Savage : 33. Karma From God

5K 846 194
                                    

"Lisa, kau---"

"Unnie, tolong panggilkan Jihye Imo. Chaeyoung pingsan." Suara Lisa yang panik itu menular pada Jennie.

Ia ikut kalang kabut mendapati adiknya sudah tidak sadarkan diri. Dengan tangan gemetaran dia mendial nomor Jihye dan menyuruhnya masuk ke mansion.

Lisa tidak lagi membawa Rosé di punggungnya. Ia meminta penjaga untuk menggendong tubuh kakak kembarnya masuk.

"Bajumu basah. Gantilah terlebih dahulu, biar Unnie yang menjaga Chaeyoung." Jennie menyuruh Lisa untuk berganti baju.

Setelah kepergian Lisa dari kamar itu, Jennie perlahan mendekati Rosé. Dia menyentuh kening adiknya yang terasa panas.

"Dia demam lagi." Jennie bergumam, lalu mengusap kepala adiknya sebentar.

Selang beberapa menit, Jihye datang bersama seorang perawat. Adik Taehee itu langsung memeriksa kondisi Rosé. Sampai akhirnya Taehee dan suaminya datang, disusul Jisoo dan juga Lisa yang sudah berganti pakaian.

"Bukankah Dokter yang menangani Chaeyoung sudah memberitahu bahwa kekebalan tubuhnya tidak akan sama seperti dulu lagi?" Jihye menegak, menatap beberapa orang yang menunggu penjelasan mengenai kondisi Rosé.

"Ini sudah kesekian kalinya dia demam dalam jangka waktu yang sebentar. Kalian harus lebih memperhatikannya lagi." Mendengar itu, Taehee yang paling merasa pusing.

Di satu sisi dia sudah berjanji akan memperhatikan Rosé lebih dari anaknya yang lain setelah kecelakaan itu. Tapi saat ini situasi mereka berbeda. Ada Lisa yang harus Taehee awasi bahkan hampir 24 jam.

"Dia juga terlalu memikirkan sesuatu yang berat. Aku harap kalian bisa menghilangkan masalah yang sedang dia pikirkan."

"Bagaimana jika masalah yang dia pikirkan adalah aku, Imo?" Lisa bertanya, dalam maksud lain apakah dia juga harus hilang seperti perkataam Jihye jika benar dia adalah penyeban Rosé sakit.

Lisa bukannya tidak tahu jika kembarannya itu terlalu memikirkan dirinya sangat dalam. Lisa ingin sekali menghentikannya, tapi bagaimana bisa dia mengendalikan pikiran seseorang.

Situasi di ruangan itu mendadak hening. Jihye, atau siapa pun tidak bisa menjawab pertanyaan Lisa.

"Sayang, lebih baik kau pergi ke kamarmu. Nanti Eomma akan membawakan---"

"Lisa-ya." Suara lirih Rosé membuat Taehee berhenti bicara.

Mengabaikan perkataan ibunya yang belum selesai, Lisa memilih melangkah mendekati Rosé. Berjongkok untuk melihat wajah kakak kembarnya lebih dekat.

"Aku disini," ujar Lisa sembari menggenggam tangan Rosé yang baru sajs dipasangkan selang infus oleh Jihye.

"Aku bermimpi kau menggendongku dan memaafkanku." Ujaran Rosé membuat Lisa tersenyum tipis.

"Lisa-ya, jangan pergi. Jangan tinggalkan aku."

Lisa tahu, saat ini Rosé belum sepenuhnya sadar. Tapi walaupun begitu, rasa sakit yang Rosé rasakan Lisa bisa melihatnya dengan jelas. Wajar kan jika ia memilih mati lebih cepat agar kembarannya itu tak akan melihat lebih banyak lagi kesakitan Lisa?

"Sayang, kau istirahat lah bersama Chaeyoung. Kami akan keluar." Jihoon paham jika saat ini yang dibutuhkan Rosé hanya Lisa. Maka ia menggiring yang lain keluar dari kamar itu.

Ketika kamar itu mulai sepi dan Rosé kembali tertidur, Lisa duduk diam di pinggir ranjang sembari tampak merenungkan hidupnya belakangan.

Mendapatkan penyakit, ditinggalkan oleh sahabat, bertengkar dengan saudaranya. Lisa merasa dunia sudah benar-benar membenci dirinya.

Savage ✔Where stories live. Discover now