Savage : 53. Wake Up To Reality

4.7K 677 214
                                    

Sendiri. Duduk dengan raut wajah yang menampakkan keputus asaan. Luda tidak tahu mengapa ia menetap begitu lama di ruang tunggu rumah sakit itu. Ia hanya memikirkan kejadian yang terlewati belakangan.

Tentang kakak kembarnya yang sakit. Tentang hubungannya dengan Lisa yang kembali memburuk bahkan mungkin tak akan pernah berbaikan selamanya.

Padahal sejujurnya, Lisa tidak memiliki salah apa pun pada Luda. Disini, hanya posisi mereka yang salah. Hingga Luda tanpa sadar melayangkan amarah pada Lisa begitu saja.

Luda menyesal, tapi ia tak ingin meminta maaf. Ia sudah terlalu marah dengan keadaan, dan melampiaskannya pada Lisa adalah hal yang tepat menurut Luda saat ini.

"Luda-ya!" Seruan itu datang dari ibunya yang tampak terburu-buru.

Luda yang panik tentu segera beranjak. Ia takut Eunwoo kembali kritis seperti beberapa waktu lalu. Hari-harinya kini hanya dipenuhi oleh kekhawatiran terhadap kembarannya itu.

"Kita akan ke Singapore. Kau pulang dan bersiap-siap, eoh?" Dahi Luda mengerut bingung. Ia sama sekali tak bisa membaca raut wajah ibunya saat ini.

"Untuk apa? Eunwoo---"

"Kakakmu mendapatkan donor! Kita harus membawanya kesana!" Kali ini, senyum ibunya merekah. Barulah Luda sadar jika itu adalah kabar yang baik.

Gadis itu senang bukan main. Ia mendekap ibunya erat. Apakah ketakutannya akhir-akhir ini akan segera hilang? Apakah ia akan merasakan keluarga yang utuh lagi setelah sekian lama?

"Kau pulanglah sekarang. Eomma akan pergi sebentar untuk menemui keluarga Jung dan berterima kasih." Dekapan itu seketika Luda lepaskan.

"Untuk apa berterima kasih pada mereka?" Luda masih tampak marah dengan fakta bahwa Jennie telah merebut donor yang seharusnya untuk Eunwoo. Walaupun kini ia mendapatkan gantinya.

"Yang mencarikan donor itu adalah keluarga Jung. Lebih tepatnya Lisa. Eomma dengar semalaman dia menghubungi beberapa kenalan untuk mencarinya."

Luda mematung. Lisa melakukan hal seperti itu? Apakah gadis itu merasa bersalah padanya?

Gadis itu menggeleng pelan. Ia akan menemui Lisa nanti. Saat ini ia harus fokus terhadap kembarannya. Ia akan pulang dan bersiap untuk mengantar Eunwoo ke Singapore.

"Pulanglah dan kabari Eomma jika sampai rumah." Ibu Luda pergi setelah mengusap kepala anak bungsunya.

Luda memilih melangkah berlawanan arah dengan ibunya. Belum sempat keluar, ponsel Luda berdering dan membuat gadis itu mengangkat panggilan dari Yoongi.

Tidak langsung mendengar suara Yoongi yang seharusnya menyapa, Luda hanya mendapati suara tangis pria itu yang sangat sesak.

"Oppa, kau menangis?" Luda bertanya dengan terkejut. Biar bagaimana pun Yoongi terkenal dengan sikap dinginnya. Menangis bukanlah hal yang pernah pria itu lakukan ketika dewasa.

"Luda-ya, Eotteokhe..." Suara lelaki itu seperti tercekat.

Luda semakin pensaran. Apa gerangan yang membuat lelaki dingin itu menangis? Jika masalah tentang keluarga, itu sungguh tidak mungkin. Keluarganya adalah yang paling harmonis di antara mereka setelah Lisa.

"Oppa, wae geure? Aku tidak punya banyak waktu, jadi katakan---"

"Luda-ya, aku harus bagaimana?" Suara Yoongi terdengar sangat putus asa, membuat Luda semakin gusar.

Apakah ia harus menemui lelaki itu dan mengurungkan niat untuk pergi ke Singapore menemani Eunwoo? Ah! Kenapa Luda harus berada di tengah situasi yang membingungkan seperti ini. Keduanya sama-sama penting untuk Luda.

Savage ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora