Savage : 30. She Believes In God

5K 853 102
                                    

Selama ini, ia pikir sudah menjadi kakak terbaik di dunia. Dia yang memilih adil pada adik-adiknya, dia yang selalu memperhatikan mereka sama rata.

Hidupnya sesempurna itu, dan masih ada kata tapi di tengah hal yang selalu ia banggakan. Jisoo sampai tidak habis pikir, harus bagaimana lagi ia bersikap sebagai kakak?

"Jisoo-ya, Lee Seonsaengim bilang kau sudah lama tidak berlatih piano. Lebih baik hari ini kau pergi. Rosé sudah lebih baik dan Appa akan membawanya pulang siang nanti."

Ini adalah hari ketiga Rosé di rawat, juga tiga hari sejak mereke menerima fakta mengenai Lisa.

Banyak yang berubah di dalam rumah itu. Jennie dan Jisoo lebih pendiam dari biasanya. Setiap malam, mereka diam-diam menangis karena ketakutan.

"Hal itu tidak penting lagi, Eomma. Aku hanya ingin menemani Lisa di rumah." Jisoo membanting sumpitnya marah.

Saat ini pikirannya sedang penuh dengan kondisi Lisa, tapi ibunya justru menyuruh Jisoo untuk pergi keluar rumah. Meninggalkan Lisa untuk sarapan di ruang makan seperti ini saja Jisoo sudah keberatan.

Tiga hari ini, kondisi Lisa memang tidak baik sehingga masih harus absen dari sekolah. Adik bungsunya itu setiap pagi selalu muntah dan kakinya masih bengkak.

Semua bersikeras membawanya ke rumah sakit tapi Lisa menolak dengan terus menangis. Gadis berponi itu bilang tidak mau meninggalkan rumah. Membuat Jihye akhirnya memutuskan membawa beberapa peralatan medis ke rumah kakaknya.

"Eomma hanya tidak ingin Jisoo tertekan. Eomma ingin Jisoo setidaknya mencari hiburan sebentar." Mendengar penuturan ibunya, Jisoo langsung menunduk.

Ia merasa bersalah karena telah membentak ibunya. Padahal niat ibunya baik. Ia tak mau Jisoo terlalu terbebani dengan masalah yang menimpa keluarga mereka.

"Eomma," panggil Jisoo lirih.

"Apa Tuhan itu benar-benar ada?" Pertanyaan anak sulungnya membuat perasaan Taehee bergetar.

Selama ini, ia terlalu terlena dengan kebahagiaan yang keluarganya ciptakan. Hingga Taehee melupakan satu hal. Ia tidak pernah mengajarkan anaknya tentang sebuah agama. Tentang bagaimana ia mempercayai Tuhan.

Taehee bukanlah hamba yang taat. Dia juga masih menjadi manusia yang lalai. Tapi tak pernah ia lupa, jika keberhasilan keluarganya kini adalah campur tangan dari Tuhannya.

"Jika keyakinanmu benar, tolong ajari aku berdoa." Jisoo mulai berpikir, dari pada dia menghibur dirinya sendiri seperti keinginan Taehee lebih baik gadis itu berdoa seperti yang ibunya lakukan disaat masalah datang.

"Jisoo ingin ikut Eomma?" Kedua mata Taehee bergetar. Tentu ia merasa bahagia, karena sang anak tidak lagi terombang-ambing di lautan lepas.

"Ayo, Eomma. Aku ingin memohon agar Lisa tetap bersama kita. Aku bahkan rela berdoa sampai larut malam." Kali ini, Jisoo bersungguh-sungguh.

Rasa takut itu membuat Jisoo tak bisa memikirkan hal lain. Sebisa mungkin, ia akan melakukan segala hal untuk membuat Lisa tetap berada di sisinya. Sekalipun bernegosiasi dengan Tuhan.

..........

Tiga hari bukanlah waktu yang lama. Tapi jika dia tidak melihat sang adik selama itu, Rosé akan cukup tersiksa. Apalagi biasanya ketika sakit, dia tak mau Lisa meninggalkannya barang sebentar pun.

Hari ini Rosé sudah diperbolehkan pulang. Dia langsung menuju kamar sang kembaran walaupun tubuhnya masih lemas. Mendengar bahwa kondisi Lisa tidaklah baik, Rosé tentu khawatir bukan main.

Savage ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora