Savage : 14. Piano With Pain

6.8K 1.2K 362
                                    

Ruangan itu hanya dipenuhi oleh suara video game yang berasal dari ponsel Lisa. Anak itu tampak sedang berbaring di samping Rosé dengan sang kakak terus mengusap kepalanya lembut.

Sudah beberapa jam posisi mereka tidak berubah. Rosé mau pun Lisa juga tak mengeluarkan sepatah kata pun untuk satu sama lain.

Alasan Lisa tentu saja karena dia begitu terfokus pada video gamenya. Sedangkan Rosé, dia masih berkutat dengan pikirannya mengenai aroma alkohol di tubuh Lisa.

Gadis blonde itu ingin sekali percaya pada Lisa seperti keluarganya yang lain. Tapi aroma itu sangat jelas, keluar dari bibir sang adik. Rosé tidak bisa melupakannya dengan mudah.

"Lisa-ya," panggil Rosé yang akhirnya memecahkan keheningan di antara mereka.

"Hm."

Rosé mulai menatap wajah Lisa yang masih terfokus pada layar ponselnya. Ia sungguh menyayangi Lisa. Ia tak mau suatu saat merasa kecewa dengan adiknya.

"Kau tahu kan, selama ini aku selalu menjagamu dengan baik?" Pertanyaan yang Rosé lontarkan mampu membuat Lisa menekan pause pada video gamenya. Dia mulai menatap sang kakak heran. Mengapa suasananya mendadak mencekam begini?

"Maka dari itu, jangan pernah kecewakan aku. Karena jika itu terjadi, aku pasti menyalahkan diriku sendiri karena gagal menjagamu."

Selama mereka bersama, jarang sekali Rosé berucap serius seperti saat ini. Lisa mulai merasa takut, karena dia memang sudah mengecewakan Rosé. Dia sudah basah, dan tak bisa memutar waktu kembali.

"Bisa kan untuk perjanji pada Unnie?" Rosé mulai dilanda khawatir, karena Lisa tak segera menjawab.

Memilih menyimpan ponselnya, Lisa dengan hati-hati memeluk tubuh Rosé. Dia menenggelamkan wajahnya di ketiak sang kakak. Berusaha membayangkan, disaat ia tak bisa lagi menjaga rahasianya kelak.

"Unnie, ada kalanya susuatu tak bisa berjalan sesuai dengan keinginan kita." Suara Lisa pelan, tapi Rosé bisa mendengarnya dengan jelas.

"Aku tidak bisa menjanjikan sesuatu, yang bahkan aku sendiri pun tak tahu bagaimana kedepannya." Lisa memejamkan mata, menggumamkan maaf dalam hati untuk sang kakak.

"Jika hal itu terjadi, tolong. Jadilah orang pertama yang memaafkan aku."

..........

Jennie baru saja tiba di rumah sakit itu masih dengan seragam sekolahnya. Ketika melihat ada banyak orang di depan pintu ruang perawatan Rosé, Jennie memilih duduk di kursi tunggu.

Kumpulan orang itu adalah tiga sepupunya juga paman serta bibinya. Mereka pasti berniat untuk menjenguk Rosé.

Jennie malas berada dalam kerumunan itu, karena ia sedikit tak menyukai keluarga kakak ayahnya itu.

Meraih ponselnya, Jennie berniat mengirimkan pesan singkat untuk Lisa agar adiknya itu keluar dan menemaninya. Ia berharap Lisa tak tertidur di ruangan Rosé sekarang.

Uri Aegi🍼
last seen at 16.22 KST

Unnie di luar ruangan Rosé. Temani Unnie. - 17.47 KST

"Jung Jennie."

Baru saja Jennie menekan tombol send, sebuah suara berat menyapa telinganya. Sebelum mendongak, Jennie bisa melihat sepasang sepatu hitam berhadapan dengan sepasang sepatu mahalnya.

Barulah ketika mendongak, ia bisa melihat siapa manusia itu. Dia tak tahu namanya, namun cukup tahu jika lelaki itu adalah kekasih sepupunya. Jung Bona, yang kini sudah masuk ke ruangan Rosé.

Savage ✔Where stories live. Discover now