Savage : 51. Struggle To Breathe

3.7K 594 46
                                    

Setelah mendapatkan kabar mengenai operasi Jennie yang akan dilakukan malam ini, juga rencana dirinya yang akan berobat keluar negeri. Lisa hanya bisa memastikan satu hal, bahwa ia akan bahagia untuk waktu yang lama.

Maka, Lisa tak ingin ada hal sekecil apa pun yang menghalangi kebahagiaannya. Termasuk rasa bersalahnya pada Luda.

Sejak ia tiba di rumah sakit, hingga sore menjelang Lisa tak henti-hentinya menghubungi banyak orang kenalannya di berbagai club malam. Menanyakan apakah mereka bisa mencarikannya donor paru sesegera mungkin.

Semua orang yang dihubunginya memiliki kasta hampir menyamainya, membuat Lisa tak ragu jika mereka pun memiliki berbagai koneksi.

Ia seperti ini karena tak mau Luda terus menyalahkan keluarganya. Ia juga tak mau, ketika Jennie sembuh nanti Luda masih menanam kebencian untuk sang kakak.

Setelah merasa sudah menghubungi seluruh kenalannya, Lisa terduduk dengan wajah lelah di bangku rumah sakit. Semua tidak bisa memberi Lisa kepastian untuk sekarang. Tapi setidaknya mereka berjanji akan segera menghubungi Lisa jika yang gadis itu butuhkan tersedia.

"Kita pulang saja ya? Wajahmu pucat." Rosé yang menyadari kondisi Lisa tidaklah baik, mulai mengubah posisinya menjadi di samping gadis itu.

Dia menggenggam tangan sang adik, dan benar saja jika suhu tubuh Lisa sangat dingin. Apakah adiknya ini tidak merada jika kondisinya tidak baik?

"Aku baik-baik saja, Chaengie." Lisa memberikan senyuman tipis untuk menenangkan kakak kembarnya. Dia hanya kelelahan karena harus menghubungi banyak orang.

Sebenarnya, Rosé ingin memaksa adiknya. Lisa harus beristirahat, dan rumah sakit bukanlah tempat yang baik untuk adiknya mendapatkan istirahat.

Tapi mendengar pintu ruang ICU dibuka dan menampakkan dokter dan beberapa perawat membawa brankar Jennie membuat Rosé menahan keinginan itu. Dia dan Lisa memilih bangkit dan menghampiri mereka.

"Bolehkah aku bicara pada Unnieku sebentar?" tanya Lisa meminta izin.

Dokter itu mengangguk saja. Membiarkan Lisa semakin mendekat pada Jennie yang masih setia menutup matanya. Gadis itu merasa sangat lega karena kini wajah kakaknya sangat tenang dan kejang di tubuhnya sudah berhenti. Dokter pasti memberi kakaknya begitu banyak obat.

"Unnie, aku sudah rindu di manjakan olehmu. Jadi, kau harus berhasil untuk kembali." Dalam hati, Lisa benar-benar menertawakan dirinya sendiri.

Ketika Jennie ada dan memberinya perhatian berlebihan, Lisa tak suka. Tapi ketika Jennie tak memberikan kebiasaan itu, Lisa merasa kehilangan.

Sesuatu memang akan terasa berharga jika dia hilang. Lisa seharusnya belajar menganai hal itu agar dia tak menyesal seperti ini.

"Aku rindu tidur di dalam pelukanmu. Nanti, ku mohon untuk kembali menemaniku tidur."

Kemudia Lisa menunduk, memberikan kecupan cukup lama di sudut bibir kakaknya yang kering.
"Aku menyayangimu, Unnie."

Rosé menarik tubuh adiknya. Membiarkan dokter membawa kakak mereka ke ruang operasi. Sedangkan anak kembar itu, mengikuti dari belakang dengan langkah pelan.

Mereka seharusnya merasa bahagia. Titik terang kesembuhan Jennie ada di depan mata. Tapi keduanya bahkan tidak bisa merasakan hal itu. Raut wajah keduanya masih gelisah. Apalagi Rosé yang tahu jika operasi untuk Jennie kemungkinan untuk sembuhnya cukup kecil.

Lisa sama sekali tidak mengetahui hal itu. Rosè dan keluarganya tentu tidak akan memberitahu Lisa. Karena hal itu hanya akan membuat kesehatan Lisa semakin menurun.

Savage ✔Where stories live. Discover now