Savage : 17. Her Happines Is Boomerang

5.5K 949 148
                                    

Ketika berhasil memasuki mansion mewah itu, hal pertama yang menarik perhatian Jisoo sungguh membuatnya terkejut bukan main.

Rumah kaca yang diisi oleh binatang-binatang kesayangan adiknya di taman belakang kini sedang dilalap api. Para penjaga yang ada disana, bukannya berusaha memadamkan api itu justru hanya berdiri tenang di sekitar.

Saat Jisoo bertanya, mengapa mereka tak memadamkan apinya. Jawaban salah satu dari penjaga itu membuat Jisoo bertambah terkejut.

"Nona Rosé yang melakukan ini. Dia bilang jangan ada yang berani memadamkan apinya." Jisoo menelan salivanya susah payah mendengar jawaban dari pengawalnya itu.

Tidak bisa dipercaya, jika Rosé telah membakar semua binatang peliharaan kesayangannya hanya karena salah satu dari mereka melukai Jennie.

Ah, ia hampir lupa. Tujuannya untuk pulang lebih cepat karena diberi kabar jika Jennie baru saja digigit oleh salah satu ular milik Rosé ketika sedang mencari cincin pemberiannya yang jatuh. Untung saja ular yang menggigit Jennie tidak berbisa.

Padahal, Jennie seharusnya tidak perlu mencari cincin yang jatuh itu karena Jisoo bisa membelikannya yang baru.

Sesampainya di kamar Jennie, sulung Jung itu mendapati Jennie sedang mengusap lembut rambut milik Rosé yang kini sedang terlelap.

Keadaan adiknya itu bahkan belum baik-baik saja, tapi bagaimana dia bisa membunuh seeokor ular dengan keji dan membakar rumah ular laimnya?

"Eomma bilang kau tidak ingin ke rumah sakit?" Jisoo bertanya sembari duduk di pinggir ranjang. Melirik sekilas lengan Jennie yang kini sudah diperban.

"Ini hanya luka kecil. Lagi pula ular itu tidak berbisa."

Jisoo mengangguk saja walau merasa keberatan. Jika sudah berdebat dengan Jennie ia tak akan bisa menang karena anak kedua Jung itu sangat keras kepala.

"Kau tidak bersama Lisa?" tanya Jennie karena seharusnya Lisa pun berada disini jika masih peduli dengan kakaknya.

"Dia tidak ada di sekolah. Tapi aku sudah mengabarinya."

Dahi Jennie mengerut. Jika dipikirkan lagi, Lisa sering sekali membolos keluar dari sekolah. Alasannya tak jauh-jauh dari mencari alat lukis atau mengunjungi pameran bersama Luda. Jennie bahkan sampai bosan mendengar alasan yang selalu sama.

"Sepertinya dia membolos bersama Luda lagi." Suara Jisoo kembali terdengar. Namun kali ini Jennie menangkap ada ketidaksukaan di nada suara kakaknya.

"Bisakah kita melarang Lisa untuk berhenti berteman dengan gadis itu?" Jisoo bertanya karena ragu jika Lisa akan menurutinya. Luda adalah teman yang tulus menurut Lisa. Teman pertama yang mau mengulurkan tangannya untuk Lisa. Mustahil Lisa mau meninggalkan Luda sekalipun kakak-kakaknya yang meminta.

"Ada apa dengan Luda, Unnie? Bukankah dia baik pada Lisa?" Jennie pun dibuat kebingungan karena selama ini Lisa bahagia berteman dengan Luda.

"Dia seperti membawa dampak buruk pada Lisa. Dan kemarin..." Jisoo menggigit bibir bawahnya. Ragu untuk memgatakan apa yang ia lihat kemarin pada Jennie.

".... Aku melihat dia dan teman-teman Lisa lainnya memasuki sebuah bar."

Jennie hampir saja tersedak salivanya sendiri mendengar penuturan sang kakak. Mendadak kepalanya terasa penuh akan hal-hal aneh yang mulai bersatu dengan kalimat Jisoo.

"Dia pasti menggunakan koneksi orang tuanya untuk masuk. Aku hanya khawatir jika Lisa---"

"Adikku tidak mungkin seperti itu, Unnie. Dia tak akan melakukan apa yang aku tak suka." Dengan cepat Jennie memotong kalimat kakaknya. Berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Savage ✔Where stories live. Discover now