52. Hari Penuh Darah

2K 294 122
                                    

52. Hari Penuh Darah

•°∞°•

Adriel melajukan mobilnya bak orang kesetanan. Pikirannya hanya tertuju pada Riela sekarang. Tangannya mengepal erat pada stir mobil. Rahangnya mengeras. Perasaannya begitu campur aduk sekarang, antara marah, khawatir dan takut.

Adriel akan menghabisi siapapun yang berani menyakiti Riela— gadisnya. Cowok itu tidak akan memaafkan dirinya jika terjadi sesuatu pada Riela.

"Buset! Itu Adriel bawa mobilnya kayak kesurupan reog!" panik Ben yang semobil dengan Danio dan Justin. Justin kini tengah fokus menyetir. Cowok itu berusaha tenang namun tidak terlalu lambat untuk sampai ketempat tujuan.

"Gue jadi ngeri," timpal Danio dengan wajah takut-takut.

"Jangan gegabah. Gak boleh ada yang kenapa-kenapa," ujar Justin serius. Firasatnya tidak baik.

Ben menoleh pada Justin. Cowok itu sering memberi peringatan agar tidak gegabah namun kali ini entah mengapa terdengar berbeda ditelinga Ben.

Cowok itu berusaha menyingkirkan perasaan tidak enak yang tiba-tiba masuk. "Uuu perhatian banget," ujarnya dengan nada manja yang dibuat-buat. Danio sudah siap muntah di jok belakang sementara Justin menoleh sekilas dan menatap Ben dengan tajam.

Dibelakang mobil Justin, ada Edward, Zegas, Nobel dan Ilham. Motor besar milik Devon melaju dari samping menyusul Adriel dengan kecepatan diatas rata-rata diikuti oleh gen 2 yang lain. Hanya Austin yang memakai mobil tepat dibelakang mobil Edward.

Sekarang posisinya; mobil Adriel berada paling depan dengan motor Devon di sampingnya, sementara motor-motor besar anak gen 2 berada di belakang mobil Adriel, setelah itu ada mobil Justin, Edward dan terakhir Austin.

Hampir satu jam hingga mereka sampai dilokasi. Waktu yang cukup lama untuk Adriel bisa menahan emosinya. Cowok itu turun dari mobil dengan gerakan tidak santai. Dia membanting pintu dengan keras.

"Dean! keluar lo!" teriak Adriel penuh emosi. Para anggota Sergios sudah berdiri bersama Adriel didepan bangunan yang tampak penuh dengan coret-coretan— tidak teratur.

Didalam gedung itu, Riela tersentak kala mendengar suara Adriel dari luar sana.

"El," bisiknya pelan.

Dean tampak tersenyum miring penuh kebencian ketika mendengar suara Adriel. Dia sudah siap menghabisi cowok itu hari ini.

"Aww pahlawannya udah dateng nih," ujar Diandra dengan suara mengejek. Gadis itu berjalan menghampiri Riela yang tengah terikat diatas kursi lalu menarik rambutnya dengan keras.

"Akhh!" ringis Riela.

Diandra tersenyum jahat. "Hari ini lo bakal ngeliat cowok lo mati gara-gara lo jalang!" desis Diandra kejam sebelum melepaskan genggamannya pada rambut Riela dengan kasar.

Riela menangis. Dia menggeleng keras. "Jangan sakitin Adriel," ujarnya.

Dean hanya melempar senyum sinis sambil memberi kode pada salah satu anak buahnya agar melepaskan ikatan Riela dan membawanya kedepan.

"DEAN! KELUAR LO ANJING!" Adriel berteriak keras, hendak melangkah memasuki bangunan didepannya namun sosok Dean yang muncul dengan senyum lebar membuat Adriel berhenti.

ADRIELA [COMPLETE]Where stories live. Discover now