Savage : 13. About Cigarette and Her Secret

6.6K 1.2K 307
                                    

Lisa menepati janjinya. Ia tak meninggalkan Rosé sejengkal pun setelah kembali dari kamar mandi. Ia terus menggenggam tangan saudara kembarnya, dengan mata selalu mengawasi wajah itu. Takut sekali jika Rosé kembali kesakitan.

Matahari mulai menyembunyikan dirinya hingga gelap menyapa dunia. Lisa dengar, kedua kakaknya terjebak macet hingga pukul tujuh malam belum tiba disana.

Sampai jarum panjang jam hampir menyentuh angka 30, pintu ruangan itu terbuka. Menampakkan wajah kusut Jennie dan Jisoo yang bosan karena terjebak macet sangat lama.

"Appa bilang Chae kesakitan. Apakah dia sudah baik-baik saja?" Jennie bertanya sembari mendekati ranjang Rosé. Mencium kening kedua adiknya secara bergantian, diikuti Jisoo yang juga melakukan itu.

"Dia sudah lebih baik. Karena mantra Lisa." Jihoon berusaha mencairkan suasana. Namun tak ada yang tertawa. Jisoo dan Jennie justru terfokus pada Lisa.

"Kau mengantuk? Ingin ku antar pulang?" Jennie bertanya dengan lembut ketika Lisa hampir menjatuhkan kepalanya karena kantuk.

"Aniya. Aku sudah berjanji pada Chaeyoung untuk tak meninggalkannya."

Jika ingin mendefinisikan sebuah hubungan saudara kembar yang sangat manis, Jennie akan dengan lantang menjawab itu adalah Lisa dan Chaeyoung.

Mereka selalu menjaga, tak pernah bertengkar seperti kebanyakan saudara lainnya. Mereka terlalu mengerti satu sama lain, sampai Jennie terkadang merinding sendiri melihat ikatan batin di antara mereka.

"Kalau begitu naiklah lah. Tidur di samping Chaeyoung." Taehee angkat bicara. Ia menjadi tak tega ketika melihat mata anak bungsunya sudah memerah.

"Nanti aku menyakitinya. Aku bisa tidur dengan posisi duduk, Eomma." Jawaban Lisa membuat kedua kakaknya melotot.

"Tidak-tidak. Aku memperbolehkanmu menginap, tapi kau harus tidur di samping Chaeyoung. Jika tidak, kita pulang sekarang." Jennie sudah mengeluarkan suara tegasnya, membuat Lisa tak bisa menolak perintah kakak keduanya itu.

"Ayo, naik. Matamu sudah memerah." Jisoo menarik lengan Lisa. Membantunya untuk berbaring di samping Rosé yang sejak tadi masih terlelap. Sedangkan Jennie mulai melepas jaketnya untuk menyelimuti tubuh sang adik.

Bungsu Jung itu meringkuk menghadap Rosé yang telentang. Usapan tangan Jisoo dikepalanya menambah rasa kantuk yang sejak tadi sudah ia dapatkan.

Biasanya, anak bungsu Jung itu adalah yang terkuat dalam hal menahan kantuk. Tapi hari ini, ia merasa aneh sendiri karena mengantuk terlalu awal.

"Dia pasti kelelahan marena melihat Chaeyoung kesakitan secara langsung." Jihoon memandang lirih pada Lisa yang cepat sekali terlelap.

Ini adalah hal pertama untuk Lisa. Pasti anaknya itu terkejut melihat keadaan Rosé tadi.

"Apa Lisa juga merasa kesakitan tadi? Biasanya jika salah satu diantara mereka sakit, yang lain juga akan begitu." Jennie berujar dengan khawatir.

"Sepertinya tidak. Kau tahu adik bungsumu itu selalu mengadu jika sakit."

Jisoo mengangguki ucapan ibunya.
"Aku jadi ingat. Ia pernah digigit seekor semut, tapi mengadu seolah yang menggigitnya adalah harimau."

Empat orang itu terkekeh mengingat kejadian beberapa bulan lalu. Lisa bukan anak yang ingin terlihat kuat. Dia adalah anak bungsu yang normal dimata mereka.

Jam masih bergulir dengan tenang, keempatnya terus menceritakan masa lalu. Yang tak pernah ada duka, namun kebahagiaan seakan tak berhenti mengalir di dalam keluarga itu.

"Ah, minggu depan bukankah Jisoo ikut pertunjukan piano? Appa akan mengusahakan untuk membawa Chaeyoung kesana."

Baru saja bibir Jihoon mengatup, kedua mata Rosé sudah terbuka. Ia mungkin terganggu dengan suara-suara disekitarnya. Hingga kantuk perlahan menghilang.

Savage ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang