Bonus #2 : Hujan

23.7K 3K 136
                                    

Hari itu adalah hari sabtu. Minhyung dan Jeno mendapat cuti dari kantor magang sedangkan Sungchan tidak pergi ke kampus melainkan belajar dari rumah alias virtual khusus kelas Bahasa Inggris. Ia memandangi layar laptopnya dengan malas, sesekali menulis materi yang penting menurutnya. Namun rasa malas itu mendadak hilang saat Taeyong berdiri tak jauh darinya dengan kedua tangan terlipat di dada. Tatapan matanya tajam, mengintimidasi. Ia terus memperhatikan Sungchan agar anak itu tidak bermalas-malasan.

'So class, Thank you for joining according to the specified schedule. See you at the next meeting.'

"Thank you sir." Sungchan berucap lalu keluar dari pertemuan virtual tersebut. Melirik ke arah Taeyong sambil meneguk ludahnya.

"Sudah selesai? Boleh lihat catatannya?" Tanya Taeyong menyodorkan tangannya kepada Sungchan. Si bungsu Jung mengangguk, menyerahkan buku catatannya yang bahkan hanya ia tulis setengah lembar untuk materi hari ini. Taeyong pun mengembalikan buku tersebut.

"Jadi?"

"Iya iya, eomma. Aku akan mencatat materinya nanti malam, aku akan bertanya pada temanku." Sungchan beranjak dari kursinya kemudian berjalan untuk berganti pakaian.

"Memangnya pena harganya mahal? Kenapa kamu selalu mencatat materi sesingkat ini? Perlu eomma belikan pena dan buku catatan lagi?"

Sungchan mengidikkan bahunya, "aku tidak suka Bahasa Inggris."

Taeyong memutar matanya malas lalu berjalan keluar dari kamar, tidak lupa membanting pintu. Sontak Sungchan terdiam sejenak kemudian segera memakai kaos dan celana pendeknya. Ibunya marah, gimana nih?

Pemuda itu keluar dari kamar kemudian berlari kecil menuruni tangga. Samar samar ia mendengar suara orang mengobrol di tengah derasnya hujan. Disusul pekikan juga. Pemuda itu melirik ke arah pintu ruang tengah yang terhubung dengan halaman belakang, ayahnya sedang duduk di sofa sambil menyesap kopi.

"Hyung!" Pekik Sungchan melihat kedua kakaknya sedang saling mendorong di bawah hujan. Tubuh mereka basah kuyup begitu juga pakaiannya karena hujan.

"SINI MAIN!" Teriak Jeno melambaikan tangannya kemudian tubuhnua terjatuh ke atas rerumputan hias karena Minhyung mendorongnya. Minhyung tertawa lepas.

Sungchan tersenyum lebar dengan mata berbinar. Berlari kecil keluar dari rumah tanpa mempedulikan Taeyong yang baru keluar dari ruang cuci. Taeyong mengerutkan kening sengit, berjalan pelan menuju pintu geser tersebut.

"HEI! JANGAN MAIN HUJAN-HUJANAN!" Teriaknya.

"IYA!"

Tapi mereka tetap bermain di bawah hujan. Saling mendorong satu sama lain agar terjatuh ke atas rerumputan hias seperti anak kecil. Taeyong menoleh ke arah Jaehyun, Jaehyun hanya menggidikkan bahu kemudian menyesap kopinya dengan nikmat. Ah kopi buatan istri tidak pernah gagal.

"Anak-anak itu, sudah besar tapi mainannya seperti anak kecil. Mereka akan masuk jika ada petir, li-"

zztt...
DUAR!!

"ARGH!!!"

Tidak lama kemudian anak-anak Jung itu berlarian masuk ke dalam rumah langsung menuju kamar mandi utama. Taeyong mengepalkan kedua tangan saat melihat air berceceran di lantai, baru saja ia membersihkan lantainya.

Minhyung, Jeno, dan Sungchan mandi bersama. Mereka saling berdebat untuk mendapatkan gagang shower. Mendengar itu Taeyong pun langsung menggedor pintu, "jangan berdebat lagi, Minhyung-ah, Jeno-ya, Sungchan-ah."

"Cepat cepat gunting batu kertas, tubuhku dingin sekali." Ujar Minhyung.

"Lihat penisku tegang dan terjepit di dalam sana." Si bungsu Jung menunjuk bagian selangkangannya kemudian disetujui oleh Jeno.

Home | JungFamily✔️Where stories live. Discover now