29

958 118 0
                                    

"Berhentilah jika lelah, istirahat jangan dipaksakan, manusia bisa lelah dan butuh energi untuk terus berjuang"




_Raka Derana Kanagara_













Happy Reading.




***

Puncak perayaan anniversary yayasan berlangsung meriah, berbagai pertunjukan dipersembahkan oleh para siswa mulai dari olahraga, teater hingga kelas bahasa.

Mungkin acaranya akan berlangsung hingga sore hari, mengingat begitu banyak penampilan dari ketiga sekolah tersebut.

Sebagai siswa yang diberi 'kepercayaan' melayani tamu yang merupakan orang penting di yayasan maka Raka akan melayani mereka lewat keterpaksaan.

Bermodalkan nampan berisi snack dan minuman ia berkeliling mengantarkan pada para orang dewasa itu.

"Kayak gini lama-lama udah cocok gue jadi pelayan, ntar di cafe gue aja yang antar makanan ke pelanggan" gumam cowok itu mendatangi para donatur.

"Mengbabu di sekolah sendiri wahh suatu pencapaian besar" dumel Raka pada dirinya sendiri.

Raka menghela napas dalam tinggal bangku paling depan saja yang harus ia kunjungi, dengan nampan cantik di tangan.

"Disaat siswa lain menikmati acara disitulah Raka menikmati jadi babu acara" terus saja menggerutu.

Mengetahui siapa yang harus ia layani sekarang membuat cowok beralis tebal itu menelan ludahnya sendiri, astaga disana terdapat dua pasang suami istri yang membuat dirinya tak terkontrol.

"Ok tenanglah calon suami Aruna" Ia harus menenangkan diri, bersikap sebiasa mungkin walaupun terkesan kaku.

Mulai mendekati sumber luka ia menampakkan wajah datar entahlah dirinya tidak bisa tersenyum meski hanya pura-pura dihadapan mereka.

Jangankan ber say hay menatap saja ia enggan.

Dalam diam serta raut datar Raka meletakkan empat buah minum beserta cemilannya di atas meja yang dibentuk melingkar.

Tujuannya agar cepat berpindah tempat tidak ingin terlalu lama berinteraksi, toh setelah ini mereka akan kembali ke Bandung dan melupakan dirinya.

Jadi untuk apa mengakrabkan diri dan ujung-ujungnya tersakiti, biarkan saja ia menyembunyikan luka lama jangan ditambah lagi.

Fahri, Dela, Mila dan Aldi memperhatikan  pemuda itu tanpa suara apa yang dilakukan anak remaja itu, tidak menyapa atau apapun.

Bingung harus berkata apa memulai dari mana, bukankah lebih baik diam saja.

Namun mereka lupa jika diamnya itu bisa saja memiliki makna lain di hati remaja beralis tebal dengan earphone menggantung di leher.

Setelah selesai Raka langsung saja meninggalkan mereka berempat tanpa mau menunggu berlama-lama, membuat raganya sesak.

"Permisi Mami, Papi" sapa Raka ceria pada dua pasutri di meja sebelah Fahri.

Bagaikan bunglon wajah yang tadinya datar kini berubah begitu cerah dan ceria beserta senyum yang terbit sangat lebar.

"Aduhh ganteng banget kamu, mau gak jadi mantunya tante mumpung anak tante seumur kamu loh canti lagi" tawar wanita lain yang juga berada di bangku yang sama.

Ririn mendelik tak terima enak saja menantunya ingin dinikahkan dengan gadis selain Aruna anaknya, oh tydak bisa.

"Gak ada, enak aja dia ini calon mantu saya, valid no debat" wanita itu mengintruksi.

I'm Just Hurt Where stories live. Discover now