Savage : 46. A Plan That Can't Be Done

3.2K 475 24
                                    

Manusia memang hanya bisa merancanakan. Tanpa tahu jika sesungguhnya Tuhan memiliki rencana yang lain.

Kata orang, rencana Tuhan lebih baik dari milik manusia. Maka ketika rencana itu hadir, mereka bisa apa selain merasa pasrah?

Dulu, Jisoo selalu beranggapan jika perasaan menyesal hanya dimiliki oleh pecundang. Tapi lihatlah, kini dia harus merasakan sesal yang bahkan membuat dadanya sesak bukan main.

Jisoo ingin berteriak sekuat mungkin, tapi bibirnya sungguh kaku. Jisoo ingin marah, tapi ia tak tahu harus marah pada siapa.

Tubuhnya lemas, bahkan untuk memberikan pelukan pada Rosé ia sudah tak sanggup. Apalagi, mendapati pakaian Rosé yang sudah dipenuhi oleh darah Jennie, Jisoo sendiri sudah membayangkan bagaimana parahnya kondisi sang adik.

Suasana di depan ruang emergency itu sungguh kacau. Ibunya dan Rosé saling berpelukan sembari menangis. Ayahnya terus melontarkan kalimat kasar di telepon, dan dia sendiri yang sudah meluruh ke lantai karena tak sanggup berdiri.

Jennie sedang ditangani setelah mendapatkan tiga luka tembak dari orang tak dikenal. Pelaku itu kabur dan saat ini sedang menjadi buronan polisi.

Semuanya terkejut. Tentu saja karena kejadian ini sungguh mendadak. Padahal Jisoo sudah memiliki rencana untuk berbaikan dengan Jennie. Belum sempat ia melakukan itu, malapetaka ini timbul dan membuatnya hampir gila.

"Kita harus melakukan operasi untuk pasien." Dokter yang baru saja keluar dari ruang emergency itu berbicara dengan tegas.

Jisoo yang sudah lemas bukan main, berusaha untuk berdiri. Dia berjalan terseok mendekati Dokter yang raut wajahnya tak kalah panik dengan mereka.

"Bagaimana---"

"Kondisinya sangat sulit. Tapi kami akan berusaha." Suara serak Jisoo terpotong oleh Dokter itu.

Membungkuk dalam, Dokter itu kembali masuk dan tak lama keluar bersama para perawat dan brankar yang membawa tubuh tak berdaya Jennie.

Mata Jisoo bergetar melihat bagaimana keadaan adiknya saat ini. Tidak ada sosok adiknya yang selalu keras kepala dan tidak mau mengalah. Jisoo hanya mendapati sosok adiknya yang dipenuhi alat medis.

"Jennie-ya, bertahanlah. Kita harus berbaikan." Jisoo bergumam, memandangi wajah pucat Jennie yang sudah dipenuhi oleh selang itu.

..........

Lisa tidak tahu saat ini jiwanya masih ada bersamanya atau tidak. Gadis itu sudah hilang kendali atas dirinya sendiri. Lisa seperti merasakan mimpi buruk yang tidak ingin dia alami seumur hidup.

"Brengsek! Sialan!"

Dia terus mengumpat. Menangis meraung sembari melajukan mobil itu dengan kecepatan sangat tinggi setelah mendengar tentang kabar yang menimpa Jennie.

Dia bahkan harus merampas mobil Yoongi dan meninggalkan teman-temannya begitu saja. Dia tidak bisa memikirkan hal lain karena hanya ada Jennie di kepalanya saat ini.

"Apa yang telah kau rencanakan, Tuhan. Tolong jangan buat aku membencimu." Perasaan Lisa sudah berantakan.

Dia terus menangis kencang dalam perjalanan. Membawa mobil secara ugal-ugalan, yang untungnya saat ini jalanan cukup sepi.

Tiba di basement rumah sakit, Lisa langsung berlari menuju lift. Ia bahkan sulit untuk menekan tombol lift karena tangannya bergetar hebat.

Ini tidak benar. Bukankah yang ia suruh ke rumah sakit tadi adalah Luda. Ia sudah membayangkan bagaimana wajah panik Luda ketika pergi ke rumah sakit. Namun kenapa justru berbalik? Kenapa Lisa yang mengalami ini semua?

Savage ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang