Savage : 23. Short Message From Her

5.6K 880 122
                                    

Banyak hal yang sedang memenuhi kepalanya kini. Rosé sampai merasa sesak, karena banyak sekali ingatan masa lampau yang sungguh mengganggu.

Beberapa hari ini, setelah mendapati sikap asli Lisa di luar rumah keadaan hati Rosé sungguh berbeda.

Lisa sungguh mampu memporak-porandakan perasaannya. Adiknya itu, bagaimana bisa sangat liar? Sampai sekarang, Rosé bahkan masih tak percaya.

Melirik jam dinding yang ada di kamarnya, Rosé mendesah kesal. Ini sudah hampir jam sebelas malam. Tapi ia sama sekali tak bisa memejamkan mata.

Terdengar pintu terbuka, Rosé berusaha bangun dari posisi tidurnya. Menatap sang ibu yang kini mulai mendekat padanya.

"Sudah malam, kenapa belum tidur?" Taehee bertanya dengan lembut, sembari mengusap surai blonde milik anaknya.

"Belum mengantuk."

Jawaban singkat anaknya itu cukup membuat Taehee paham. Kerenggangan hubungan keempat anaknya lah yang membuat Rosé kini masih terjaga.

"Akhir-akhir ini, ada beberapa masalah yang terjadi. Maaf, jika Eomma sempat mengabaikanmu. Seharusnya, Eomma menepati janji untuk terus menjagamu." Taehee ingat janjinya. Ia tidak lupa.

Seharusnya, ia menjaga Rosé lebih baik lagi setelah kecelakaan yang anaknya itu alami. Tapi akhir-akhir ini pikirannya terpecah akibat apa yang dilakukan Lisa.

Sedangkan Rosé termenung. Ia kembali harus mengingat Lisa karena kalimat ibunya. Janji itu, sama persis seperti yang Lisa ucapkan waktu itu padanya. Adik kembarnya bilang, ia akan menjaga Rosé.

"Apa kalian masih bertengkar dengan Lisa?" Pertanyaan Taehee itu mampu membuat tenggorokan Rosé terasa kering.

Ingatannya terlempar pada siang tadi. Dimana sang adik menggemparkan seisi sekolah karena tengah berlutut di hadapan kakak-kakaknya.

"Kau pasti kecewa padanya. Eomma pun sama." Menelan salivanya susah payah, Taehee masih tidak mendapatkan respon apa pun dari Rosé.

"Sayang, kita sudah terlalu lama---"

"Kenapa? Eomma ingin aku memaafkannya?" Rosé bernada sedikit tinggi.

Tidak tahukan Taehee sekarang jika Rosé sedang bergelut dengan pikirannya sendiri. Memilih mengalah dan memaafkan Lisa atau tetap mempertahankan egonya.

"Kau bisa marah, tapi jangan terlalu lama. Eomma tidak ingin melihat anak-anak Eomma bertengkar." Taehee memilih berusaja mengerti perasaan Rosé sekarang.

"Tidurlah. Sudah malam. Eomma ingin pergi ke ruang tamu untuk menunggu Lisa pulang." Taehee beranjak, lalu mencium dahi Rosé sebelum keluar dari kamar itu.

"Dia belum pulang?" Rosé bergumam, sibuk memikirkan kenapa kembarannya pergi hingga malam seperti ini belum kembali ke rumah. Dan satu-satunya tempat yang ada dipikiran Rosé adalah tempat biasa adiknya mencari kesenangan.

.........

Hujan lebat datang tanpa memberi salam. Lampu-lampu jalanan menyala dan menemani beberapa mobil yang masih berlalu lalang di tengah malam ini.

Mobil putih itu masih ada di tepi jalan sejak setengah jam yang lalu. Pemiliknya masih betah memandang kaca mobil yang dipenuhi oleh rintik hujan.

Lisa tidak tahu harus pergi kemana. Ia tidak ingin pulang, tapi ia pun tak punya tujuan lain. Maka gadis itu memilih berdiam di tepi jalan ditemani dengan hujan lebat malam ini.

Setelah sibuk menggalau berat, Lisa terkekeh ketika sadar sikapnya ini sungguh berlebihan. Disaat gadis seusianya menangis karena patah hati karena kekasih, Lisa justru harus menangis karena patah hati pada kakaknya sendiri.

Savage ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang