua kemasan kripik ubi ungu buatan sendiri untuk istrinya.

Taeyong tersenyum. Tubuh berjas hitam lengkap itu seolah berubah menjadi tubuh seorang lelaki biasa dengan pakaian yang biasa ia kenakan untuk pergi ke kampus. Hanya kaos polos, celana bermotif army, dan sepatu berwarna putih tidak lupa surai gondrong yang tidak tertata rapi saking sibuknya mengerjakan proyek kuliah.

Kini Jaehyun sudah berubah menjadi pria matang yang serba mampu. Setiap harinya ia dibalut pakaian kerja yang rapi, surainya selalu tertata berbentuk simbol koma, dan rasanya tubuh ringkih kurus itu berubah menjadi tubuh gagah penuh otot.

Mandu pun datang. Mereka mulai makan bersama sesekali berbincang kecil. Taeyong menyuruh Jaehyun untuk makan banyak dan suaminya itu langsung mematuhinya. Lagipula mandu ini sangatlah enak.


.
.
.
.
.
.




Setelah puas makan mandu, akhirnya mereka berdua pun memutuskan untuk pergi. Jaehyun menyempatkan diri membeli minuman di kafe untuk mereka berdua, kini keduanya sedang duduk di dalam mobil sejenak.

"Bagaimana pekerjaanmu?" Tanya Taeyong sambil menoleh ke arah Jaehyun.

"Seperti biasa, sangat sibuk."

"Bagaimana kabar Yeseul?"

Kemudian Jaehyun terdiam. Ia menyender pada punggung kursi, menghela nafas panjang lalu mengusap wajahnya pelan. Memikirkan sikap Yeseul akhir akhir ini membuatnya sakit kepala, belum lagi nyaris setiap malam mereka berdebat dan adu mulut berakhir Jaehyun menginap di kantor menghabiskan waktu untuk bekerja.

"Entahlah, dia terlalu sensitif akhir akhir ini. Dia jarang memperhatikan anak-anak, pergi dan pulang dalam keadaan mabuk, terkadang ia akan menangis sendirian."

Taeyong memandang Jaehyun dengan tatapan khawatir, "apa terjadi sesuatu dengannya?"

"Aku tidak pernah mengerti perasaan wanita."

Terjadi keheningan untuk sesaat sebelum lamunan mereka terganggu oleh nada dering dari ponsel Jaehyun. Pria itu meraih ponselnya yang terselip di saku jas sebelum keluar dari mobil untuk menerima panggilan tersebut. Taeyong memandanginya dari dalam mobil, ia cukup khawatir karena raut wajah Jaehyun yang berubah setelah mendengar penuturan dari seberang sana.

Penasaran, Taeyong pun turun dari mobil. Berjalan menghampiri Jaehyun yang kebetulan sudah mengakhiri panggilan tersebut secara sepihak. Rahangnya mengeras, tatapan matanya berubah tajam.

Tangan Taeyong meraih lengan Jaehyun, "Jaehyun-ah, ada apa?" Tanyanya sepelan mungkin.

"Kita harus pulang sekarang." Jaehyun meraih kedua bahu Taeyong lalu membawanya kembali ke dalam mobil. Ia mengendarai mobil dengan kencang, tidak mempedulikan sekitar karena tujuannya saat ini hanyalah rumah.

Sesuatu telah terjadi.





.
.
.
.
.
.

To be continue

.
.
.
.
.
.




Note :

Gais, sebenarnya cerita ini ngebosenin ga sih?

- navypearl -

Home | JungFamily✔️Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin