Chapter 2 : Other side

31.4K 4K 111
                                    

Lee Taeyong, 25 Tahun, seorang pekerja di sebuah toko bunga tengah kota. Setiap harinya ia akan datang pukul enam pagi untuk membuka toko, membersihkan lantai dan kaca, merapikan pot-pot tanaman, juga menyirami beberapa tanaman yang perlu disiram. Dengan apron berwarna coklat muda membalut tubuh kurusnya, ia siap beraktivitas hari ini.

Senyumannya secerah bunga matahari meski julukannya adalah pria mawar. Di bawah sudut mata kanannya terdapat sebuah bekas luka permanen yang berbentuk kelopak bunga mawar, maka dari itu pemilik toko memberinya julukan tersebut. Taeyong merupakan satu satunya karyawan yang dipercaya oleh pemilik toko, bahkan pemilik toko memberinya kunci cadangan dan diizinkan mengambil cuti kapanpun tanpa syarat.

"Selamat datang." Ujarnya menggunakan Bahasa Inggris yang cukup fasih untuk menyambut tamu pertama hari ini. Ia meletakkan sebuah buket bunga bersampul merah yang sudah ia rangkai sebelumnya lantas berjalan mendekati pelanggan pertama.

"Hai, bisakah kau membantuku mencari bunga yang cocok untuk istriku? Dia... baru saja melahirkan anak pertama kami." Pria tinggi bersurai pirang itu berucap pada Taeyong sambil memasang senyum penuh harapan, sepasang matanya berbinar cerah karena tidak lagi bisa membendung kebahagiaannya.

"Selamat untuk itu, aku memiliki bunga yang cocok. Kemari."

Setelah beberapa saat membiarkan pelanggan memilih, akhirnya Taeyong pun merangkai bunga yang sudah dipilah sebelumnya. Memberikan sampul berwarna putih dan biru muda sebagai lambang anak laki-laki lantas mengikat bagian tangkai menggunakan sebuah pita berwarna putih juga. Ia menyodorkan sebuah kertas tag untuk ditulis sesuai kemauan, kemudian menyelipkan kertas tersebut ke dalam pita.

"Aku sangat bahagia melihat bayi kami lahir setelah lima tahun menanti." Pria itu berucap sambil menyodorkan beberapa lembar uang.

Taeyong tersenyum lebar mendengarnya, ia juga turut bahagia atas kelahiran bayi pertama itu, "semoga istri dan bayimu sehat selalu."

"Terima kasih, aku permisi."

Kelahiran bayi pertama.
Laki-laki.
Taeyong tersenyum kecil mengingatnya, ia juga pernah merasakan hal yang sama dengan pria tersebut tetapi ialah yang melahirkan bayi pertama. Membiarkan lapisan perutnya teriris oleh pisau bedah untuk menjemput bayi kecilnya. Hari itu Taeyong merasakan kebahagiaan meledak di dadanya, bayi pertamanya mirip sekali dengan dirinya.

Kemudian Taeyong kembali merasakan kebahagiaan tersebut ketika berhasil melahirkan bayi keduanya. Bayi laki-laki yang mirip dengan sang ayah; Jaehyun. Tetapi ketika bayi ketiganya lahir, Taeyong tidak merasakan apapun karena kepalanya selalu dihantui rasa menyesal karena telah menikah dengan orang yang tidak ia cintai hingga berakhir seperti ini.

Taeyong meninggalkan mereka.
Meninggalkan Jaehyun yang selalu mencintainya dari kali pertama mereka bertemu dan juga meninggalkan anak-anak yang bahkan usianya belum memasuki angka kelima.

"Aku membawa dua porsi toast dengan keju dan daging. Makanlah selagi hangat."

Pemilik toko bunga baru saja datang, mengganggu lamunan Taeyong. Pria bertubuh kurus itu mengerjap selama beberapa kali sebelum memandangi sebuah plastik toko makanan yang temannya letakkan di atas meja kasir.

"Kau baik?" Tanya pemilik toko, ia mulai memasang apron di tubuhnya yang tidak kalah kecil.

"Aku... baik, aku sudah sarapan di rumah." Jawab Taeyong.

"Baiklah, sekarang sarapan bersamaku. Cepat makan toastnya."

Alhasil Taeyong mengangguk pasrah. Ia pun mulai membuka bungkusan roti panggang isi tersebut lantas menggigitnya perlahan. Ia dan temannya itu duduk bersama di kursi yang tersedia, sesekali berbincang mengenai persediaan toko terutama persediaan pupuk yang mulai menipis.

"Apakah ada pelanggan pagi ini?" Tanya Ten, si pemilik toko, berkebangsaan Thailand namun sudah lama tinggal di Seoul sebelum pindah ke Chicago untuk tinggal bersama suaminya.

"Ya, dia membeli rangkaian bunga untuk istrinya yang melahirkan anak pertama mereka."

"Benarkah? Kedengarannya membahagiakan."

Taeyong tersenyum kecil, "benar..."

Ten merupakan sosok yang mudah peka dan terkesan blak-blakan. Ia memandangi raut wajah Taeyong yang berbeda pagi ini, tidak seperti biasanya. Kemudian ia pun melempar bungkusan toast ke tong sampah sebelum meraih susu kotaknya, "kau mengingat anak-anakmu sekarang?"

Sontak Taeyong pun mendongak, "apa? Tentu tidak."

"Raut wajahmu mengatakan semuanya. Aku tahu kau merindukan anak-anakmu."

"Ten." Taeyong tersenyum lalu terkekeh pelan, "kau selaku mengerti perasaanku."

"Apa kau tidak memiliki niatan untuk kembali ke Seoul dan menemui anak-anak?"

Sejujurnya Taeyong sangat merindukan Minhyung, Jeno, dan Sungchan. Ia ingin melihat mereka, apakah mereka tumbuh dengan baik di tangan Jaehyun? Tetapi ia masih belum berani mengambil langkah, ia masih dihantui oleh rasa takut.

Taeyong adalah salah satu pria yang memiliki kelebihan di dalam fisiknya. Sejak berusia 18 tahun, ia mengeluh sakit di bagian perut. Dokter mengatakan bahwa terdapat rahim di dalam perut Taeyong, dan tentunya masih dalam masa subur. Kelebihan ini hanya terdapat 20% di muka bumi, maka dari itu fenomena pria hamil terdengar sangat asing dan tabu di masa sekarang.

Taeyong sempat mendapat perundungan di kampusnya. Beberapa orang selalu berusaha menyingkirkannya karena Taeyong 'berbeda'. Namun Taeyong merupakan sosok yang selalu berdiri tegap meski dirinya hancur. Ada pula yang ingin berteman dengannya karena memiliki kelebihan serupa, hingga akhirnya Taeyong pun memutuskan untuk menyembunyikan itu semua.

Tidak ada yang mengetahui kelebihannya terkecuali keluarga, beberapa teman, dan juga Ten.

"Aku tidak habis pikir, bagaimana bisa kau meninggalkan mereka bertiga bersama ayahnya?" Ten melipat tangan di depan dada.

"Ten, kau mengerti bukan jika aku khawatir mengenai masa depan mereka?"

"Singkirkan kekhawatiran itu, sekarang pikirkan masa tumbuh dan berkembang mereka. Bagaimana bisa mereka berkembang dengan baik jika hanya bersama ayahnya? Bagaimana jika mereka tidak mengetahui siapa dirimu nantinya?"

Taeyong memijat pelipisnya lalu berdiri, "kau tidak mengerti, Ten."

"Kau yang tidak mengerti, Lee Taeyong. Kau masih saja mengutamakan keegoisanmu." Ten pun menghela nafas panjang, tatapan matanya mengarah kepada sebuah mobil yang membawa stok pupuk di luar sana, "pupuknya sudah datang, kembali bekerja."

Taeyong khawatir jika anak-anaknya sudah tumbuh dewasa, mereka mendapatkan perundungan karena ibu kandung mereka adalah laki-laki yang memiliki rahim. Hal tabu seperti itu akan dianggap aneh oleh orang lain. Maka dari itu, Taeyong pikir lebih baik dirinya mengasingkan diri dan menjauh dari anak-anaknya meski terpaksa.

Ia pun sudah siap jika saja ia tidak dianggap ibu oleh anak-anaknya nanti. Ia hanya ingin Minhyung, Jeno, dan Sungchan hidup tenang tanpa gangguan yang menghantui mereka.

Bahkan Taeyong sudah mempersiapkan hati dan dirinya jika ia mendapat kabar bahwa Jaehyun menikah dengan seorang wanita. Yah meskipun Taeyong tidak pernah berkata bahwa ia mencintai Jaehyun.

"Taeyong, bisakah kau membantuku?" Suara Ten terdengar nyaring dari luar toko. Kemudian Taeyong pun mengangguk mengerti, ia harus kembali bekerja.






.
.
.
.
.
.

To be continue

.
.
.
.
.
.






Note :

Jadi Taeyong kerja bareng temen satu kampusnya di Korea dulu, sekarang dia tinggal di Chicago.

- navypearl -

Home | JungFamily✔️حيث تعيش القصص. اكتشف الآن