Savage : 8. When Her Twin Was Hurt

8.5K 1.4K 380
                                    

Perasaannya bergemuruh, ketika mulai duduk di pinggir ranjang. Lisa masih cukup terkejut dengan pertengkaran Jennie dan Rosé beberapa saat lalu. Karena sebelumnya, kejadian seperti ini tak pernah terjadi.

Ada begitu banyak hal yang kini memenuhi kepalanya. Bagaimana Rosé bisa menyukai hal berbahaya seperti itu, bagaimana dia yang penurut bisa melawan ucapan Jennie, dan bagaimana dia bisa berpikir Jennie lebih menyayangi Lisa dibandingkan Rosé.

"Apakah dia tidak ingat, kepalaku hampir bocor karena tongkat baseball Jennie Unnie."

Ingatannya terlembar pada kejadian beberapa tahun lalu. Sampai sekarang, bahkan rasa takut itu masih hinggap di hati Lisa. Bagaimana dengan mata memerahnya, Jennie terus mengejar Lisa dengan menyayunkan tongkat baseballnya.

Jennie memang lebih menyayanginya. Tapi Jennie juga akan lebih marah jika Lisa yang mengecewakannya.

Jung Jennie, adalah kakak yang terus menyetir adiknya. Dia mau kedua adiknya menjadi apa yang Jennie inginkan. Tapi kenyataannya, dua adik itu justru berjalan pada jalur yang berbeda. Tidak sesuai dengan keinginan Jennie.

Lisa sadar, apa yang dia lakukan selama ini akan membuat Jennie sangat kecewa. Tapi sama seperti Rosé, dia pun akan sulit melepaskan kebiasaan buruknya itu. Karena sudah menjadi candu.

Yang hanya bisa dia lakukan hanya menutupi itu semua. Entah sampai kapan, karena suatu saat bangkai yang ia kubur akan ketahuan. Setidaknya, pada saat itu Lisa sudah siap dengan semua kemarahan yang akan ia terima.

"Shhh." Ringisan itu mendadak kelur, saat Lisa merasakan nyeri pada dada kirinya.

"Kenapa perasaanku tidak tenang seperti ini?" Lisa bergumam. Meremas baju bagian dadanya ketika rasa sakit itu semakin menjadi.

"Chaeng-ah, kau baik kan?"

..........

Bau anyir dan bau bahan bakar bersatu memenuhi indra penciumannya. Ketika berusaha membuka mata, Rosé hanya menemui rasa sakit di sekujur tubuhnya. Dia tidak bisa bergerak, dan hanya menangis dalam diam.

Di saat sulitnya seperti ini, tak ada yang Rosé pikirkan selain pertengkarannya dengan Jennie beberapa waktu lalu. Dia bukan menangis akibat rasa sakitnya, tapi dia menangis akibat rasa bersalahnya pada Lisa karena menyalahkan sang adik yang tak bersalah.

"Lisa-ya, mianhae. Jeongmal mianhae." Gadis blonde itu merintih dalam hati.

Inginnya untuk kembali pulang. Memeluk sang adik dan berujar maaf berkali-kali. Namun kecelakaan yang menimpanya itu membuat niat baik Rosé tak bisa terlaksana.

Mobil merah kesayangannya itu, baru saja berganti jalur ketika ada mobil lain yang menambraknya dengan kecepatan tinggi. Berguling, lalu terhenti karena menambrak pembatas jalan.

"Li-sa."

Tak ada hal apa pun yang dia pikirkan, selain adiknya. Walau kini dia sudah berlumuran darah, dan rasa sakit menghujamnya terus menerus.

Air mata mulai menetes dari sudut mata Rosé tatkala merasa mulai susah untuk bernapas. Gadis itu takut untuk mati. Gadis itu takut jika ia tak sempat mengucapkan maaf untuk Lisa.

"Uhuk!"

Matanya mengerjab, ketika merasa darah kini keluar dari mulutnya. Gadis itu sungguh tak bisa berpikir jernih, ketika tak bisa menarik napas sama sekali.

"To-long," ujarnya lirih. Berusaha menggerakkan tubuhnya agar bisa keluar dari mobil itu.

"Aku belum mau mati. Jangan buat aku seperti ini, Tuhan!"

Savage ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang